Koping komunitas tidak efektif

Koping komunitas tidak efektif merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pola adaptasi komunitas dan penyelesaian masalah yang tidak memuaskan untuk memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat.

Diagnosis ini diberi kode D.0095, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan koping komunitas tidak efektif secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis koping komunitas tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas

DO:

  • Komunitas tidak memenuhi harapan anggotanya
  • Konflik masyarakat meningkat
  • Insiden masalah masyarakat tinggi (mis: pembunuhan, pengrusakan, terorisme, perampokan, pelecehan, pengangguran, kemiskinan, penyakit mental)

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah koping komunitas tidak efektif adalah:

  1. Paparan bencana (alam atau buatan manusia)
  2. Riwayat bencana (alam atau buatan manusia)
  3. Ketidakadekuatan sumber daya untuk memecahkan masalah
  4. Ketidakcukupan sumber daya masyarakat (mis: istirahat, rekreasi, dukungan sosial)
  5. Tidak adanya sistem masyarakat

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya untuk memecahkan masalah dibuktikan dengan mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas, komunitas tidak memenuhi harapan anggotanya, insiden masalah kemiskinan masyarakat tinggi.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Koping komunitas tidak efektif b.d ketidakadekuatan sumber daya untuk memecahkan masalah d.d mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas, komunitas tidak memenuhi harapan anggotanya, insiden masalah kemiskinan masyarakat tinggi.

Perhatikan:

  1. Masalah = koping komunitas tidak efektif
  2. Penyebab = ketidakadekuatan sumber daya untuk memecahkan masalah
  3. Tanda/gejala = mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis koping komunitas tidak efektif adalah: “status koping komunitas membaik.”

Status koping komunitas membaik diberi kode L.09089 pada SLKI.

Status koping komunitas membaik berarti membaiknya pola adaptasi akvititas komunitas dan penyelesaian masalah yang memuaskan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status koping komunitasmembaik adalah:

  1. Keberdayaan komunitas meningkat
  2. Perencanaan komunitas meningkat
  3. Pemecahan masalah komunitas meningkat
  4. Sumber daya komunitas meningkat
  5. Partisipasi masyarakat meningkat
  6. Insiden masalah Kesehatan dalam komunitas menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status koping komunitas membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Keberdayaan komunitas meningkat
  2. Perencanaan komunitas meningkat
  3. Pemecahan masalah komunitas meningkat
  4. Sumber daya komunitas meningkat
  5. Partisipasi masyarakat meningkat
  6. Insiden masalah Kesehatan dalam komunitas menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka koping komunitas.
  2. Ekspektasi = Membaik.
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis koping komunitas tidak efektif adalah:

  1. Edukasi Kesehatan
  2. Manajemen lingkungan komunitas
  3. Pengembangan Kesehatan masyarakat

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Intervensi edukasi kesehatan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12383).

Edukasi kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
  • Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

  • Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
  • Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

  • Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
  • Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

Manajemen Lingkungan Komunitas (I.14515)

Intervensi manajemen lingkungan komunitas dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14515).

Manajemen lingkungan komunitas adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kondisi lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi Kesehatan masyarakat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen lingkungan komunitas berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Lakukan skrining risiko gangguan Kesehatan lingkungan
  • Identifikasi faktor risiko Kesehatan yang diketahui

Terapeutik

  • Libatkan partisipasi masyarakat dalam memelihara keamanan lingkungan

Edukasi

  • Promosikan kebijakan pemerintah untuk mengurangi risiko penyakit
  • Berikan Pendidikan Kesehatan untuk kelompok risiko
  • Informasikan layanan Kesehatan ke individu, keluarga, kelompok berisiko dan masyarakat

Kolaborasi

  • Kolaborasi dalam tim multidisiplin untuk mengidentifikasi ancaman keamanan di masyarakat
  • Kolaborasi dengan tim Kesehatan lain dalam program Kesehatan komunitas untuk menghadapi risiko yang diketahui
  • Kolaborasi dalam pegnembangan program aksi masyarakat
  • Kolaborasi dengan kelompok masyarakat dalam menjalankan peraturan pemerintah

Pengembangan Kesehatan Masyarakat (I.14548)

Intervensi pengembangan kesehatan masyarakat dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14548).

Pengembangan kesehatan masyarakat adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi anggota kelompok atau masyarakat untuk mengidentifikasi isu Kesehatan komunitas dan mengimplementasikan solusi yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pengembangan kesehatan masyarakat berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi masalah atau isu Kesehatan dan prioritasnya
  • Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait isu yang dihadapi
  • Identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan Kesehatan
  • Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat

Terapeutik

  • Berikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi sesuai aset yang dimiliki
  • Libatkan anggota masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu dan masalah Kesehatan yang dihadapi
  • Libatkan masyarakat dalam musyawarah untuk mendefinisikan isu Kesehatan dan mengembangkan rencana kerja
  • Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan implementasi serta revisinya
  • Libatkan anggota masyarakat dalam mengembangkan jaringan Kesehatan
  • Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan anggota masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat
  • Perkuat komunikasi antara individu dan kelompok untuk bermusyawarah terkait daya Tarik yang sama
  • Fasilitasi struktur organisasi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi
  • Kembangkan strategi dalam manajemen konflik
  • Persatukan anggota masyarakat dengan cita-cita komunitas yang sama
  • Bangun komitmen antar anggota masyarakat
  • Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan lokal, regional bahkan nasional terkait isu Kesehatan komunitas

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Harga diri rendah situasional
  9. Keputusasaan
  10. Kesiapan peningkatan konsep diri
  11. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  12. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  13. Ketidakberdayaan
  14. Ketidakmampuan koping keluarga
  15. Koping defensif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply