Perfusi perifer tidak efektif

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Diagnosis ini diberi kode D.0009, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori sirkulasi dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan perfusi perifer tidak efektif secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah perfusi perifer tidak efektif adalah:

  1. Hiperglikemia
  2. Penurunan konsentrasi hemoglobin
  3. Peningkatan tekanan darah
  4. Kekurangan volume cairan
  5. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
  6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
  7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes melitus, hiperlipidemia)
  8. Kurang aktivitas fisik

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis perfusi perifer tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari  tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

Tidak ada

DO:

  1. Pengisian kapiler (cappilary refill) >3 detik
  2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
  3. Akral teraba dingin
  4. Warna kulit pucat
  5. Turgor kulit menurun

Bila data diatas tidak muncul, atau yang muncul hanya satu atau dua saja (kurang dari 80%), maka Perawat harus mempertimbangkan adanya masalah lain, misalnya “gangguan sirkulasi spontan” atau “risiko perfusi perifer tidak efektif” yang sama-sama masalah keperawatan pada sub kategori sirkulasi dalam SDKI.

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dibuktikan dengan pengisian kapiler 5 detik, akral dingin, kulit pucat, turgor kulit menurun.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri d.d pengisian kapiler 5 detik, akral dingin, kulit pucat, turgor kulit menurun.

Perhatikan:

  1. Masalah = Perfusi perifer tidak efektif
  2. Penyebab = Penurunan aliran arteri
  3. Tanda/gejala = Pengisian kapiler 5 detik, dst.
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis perfusi perifer tidak efektif adalah: “perfusi perifer meningkat.”

Perfusi perifer meningkat diberi kode L.02011 dalam SLKI.

Perfusi perifer meningkat berarti keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan meningkat.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa perfusi perifer meningkat adalah:

  1. Kekuatan nadi perifer meningkat
  2. Warna kulit pucat menurun
  3. Pengisian kapiler membaik
  4. Akral membaik
  5. Turgor kulit membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam, maka perfusi perifer meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Pengisian kapiler membaik
  2. Akral membaik
  3. Warna kulit pucat menurun
  4. Turgor kulit membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perfusi perifer
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis penurunan curah jantung adalah:

  1. Perawatan sirkulasi
  2. Manajemen sensasi perifer

Perawatan Sirkulasi (I.02079)

Intervensi perawatan sirkulasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.02079).

Perawatan sirkulasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan sirkulasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
  • Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
  • Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

  • Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
  • Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
  • Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
  • Lakukan pencegahan infeksi
  • Lakukan perawatan kaki dan kuku
  • Lakukan hidrasi

Edukasi

  • Anjurkan berhenti merokok
  • Anjurkan berolahraga rutin
  • Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
  • Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
  • Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
  • Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
  • Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis: melembabkan kulit kering pada kaki)
  • Anjurkan program rehabilitasi vaskular
  • Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
  • Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).

Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)

Intervensi manajemen sensasi perifer dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.06195).

Manajemen sensasi perifer adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola ketidaknyamanan pada perubahan sensasi perifer.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen sensasi perifer berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi penyebab perubahan sensasi
  • Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu, dan pakaian
  • Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
  • Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
  • Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
  • Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
  • Monitor perubahan kulit
  • Monitor adanya tromboplebitis dan tromboemboli vena

Terapeutik

  • Hindai pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)

Edukasi

  • Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air
  • Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
  • Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori sirkulasi adalah:

  1. Gangguan sirkulasi spontan
  2. Penurunan curah jantung
  3. Risiko gangguan sirkulasi spontan
  4. Risiko penurunan curah jantung
  5. Risiko perdarahan
  6. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
  7. Risiko perfusi miokard tidak efektif
  8. Risiko perfusi perifer tidak efektif
  9. Risiko perfusi renal tidak efektif
  10. Risiko perfusi serebral tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

1 Comment

Leave a Reply