Penurunan koping keluarga merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai ketidakadekuatan atau ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang yang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatannya.
Diagnosis ini diberi kode D.0097, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan penurunan koping keluarga secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
- Tanda dan Gejala
- Penyebab (Etiologi)
- Penulisan Diagnosis
- Luaran (HYD)
- Intervensi
- Diagnosis Terkait
- Referensi
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis penurunan koping keluarga, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
- Klien mengeluh/khawatir tentang respon orang terdekat pada masalah kesehatan
DO:
- Orang terdekat menarik diri dari klien
- Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah penurunan koping keluarga adalah:
- Situasi penyerta yang mempengaruhi orang terdekat
- Krisis perkembangan yang dihadapi orang terdekat
- Kelelahan orang terdekat dalam memberikan dukungan
- Disorganisasi keluarga
- Perubahan peran keluarga
- Tidak tersedianya informasi bagi orang terdekat
- Kurangnya saling mendukung
- Tidak cukupnya dukungan yang diberikan klien pada orang terdekat
- Orang terdekat kurang terpapar informasi
- Salahnya/tidak pahamnya informasi yang didapatkan orang terdekat
- Orang terdekat terlalu focus pada kondisi di luar keluarga
- Penyakit kronis yang menghabiskan kemampuan dukungan orang terdekat
- Krisis situasional yang dialami orang terdekat
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Penurunan koping keluarga berhubungan dengan kurangnya saling mendukung dibuktikan dengan klien mengeluh tentang respon orang terdekat pada masalah Kesehatan, orang terdekat menarik diri dari klien, terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Penurunan koping keluarga b.d kurangnya saling mendukung d.d klien mengeluh tentang respon orang terdekat pada masalah Kesehatan, orang terdekat menarik diri dari klien, terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien.
Perhatikan:
- Masalah = penurunan koping keluarga
- Penyebab = kurangnya saling mendukung
- Tanda/gejala = klien mengeluh tentang respon orang terdekat pada masalah Kesehatan., dst
- b.d = berhubungan dengan
- d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis penurunan koping keluarga adalah: “status koping keluarga membaik.”
Status koping keluarga membaik diberi kode L.09088 dalam SLKI.
Status koping keluarga membaik berarti membaiknya perilaku anggota dalam mendukung, memberi rasa nyaman, membantu dan memotivasi anggota keluarga lain yang sakit terhadap kemampuan beradaptasi, mengelola dan mengatasi masalah Kesehatan.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status koping keluarga membaik adalah:
- Perasaan diabaikan menurun
- Kekhawatiran tentang anggota keluarga menurun
- Perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun
- Kemampuan memenuhi kebutuhan anggota keluarga meningkat
- Komitmen pada perawatan/pengobatan meningkat
- Komunikasi antara anggota keluarga membaik
- Toleransi membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status koping keluarga membaik, dengan kriteria hasil:
- Perasaan diabaikan menurun
- Kekhawatiran tentang anggota keluarga menurun
- Perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun
- Komunikasi antara anggota keluarga membaik
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status koping keluarga
- Ekspektasi = Membaik
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis penurunan koping keluarga adalah:
- Dukungan koping keluarga
- Promosi koping
Dukungan Koping Keluarga (I.09260)
Intervensi dukungan koping keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09260).
Dukungan koping keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan tujuan dalam keluarga.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan koping keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
- Identifikasi beban prognosis secara psikologis
- Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
- Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
Terapeutik
- Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
- Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan perawatan
- Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka Panjang, jika perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis: tempat tinggal, makanan, pakaian)
- Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
- Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien
- Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan
- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara berkala
- Informasikan fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan Teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:
- Ansietas
- Berduka
- Distres spiritual
- Gangguan citra tubuh
- Gangguan identitas diri
- Gangguan persepsi sensori
- Harga diri rendah kronis
- Harga diri rendah situasional
- Keputusasaan
- Kesiapan peningkatan konsep diri
- Kesiapan peningkatan koping keluarga
- Kesiapan peningkatan koping komunitas
- Ketidakberdayaan
- Ketidakmampuan koping keluarga
- Koping defensif
- Koping komunitas tidak efektif
- Koping tidak efektif
- Penyangkalan tidak efektif
- Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
- Risiko distres spiritual
- Risiko harga diri rendah kronis
- Risiko harga diri rendah situasional
- Risiko ketidakberdayaan
- Sindrom pasca trauma
- Waham
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.