Ansietas

Ansietas merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman.

Diagnosis ini diberi kode D.0080, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan ansietas secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis ansietas, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Merasa bingung
  • Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
  • Sulit berkonsentasi

DO:

  • Tampak gelisah
  • Tampak tegang
  • Sulit tidur

Bila 80% dari data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah ansietas adalah:

  1. Krisis situasional
  2. Kebutuhan tidak terpenuhi
  3. Krisis maturasional
  4. Ancaman terhadap konsep diri
  5. Ancaman terhadap kematian
  6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
  7. Disfungsi sistem keluarga
  8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
  9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
  10. Penyalahgunaan zat
  11. Terpapar bahaya lingkungan (mis: toksin, polutan, dan lain-lain)
  12. Kurang terpapar informasi

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan merasa bingung, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang.

Perhatikan:

  1. Masalah = Ansietas
  2. Penyebab = Kurang terpapar informasi
  3. Tanda/gejala = Merasa bingung., dst.
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis ansietas adalah: “tingkat ansietas menurun.”

Tingkat ansietas menurun diberi kode L.09093 dalam SLKI.

Tingkat ansietas menurun berarti menurunnya kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat ansietas menurun adalah:

  1. Verbalisasi kebingungan menurun
  2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
  3. Perilaku gelisah menurun
  4. Perilaku tegang menurun
  5. Konsentrasi membaik
  6. Pola tidur membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi kebingungan menurun
  2. Perilaku gelisah menurun
  3. Perilaku tegang menurun
  4. Konsentrasi membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas
  2. Ekspektasi = Menurun
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis ansietas adalah:

  1. Reduksi ansietas
  2. Terapi relaksasi

Reduksi Ansietas (I.09314)

Intervensi reduksi ansietas dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09314).

Reduksi ansietas adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi reduksi ansietas berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
  • Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
  • Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

  • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
  • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
  • Pahami situasi yang membuat ansietas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
  • Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

  • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
  • Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
  • Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
  • Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
  • Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
  • Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Terapi relaksasi (I.09326)

Intervensi terapi relaksasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09326).

Terapi relaksasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi terapi relaksasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
  • Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
  • Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik sebelumnya
  • Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah Latihan
  • Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

  • Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
  • Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
  • Gunakan pakaian longgar
  • Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
  • Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi

  • Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
  • Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
  • Anjurkan mengambil posisi nyaman
  • Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
  • Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
  • Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Berduka
  2. Distres spiritual
  3. Gangguan citra tubuh
  4. Gangguan identitas diri
  5. Gangguan persepsi sensori
  6. Harga diri rendah kronis
  7. Harga diri rendah situasional
  8. Keputusasaan
  9. Kesiapan peningkatan konsep diri
  10. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  11. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  12. Ketidakberdayaan
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *