Keputusasaan merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang dihadapi.
Diagnosis ini diberi kode D.0088, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan keputusasaan secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
- Tanda dan Gejala
- Penyebab (Etiologi)
- Penulisan Diagnosis
- Luaran (HYD)
- Intervensi
- Diagnosis Terkait
- Referensi
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis keputusasaan, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
- Mengungkapkan keputusasaan
DO:
- Berperilaku pasif
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah keputusasaan adalah:
- Stres jangka Panjang
- Penurunan kondisi fisiologis
- Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
- Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
- Pembatasan aktivitas jangka Panjang
- Pengasingan
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis dibuktikan dengan mengungkapkan keputusasaan, berperilaku pasif.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Keputusasaan b.d penurunan kondisi fisiologis d.d mengungkapkan keputusasaan, berperilaku pasif.
Perhatikan:
- Masalah = Keputusasaan
- Penyebab = Penurunan kondisi fisiologis
- Tanda/gejala = mengungkapkan keputusasaan, dst
- b.d = berhubungan dengan
- d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis keputusasaan adalah: “harapan meningkat.”
Harapan meningkat diberi kode L.09068 dalam SLKI.
Harapan meningkat berarti meningkatnya ketersediaan alternatif pemecahan pada masalah yang dihadapi.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harapan meningkat adalah:
- Keterlibatan dalam aktivitas perawatan meningkat
- Verbalisasi keputusasaan menurun
- Perilaku pasif menurun
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harapan meningkat, dengan kriteria hasil:
- Keterlibatan dalam aktivitas perawatan meningkat
- Verbalisasi keputusasaan menurun
- Perilaku pasif menurun
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harapan
- Ekspektasi = Meningkat
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis keputusasaan adalah:
- Dukungan emosional
- Promosi harapan
- Promosi koping
Dukungan Emosional (I.09256)
Intervensi dukungan emosional dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09256).
Dukungan emosional adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stres.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan emosional berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi fungsi marah, frustrasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
- Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis: merangkul, menepuk-nepuk)
- Tetap Bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu
- Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis: ansietas, marah, sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
Promosi Harapan (I.09307)
Intervensi promosi harapan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09307).
Promosi harapan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kepercayaan pada kemampuan untuk memulai dan mempertahankan Tindakan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harapan berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
Terapeutik
- Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
- Pandu mengingat Kembali kenangan yang menyenangkan
- Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
- Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan kelompok
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan spiritual
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan terhdap kondisi dengan realistis
- Anjurkan mempertahankan hubungan (mis: menyebutkan nama orang yang dicintai)
- Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
- Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
- Latih cara mengembangkan spiritual diri
- Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis: prestasi, pengalaman)
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan Teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:
- Ansietas
- Berduka
- Distres spiritual
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan identitas diri
- Gangguan persepsi sensori
- Harga diri rendah kronis
- Harga diri rendah situasional
- Kesiapan peningkatan konsep diri
- Kesiapan peningkatan koping keluarga
- Kesiapan peningkatan koping komunitas
- Ketidakberdayaan
- Ketidakmampuan koping keluarga
- Koping defensif
- Koping komunitas tidak efektif
- Koping tidak efektif
- Penurunan koping keluarga
- Penyangkalan tidak efektif
- Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
- Risiko distres spiritual
- Risiko harga diri rendah kronis
- Risiko harga diri rendah situasional
- Risiko ketidakberdayaan
- Sindrom pasca trauma
- Waham
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.