kesiapan peningkatan koping komunitas

Kesiapan peningkatan koping komunitas merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pola adaptasi dan penyelesaian masalah komunitas yang memuaskan untuk memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat, serta dapat ditingkatkan untuk penatalaksanaan masalah saat ini dan mendatang.

Diagnosis ini diberi kode D.0091, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan kesiapan peningkatan koping komunitas secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis kesiapan peningkatan koping komunitas, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  1. Perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi stresor
  2. Pemecahan masalah aktif oleh komunitas saat menghadapi masalah

DO:

  1. Terdapat sumber-sumber daya yang adekuat untuk mengatasi stresor

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [tanda/gejala]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Kesiapan peningkatan koping komunitas dibuktikan dengan perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi stresor, pemecahan masalah aktif oleh komunitas saat menghadapi masalah, terdapat sumber-sumber daya yang adekuat untuk mengatasi stresor.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Kesiapan peningkatan koping komunitas d.d perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi stresor, pemecahan masalah aktif oleh komunitas saat menghadapi masalah, terdapat sumber-sumber daya yang adekuat untuk mengatasi stresor.

Perhatikan:

  1. Masalah = Kesiapan peningkatan koping komunitas
  2. Tanda/gejala = Perencanaan aktif oleh komunitas mengenai prediksi… dst
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis promosi kesehatan tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis kesiapan peningkatan koping komunitasadalah: “status koping komunitas membaik.”

Status koping komunitas membaik diberi kode L.09089 pada SLKI.

Status koping komunitas membaik berarti membaiknya pola adaptasi akvititas komunitas dan penyelesaian masalah yang memuaskan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status koping komunitasmembaik adalah:

  1. Keberdayaan komunitas meningkat
  2. Perencanaan komunitas meningkat
  3. Pemecahan masalah komunitas meningkat
  4. Sumber daya komunitas meningkat
  5. Partisipasi masyarakat meningkat
  6. Insiden masalah Kesehatan dalam komunitas menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status koping komunitas membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Keberdayaan komunitas meningkat
  2. Perencanaan komunitas meningkat
  3. Pemecahan masalah komunitas meningkat
  4. Sumber daya komunitas meningkat
  5. Partisipasi masyarakat meningkat
  6. Insiden masalah Kesehatan dalam komunitas menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka koping komunitas.
  2. Ekspektasi = Membaik.
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis kesiapan peningkatan koping komunitas adalah:

  1. Dukungan kelompok
  2. Promosi sistem pendukung

Dukungan Kelompok (I.09258)

Intervensi dukungan kelompok dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09258).

Dukungan kelompok adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan penyelesaian masalah dan perasaan didukung oleh kelompok individu dengan pengalaman dan masalah yang sama sehingga lebih memahami situasi masing-masing.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan kelompok berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi masalah yang sebenarnya dialami kelompok
  • Identifikasi kelompok memiliki masalah yang sama
  • Identifikasi hambatan menghadiri sesi kelompok (mis: stigma, cemas, tidak aman)
  • Identifikasi aturan dan norma yang perlu di modifikasi pada sesi selanjutnya, jika perlu

Terapeutik

  • Siapkan lingkungan terapeutik dan rileks
  • Bentuk kelompok dengan pengalaman dan masalah yang sama
  • Mulai sesi kelompok dengan mengenalkan semua anggota kelompok dan terapis
  • Mulai dengan percakapan ringan, berbagi informasi tentang diri masing-masing dan alasan terlibat dalam kelompok
  • Buat aturan dan norma dalam kelompok, terutama kerahasiaan dalam kelompok
  • Sepakati jumlah sesi yang diperlukan dalam kelompok
  • Bangun rasa tanggung jawab dalam kelompok
  • Diskusikan penyelesaian masalah dalam kelompok
  • Berikan kesempatan individu untuk berhenti sejenak saat merasa distres akibat topik tertentu sampai mampu berpartisipasi Kembali
  • Berikan kesempatan istirahat di setiap sesi untuk memfasilitasi percakapan individual dalam kelompok
  • Berikan kesempatan saling mendukung dalam kelompok terkait masalah dan penyelesaian masalah
  • Berikan kesempatan kelompok menyimpulkan masalah, penyelesaian masalah dan dukungan yang diperlukan untuk setiap anggota kelompok
  • Hindari percakapan ofensif, tidak sensitive, seksual atau humor yang tidak perlu/tidak pada tempatnya
  • Sediakan media untuk kebutuhan berkomunikasi di luar kelompok (mis: email, telepon, SMS, WA)
  • Lakukan refleksi manfaat dukungan kelompok pada setiap awal dan akhir pertemuan
  • Akhiri kegiatan sesuai sesi yang disepakati

Edukasi

  • Anjurkan anggota kelompok mendengarkan dan memberi dukungan saat mendiskusikan masalah dan perasaan
  • Anjurkan bersikap jujur dalam menceritakan perasaan dan masalah
  • Anjurkan setiap anggota kelompok mengemukakan ketidakpuasan, keluhan, kritik dalam kelompok dengan cara santun
  • Anjurkan kelompok untuk menuntaskan ketidakpuasan, keluhan, dan kritik
  • Ajarkan relaksasi pada setiap sesi, jika perlu

Promosi Sistem Pendukung (I.09313)

Intervensi promosi sistem pendukung dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09313).

Promosi sistem pendukung adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan pemberian pertolongan kepada pasien Bersama keluarga, teman, dan masyarakat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi sistem pendukung berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi respon psikologis terhadap situasi dan ketersedian sistem pendukung
  • Identifikasi sumber daya untuk ketersediaan pengasuh
  • Monitor situasi keluarga saat ini dan sistem pendukung

Terapeutik

  • Berikan dukungan dan caring dalam pelayanan
  • Motivasi berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan masyarakat
  • Motivasi membina hubungan dengan pihak yang memiliki kebutuhan yang sama
  • Libatkan keluarga, orang penting, dan teman dalam perawatan

Edukasi

  • Jelaskan hambatan pada sistem pendukung
  • Informasikan jaringan sosial yang tersedia
  • Informasikan tingkat sistem pendukung (mis: keluarga, teman, dan masyarakat)
  • Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan

Kolaborasi

  • Rujuk ke kelompok swadaya
  • Kolaborasi dengan program pencegahan atau pengobatan berbasis masyarakat, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Harga diri rendah situasional
  9. Keputusasaan
  10. Kesiapan peningkatan konsep diri
  11. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  12. Ketidakberdayaan
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *