Distres spiritual merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan, atau Tuhan.
Diagnosis ini diberi kode D.0082, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan distres spiritual secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
- Tanda dan Gejala
- Penyebab (Etiologi)
- Penulisan Diagnosis
- Luaran (HYD)
- Intervensi
- Diagnosis Terkait
- Referensi
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis distres spiritual, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
- Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
- Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
- Merasa menderita/tidak berdaya
DO:
- Tidak mampu beribadah
- Marah pada Tuhan
Bila 80% dari data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah distres spiritual adalah:
- Menjelang ajal
- Kondisi penyakit kronis
- Kematian orang terdekat
- Perubahan pola hidup
- Kesepian
- Pengasingan diri
- Pengasingan sosial
- Gangguan sosio-kultural
- Peningkatan ketergantungan dengan orang lain
- Kejadian hidup yang tidak diharapkan
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Distres spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis dibuktikan dengan mempertanyakan maka hidupnya, menyatakan hidupnya kurang bermakna, merasa tidak berdaya, tidak mampu beribadah, marah pada Tuhan.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Distres spiritual b.d kondisi penyakit kronis d.d mempertanyakan maka hidupnya, menyatakan hidupnya kurang bermakna, merasa tidak berdaya, tidak mampu beribadah, marah pada Tuhan.
Perhatikan:
- Masalah = Distres spiritual
- Penyebab = kondisi penyakit kronis
- Tanda/gejala = mempertanyakan maka hidupnya, dst
- b.d = berhubungan dengan
- d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis distres spiritual adalah: “status spiritual membaik.”
Status spiritual membaik diberi kode L.09091 dalam SLKI.
Status spiritual membaik menurun berarti membaiknya keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan diri, orang lain, lingkungan, atau Tuhan.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status spiritual membaik adalah:
- Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat
- Verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup meningkat
- Verbalisasi perasaaan keberdayaan meningkat
- Perilaku marah pada Tuhan menurun
- Kemampuan beribadah membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status spiritual membaik, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat
- Verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup meningkat
- Verbalisasi perasaaan keberdayaan meningkat
- Perilaku marah pada Tuhan menurun
- Kemampuan beribadah membaik
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status spiritual
- Ekspektasi = Membaik
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis distres spiritual adalah:
- Dukungan spiritual
- Promosi koping
Dukungan Spiritual (I.09276)
Intervensi dukungan spiritual dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09276).
Dukungan spiritual adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan terhubung dengan kekuatan yang lebih besar.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan spiritual berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidakberdayaan
- Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan Kesehatan
- Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
- Identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik
- Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
- Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat
- Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu tentang untuk aktivitas spiritual
- Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain
- Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
- Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis: uztadz, pendeta, romo, biksu)
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan Teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:
- Ansietas
- Berduka
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan identitas diri
- Gangguan persepsi sensori
- Harga diri rendah kronis
- Harga diri rendah situasional
- Keputusasaan
- Kesiapan peningkatan konsep diri
- Kesiapan peningkatan koping keluarga
- Kesiapan peningkatan koping komunitas
- Ketidakberdayaan
- Ketidakmampuan koping keluarga
- Koping defensif
- Koping komunitas tidak efektif
- Koping tidak efektif
- Penurunan koping keluarga
- Penyangkalan tidak efektif
- Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
- Risiko distres spiritual
- Risiko harga diri rendah kronis
- Risiko harga diri rendah situasional
- Risiko ketidakberdayaan
- Sindrom pasca trauma
- Waham
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.