Pemeriksaan fungsi hati adalah tes yang menggambarkan kemampuan hati untuk mensintesa protein (albumin, globulin, faktor koagulasi) dan memetabolisme zat yang terdapat di dalam darah.
Pemeriksaan fungsi hati:
- Albumin
- Alanin Aminotransferase (ALT)
- Aspartat Aminotransferase (AST)
- Gamma Glutamil Transferase (GGT)
- Alkalin Fosfatase (ALP)
- Bilirubin
- Laktat Dihidrogenase (LD)
Albumin
Albumin adalah protein sirkulasi paling melimpah yang ditemukan dalam plasma.
Albumin mewakili setengah dari total kandungan protein (3,5 g/dL hingga 5 g/dL) plasma pada manusia yang sehat.
Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan keseimbangan distribusi air dalam tubuh (tekanan onkotik koloid).
Albumin membantu transport beberapa komponen darah, seperti: ion, bilirubin, hormon, enzim, obat.
Nilai normal albumin 3,5 – 5,0 g%.
Implikasi Klinis:
- Nilai albumin meningkat pada pasien dengan keadaan dehidrasi.
- Nilai albumin menurun pada pasien dengan keadaan malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid, kehamilan, gangguan fungsi hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis, nefrotik sindrom, SIADH, dan perdarahan.
BACA JUGA: Diagnosis Keperawatan Defisit Nutrisi
Alanin Aminotransferase (ALT)
Alanin aminotransferase (ALT) dulu disebut dengan SGPT.
Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat pada jantung, otot dan ginjal.
ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan otot jantung dan lebih spesifik menunjukkan fungsi hati daripada AST.
ALT atau SGPT berguna untuk diagnosa penyakit hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit hepatik, sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik obat.
Nilai normal ALT atau SGPT adalah 5 – 35 U/L.
Implikasi klinik:
- Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada pasien dengan penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan hepatitis.
- Nilai peningkatan yang signifikan adalah dua kali lipat dari nilai normal.
- Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute lymphoblastic leukemia (ALL).
Aspartat Aminotransferase (AST)
Aspartat Aminotransferase (AST) dulu disebut dengan SGOT.
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas dan paru-paru.
Penyakit yang menyebabkan perubahan, kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi.
Nilai normal dari AST atau SGOT adalah 5 – 35 U/L.
Implikasi klinik:
- Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati, pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid, eritromisin, kontrasepsi oral.
- Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis dengan diabetes mellitus.
Gamma Glutamil Transferase (GGT)
GGT terutama terdapat pada hati, ginjal; terdapat dalam jumlah yang lebih rendah pada prostat, limfa, dan jantung.
Enzim ini merupakan marker (penanda) spesifik untuk fungsi hati dan kerusakan kolestatis dibandingkan ALP.
GGT adalah enzim yang diproduksi di saluran empedu sehingga meningkat nilainya pada gangguan empedu.
Enzim ini berfungsi dalam transfer asam amino dan peptida.
Laki-laki memiliki kadar yang lebih tinggi daripada perempuan karena juga ditemukan pada prostat.
Monitoring GGT berguna untuk mendeteksi pecandu alkohol akut atau kronik, obstruksi jaundice, kolangitis dan kolesistitis.
Nilai normal GGT berbeda antara laki-laki dan perempuan:
Jenis Kelamin | Nilai Normal GGT |
---|---|
Laki-laki | ≤ 94 U/L |
Perempuan | ≤ 70 U/L |
Implikasi klinik:
- Peningkatan kadar GGT dapat terjadi pada pasien dengan kolesistitis, koletiasis, sirosis, pankreatitis, atresia billier, obstruksi bilier, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, pengggunaan barbiturat, obat-obat hepatotoksik (khususnya yang menginduksi sistem P450).
- GGT sangat sensitif tetapi tidak spesifik. Jika terjadi peningkatan hanya kadar GGT (bukan AST, ALT) bukan menjadi indikasi kerusakan hati.
Alkalin Fosfatase (ALP)
Enzim ALP berasal terutama dari tulang, hati dan plasenta. Konsentrasi tinggi dapat ditemukan dalam kanakuli bilier, ginjal dan usus halus.
Pelepasan enzim ini seperti juga indeks penyakit tulang, terkait dengan produksi sel tulang dan deposisi kalsium pada tulang.
Pada penyakit hati kadar ALP darah akan meningkat karena ekskresinya terganggu akibat obstruksi saluran bilier.
Nilai normal ALP adalah 30 – 130 U/L.
Implikasi Klinik:
- Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada pasien dengan obstruksi jaundice, lesi hati, sirosis hepatik, penyakit paget, penyakit metastase tulang, osteomalasis, hiperparatiroidisme, infus nutrisi parenteral dan hiperfosfatemia.
Bilirubin
Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan produk antara dalam proses hemolisis.
Bilirubin di metabolisme oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu sedangkan sejumlah kecil ditemukan dalam serum.
Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan sel darah merah berlebihan atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan.
Terdapat dua bentuk bilirubin:
- Bilirubin tidak langsung atau tidak terkonjugasi (terikat dengan protein).
- Bilirubin langsung atau terkonjugasi yang terdapat dalam serum.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi lebih sering terjadi akibat peningkatan pemecahan eritrosit, sedangkan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi lebih cenderung akibat disfungsi atau gangguan fungsi hati.
Nilai normal bilirubin adalah:
Jenis Bilirubin | Nilai Normal |
---|---|
Bilirubin Total | ≤ 1,4 mg/dL |
Bilirubin Langsung | ≤ 0,40 mg/dL |
Implikasi klinik:
- Peningkatan bilirubin yang disertai penyakit hati dapat terjadi pada gangguan hepatoseluler, penyakit sel parenkim, obstruksi saluran empedu atau hemolisis sel darah merah.
- Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia hemolitik, trauma disertai dengan pembesaran hematoma dan infark pulmonal.
- Bilirubin terkonjugasi tidak akan meningkat sampai dengan penurunan fungsi hati hingga 50%
- Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat terjadi pada kanker pankreas dan kolelitiasis
- Peningkatan kadar keduanya dapat terjadi pada metastase hepatik, hepatitis, sirosis dan kolestasis akibat obat – obatan.
Laktat Dihidrogenase (LD)
Laktat Dihidrogenase (LD) dulu disebut LDH.
LD merupakan enzim intraseluler, LD terdistribusi secara luas dalam jaringan, terutama hati, ginjal, jantung, paru-paru, otot rangka.
LD bersifat non spesifik, tetapi membantu menegakkan diagnosis infark miokard atau infark pulmonal bersamaan dengan data klinik lain.
LD juga sangat bermanfaat dalam mendiagnosa distropi otot atau anemia pernisiosa.
Penentuan yang lebih spesifik dapat dilakukan jika LD telah terurai menjadi isoenzim. Oleh karena itu isoenzim spesifik diperlukan untuk mendeteksi infark miokard.
Nilai normal LD adalah 90 – 210 U/L.
Implikasi klinik:
- Peningkatan kadar LD dapat terjadi pada infark miokard akut, leukemia akut, nekrosis otot rangka, infark pulmonal, kelainan kulit, syok, anemia megalobastik dan limfoma.
- Penurunan kadar LD menggambarkan respon yang baik terhadap terapi kanker.
Referensi
Kemenkes (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.