harga diri rendah situasional

Harga diri rendah situasional merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau ketidakmampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.

Diagnosis ini diberi kode D.0087, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan harga diri rendah situasional secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis harga diri rendah situasional, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Menilai diri negatif (mis: tidak berguna, tidak tertolong)
  • Merasa malu/bersalah
  • Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
  • Menolak menilaian positif tentang diri sendiri

DO:

  • Berbicara pelan dan lirih
  • Menolak berinteraksi dengan orang lain
  • Berjalan menunduk
  • Postur tubuh menunduk

Bila minimal 80% data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah harga diri rendah situasional adalah:

  1. Perubahan pada citra tubuh
  2. Perubahan peran sosial
  3. Ketidakadekuatan pemahaman
  4. Perilaku tidak konsisten dengan nilai
  5. Kegagalan hidup berulang
  6. Riwayat kehilangan
  7. Riwayat penolakan
  8. Transisi perkembangan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat penolakan dibuktikan dengan menilai diri tidak berguna, merasa malu, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Harga diri rendah situasional b.d riwayat penolakan d.d menilai diri tidak berguna, merasa malu, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.

Perhatikan:

  1. Masalah = harga diri rendah situasional
  2. Penyebab = Riwayat penolakan
  3. Tanda/gejala = menilai diri tidak berguna, dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis harga diri rendah situasional adalah: “harga diri meningkat.”

Harga diri meningkat diberi kode L.09069 dalam SLKI.

Harga diri meningkat berarti meningkatnya perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan sebagai respon terhadap situasi saat ini.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harga diri meningkat adalah:

  1. Penilaian diri positif meningkat
  2. Perasaan malu menurun
  3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
  4. Penilaian diri positif meningkat
  5. Percaya diri berbicara meningkat
  6. Kontak mata meningkat
  7. Gairan aktivitas meningkat
  8. Berjalan menampakkan wajah meningkat
  9. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Penilaian diri positif meningkat
  2. Perasaan malu menurun
  3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
  4. Percaya diri berbicara meningkat
  5. Kontak mata meningkat
  6. Gairan aktivitas meningkat
  7. Berjalan menampakkan wajah meningkat
  8. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis harga diri rendah situasional adalah:

  1. Manajemen perilaku
  2. Promosi harga diri
  3. Promosi koping

Manajemen Perilaku (I.12463)

Intervensi manajemen perilaku dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12463).

Manajemen perilaku adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif pasien.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen perilaku berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku

Terapeutik

  • Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
  • Jadwalkan kegiatan terstruktur
  • Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
  • Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
  • Batasi jumlah pengunjung
  • Bicara dengan nada rendah dan tenang
  • Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
  • Cegah perilaku pasif dan agresif
  • Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
  • Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
  • Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
  • Hindari sikap mengancam atau berdebat
  • Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah ditetapkan

Edukasi

  • Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif

Promosi Harga Diri (I.09308)

Intervensi promosi harga diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09308).

Promosi harga diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harga diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
  • Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
  • Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan

Terapeutik

  • Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
  • Motivasi menerima tantangan atau hal baru
  • Diskusikan pernyataan tentang harga diri
  • Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
  • Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
  • Diskusikan persepsi negatif diri
  • Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
  • Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
  • Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
  • Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
  • Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri

Edukasi

  • Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
  • Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
  • Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
  • Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
  • Anjurkan mengevaluasi perilaku
  • Ajarkan cara mengatasi bullying
  • Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
  • Latih pernyataan/kemampuan positif diri
  • Latih cara berfikir dan berperilaku positif
  • Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
  • Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
  • Latih penggunaan Teknik relaksasi
  • Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
  • Latih mengembangkan penilaian obyektif

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Keputusasaan
  9. Kesiapan peningkatan konsep diri
  10. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  11. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  12. Ketidakberdayaan
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *