Harga diri rendah kronis merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau ketidakmampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya, yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.
Diagnosis ini diberi kode D.0086, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan harga diri rendah kronis secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
- Tanda dan Gejala
- Penyebab (Etiologi)
- Penulisan Diagnosis
- Luaran (HYD)
- Intervensi
- Diagnosis Terkait
- Referensi
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis harga diri rendah kronis, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
- Menilai diri negatif (mis: tidak berguna, tidak tertolong)
- Merasa malu/bersalah
- Merasa tidak mampu melakukan apapun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah kehilangan
- Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
- Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
- Menolak menilaian positif tentang diri sendiri
DO:
- Enggan mencoba hal baru
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
Bila minimal 80% data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah harga diri rendah kronis adalah:
- Terpapar situasi traumatis
- Kegagalan berulang
- Kurangnya pengakuan dari orang lain
- Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
- Gangguan psikiatri
- Penguatan negatif berulang
- Ketidaksesuaian budaya
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Harga diri rendah kronis berhubungan dengan gangguan psikiatri dibuktikan dengan menilai diri tidak berguna, merasa malu, merasa tidak mampu melakukan apapun, merasa tidak memiliki kelebihan, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Harga diri rendah kronis b.d gangguan psikiatri d.d menilai diri tidak berguna, merasa malu, merasa tidak mampu melakukan apapun, merasa tidak memiliki kelebihan, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, enggan mencoba hal baru, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.
Perhatikan:
- Masalah = harga diri rendah kronis
- Penyebab = gangguan psikiatri
- Tanda/gejala = menilai diri tidak berguna, dst
- b.d = berhubungan dengan
- d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis harga diri rendah kronis adalah: “harga diri meningkat.”
Harga diri meningkat diberi kode L.09069 dalam SLKI.
Harga diri meningkat berarti meningkatnya perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan sebagai respon terhadap situasi saat ini.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harga diri meningkat adalah:
- Penilaian diri positif meningkat
- Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
- Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
- Minat mencoba hal baru meningkat
- Berjalan menampakkan wajah meningkat
- Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
- Perasaan malu menurun
- Perasaan bersalah menurun
- Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri meningkat, dengan kriteria hasil:
- Penilaian diri positif meningkat
- Perasaan malu menurun
- Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
- Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
- Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
- Minat mencoba hal baru meningkat
- Berjalan menampakkan wajah meningkat
- Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri
- Ekspektasi = Meningkat
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis harga diri rendah kronis adalah:
- Manajemen perilaku
- Promosi harga diri
- Promosi koping
Manajemen Perilaku (I.12463)
Intervensi manajemen perilaku dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12463).
Manajemen perilaku adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif pasien.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen perilaku berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Batasi jumlah pengunjung
- Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam atau berdebat
- Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
- Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
Promosi Harga Diri (I.09308)
Intervensi promosi harga diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09308).
Promosi harga diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harga diri berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
- Diskusikan persepsi negatif diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
- Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
- Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
- Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Ajarkan cara mengatasi bullying
- Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berperilaku positif
- Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan Teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:
- Ansietas
- Berduka
- Distres spiritual
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan identitas diri
- Gangguan persepsi sensori
- Harga diri rendah situasional
- Keputusasaan
- Kesiapan peningkatan konsep diri
- Kesiapan peningkatan koping keluarga
- Kesiapan peningkatan koping komunitas
- Ketidakberdayaan
- Ketidakmampuan koping keluarga
- Koping defensif
- Koping komunitas tidak efektif
- Koping tidak efektif
- Penurunan koping keluarga
- Penyangkalan tidak efektif
- Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
- Risiko distres spiritual
- Risiko harga diri rendah kronis
- Risiko harga diri rendah situasional
- Risiko ketidakberdayaan
- Sindrom pasca trauma
- Waham
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.