gangguan identitas diri

Gangguan identitas diri merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan mempertahankan keutuhan persepsi terhadap identitas diri.

Diagnosis ini diberi kode D.0084, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan gangguan identitas diri secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis gangguan identitas diri, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Persepsi terhadap diri berubah
  • Bingung dengan nilai-nilai budaya, tujuan hidup, jenis kelamin, dan/atau nilai-nilai ideal
  • Perasaan yang fluktuatif terhadap diri

DO:

  • Perilaku tidak konsisten
  • Hubungan yang tidak efektif
  • Strategi koping tidak efektif
  • Penampilan peran tidak efektif

Bila minimal 80% data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan identitas diri adalah:

  1. Gangguan peran sosial
  2. Tidak terpenuhinya tugas perkembangan
  3. Gangguan neurologis
  4. Ketidakadekuatan stimulasi sensori

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan peran sosial dibuktikan dengan persepsi terhadap diri berubah, bingung dengan tujuan hidup, perasaan yang fluktuatif terhadap diri, perilaku tidak konsisten, hubungan tidak efektif, strategi koping tidak efektif, penampilan peran tidak efektif.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Gangguan identitas diri b.d gangguan peran sosial d.d persepsi terhadap diri berubah, bingung dengan tujuan hidup, perasaan yang fluktuatif terhadap diri, perilaku tidak konsisten, hubungan tidak efektif, strategi koping tidak efektif, penampilan peran tidak efektif.

Perhatikan:

  1. Masalah = Gangguan identitas diri
  2. Penyebab = gangguan peran sosial
  3. Tanda/gejala = persepsi terhadap diri berubah, dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis gangguan identitas diri adalah: “identitas diri membaik.”

Identitas diri membaik diberi kode L.09070 dalam SLKI.

Identitas diri membaik berarti membaiknya kemampuan mempertahankan keutuhan persepsi terhadap diri.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa identitas diri membaik adalah:

  1. Persepsi terhadap diri membaik
  2. Kebingungan dengan nilai-nilai budaya menurun
  3. Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
  4. Kebingungan dengan jenis kelamin menurun
  5. Kebingungan dengan nilai-nilai ideal menurun
  6. Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
  7. Perilaku konsisten meningkat
  8. Hubungan yang efektif meningkat
  9. Strategi koping efektif meningkat
  10. Penampilan peran efektif meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka identitas diri membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Persepsi terhadap diri membaik
  2. Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
  3. Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
  4. Perilaku konsisten meningkat
  5. Hubungan yang efektif meningkat
  6. Strategi koping efektif meningkat
  7. Penampilan peran efektif meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka identitas diri
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis gangguan identitas diri adalah:

  1. Orientasi realita
  2. Promosi kesadaran diri
  3. Promosi koping

Orientasi Realita (I.09297)

Intervensi orientasi realita dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09297).

Orientasi realita adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu, dan lingkungan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi orientasi realita berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Monitor perubahan orientasi
  • Monitor perubahan kognitif dan perilaku

Terapeutik

  • Perkenalkan nama saat memulai interaksi
  • Orientasikan orang, tempat, dan waktu
  • Hadirkan realita (mis: beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan)
  • Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
  • Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis: kunjungan, pemandangan, suara, pencahayaan, bau, dan sentuhan)
  • Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis: tanda, gambar, warna)
  • Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
  • Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
  • Fasilitasi akses informasi (mis: televisi, surat kabad, radio), jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan perawatan diri secara mandiri
  • Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu)
  • Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi lansia

Promosi Kesadaran Diri (I.09311)

Intervensi promosi kesadaran diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09311).

Promosi kesadaran diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan pemahaman dan mengeksplorasi pikiran, perasaan, motivasi, dan perilaku.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi kesadaran diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi keadaan emosional saat ini
  • Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagai situasi

Terapeutik

  • Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
  • Diskusikan tentang pikiran, perilaku, atau respons terhadap kondisi
  • Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
  • Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
  • Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar

Edukasi

  • Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
  • Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis: marah atau depresi)
  • Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
  • Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
  • Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Anjurkan mengevaluasi Kembali persepsi negatif tentang diri
  • Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok sebaya
  • Ajarkan cara membuat prioritas hidup
  • Latih kemampuan positif diri yang dimiliki

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
  • Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
  • Latih penggunaan Teknik relaksasi
  • Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
  • Latih mengembangkan penilaian obyektif

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan persepsi sensori
  6. Harga diri rendah kronis
  7. Harga diri rendah situasional
  8. Keputusasaan
  9. Kesiapan peningkatan konsep diri
  10. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  11. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  12. Ketidakberdayaan
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *