Risiko perfusi perifer tidak efektif

Risiko perfusi perifer tidak efektif adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Diagnosis ini diberi kode D.0015, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori sirkulasi dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko perfusi perifer tidak efektif secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari faktor risiko yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Faktor Risiko

Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko perfusi perifer tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

  1. Hiperglikemia
  2. Gaya hidup kurang gerak
  3. Hipertensi
  4. Merokok
  5. Prosedur endovaskuler
  6. Trauma
  7. Kurang terpapat informasi tentang faktor pemberat (misalnya merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas, imobilitas)

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hiperglikemia.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Risiko perfusi perifer tidak efektif d.d hiperglikemia.

Perhatikan:

  1. Masalah = Risiko perfusi perifer tidak efektif
  2. Faktor risiko = Hiperglikemia
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif adalah: “perfusi perifer meningkat.”

Perfusi perifer meningkat diberi kode L.02011 dalam SLKI.

Perfusi perifer meningkat berarti keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan meningkat.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa perfusi gastrointestinal meningkat adalah:

  1. Kekuatan nadi perifer meningkat
  2. Warna kulit pucat menurun
  3. Pengisian kapiler membaik
  4. Akral membaik
  5. Turgor kulit membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perfusi perifer meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Kekuatan nadi perifer meningkat
  2. Warna kulit pucat menurun
  3. Pengisian kapiler membaik
  4. Akral membaik
  5. Turgor kulit membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perfusi perifer
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko perfusi perifer tidak efektif adalah:

  1. Pencegahan syok
  2. Perawatan sirkulasi

Pencegahan Syok (I.02068)

Intervensi pencegahan syok dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.02068).

Pencegahan syok adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko terjadinya ketidakmampuan tubuh menyediakan oksigen dan nutrient untuk mencukupi kebutuhan jaringan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan syok berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
  • Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
  • Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
  • Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
  • Periksa Riwayat alergi

Terapeutik

  • Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
  • Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
  • Pasang jalur IV, jika perlu
  • Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu
  • Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

Edukasi

  • Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
  • Jelaskan tanda dan gejala awal syok
  • Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
  • Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
  • Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

Perawatan Sirkulasi (I.02079)

Intervensi perawatan sirkulasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.02079).

Perawatan sirkulasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan sirkulasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
  • Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
  • Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

  • Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
  • Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
  • Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera
  • Lakukan pencegahan infeksi
  • Lakukan perawatan kaki dan kuku
  • Lakukan hidrasi

Edukasi

  • Anjurkan berhenti merokok
  • Anjurkan berolahraga rutin
  • Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
  • Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
  • Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
  • Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
  • Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis: melembabkan kulit kering pada kaki)
  • Anjurkan program rehabilitasi vaskular
  • Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
  • Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori sirkulasi adalah:

  1. Gangguan sirkulasi spontan
  2. Penurunan curah jantung
  3. Perfusi perifer tidak efektif
  4. Risiko gangguan sirkulasi spontan
  5. Risiko penurunan curah jantung
  6. Risiko perdarahan
  7. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
  8. Risiko perfusi miokard tidak efektif
  9. Risiko perfusi renal tidak efektif
  10. Risiko perfusi serebral tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *