Berduka

Berduka merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai respon psikososial yang ditunjukkan oleh klien akibat kehilangan (orang, objek, fungsi, status, bagian tubuh, atau hubungan).

Diagnosis ini diberi kode D.0081, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan berduka secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis berduka, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Merasa sedih
  • Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
  • Tidak menerima kehilangan
  • Merasa tidak ada harapan

DO:

  • Menangis
  • Pola tidur berubah
  • Tidak mampu berkonsentrasi

Bila 80% dari data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah berduka adalah:

  1. Kematian keluarga atau orang yang berarti
  2. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
  3. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial)
  4. Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial)

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Berduka berhubungan dengan kematian keluarga dibuktikan dengan merasa sedih, tidak menerima kehilangan, merasa tidak ada harapan, menangis, tidak mampu berkonsentrasi.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Berduka b.d kematian keluarga d.d merasa sedih, tidak menerima kehilangan, merasa tidak ada harapan, menangis, tidak mampu berkonsentrasi

Perhatikan:

  1. Masalah = Berduka
  2. Penyebab = Kematian keluarga
  3. Tanda/gejala = Merasa sedih., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis berduka adalah: “tingkat berduka menurun.”

Tingkat berduka menurun diberi kode L.09094 dalam SLKI.

Tingkat berduka menurun berarti menurunnya respons psikososial yang ditunjukkan akibat kehilangan (orang, objek, fungsi, status, bagian tubuh, atau hubungan)

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat berduka menurun adalah:

  1. Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
  2. Verbalisasi harapan meningkat
  3. Verbalisasi perasaan sedih menurun
  4. Verbalisasi perasaan bersalah atau menyalahkan orang lain menurun
  5. Menangis menurun
  6. Pola tidur membaik
  7. Konsentasi membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat berduka menurun, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
  2. Verbalisasi harapan meningkat
  3. Verbalisasi perasaan sedih menurun
  4. Menangis menurun
  5. Konsentasi membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat berduka
  2. Ekspektasi = Menurun
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis berduka adalah:

  1. Dukungan proses berduka
  2. Dukungan emosional

Dukungan Proses Berduka (I.09274)

Intervensi dukungan proses berduka dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09274).

Dukungan proses berduka adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi menyelesaikan proses berduka terhadap kehilangan yang bermakna.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan proses berduka berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kehilangan yang dihadapi
  • Identifikasi proses berduka yang dialami
  • Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau orang yang meninggal
  • Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan

Terapeutik

  • Tunjukan sikap menerima dan empati
  • Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
  • Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
  • Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama, dan norma sosial
  • Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis: membaca buku, menulis, menggambar, atau bermain)
  • Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan

Edukasi

  • Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar menawar, depresi, dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
  • Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
  • Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
  • Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap

Dukungan Emosional (I.09256)

Intervensi dukungan emosional dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09256).

Dukungan emosional adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stres.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan emosional berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi fungsi marah, frustrasi, dan amuk bagi pasien
  • Identifikasi hal yang telah memicu emosi

Terapeutik

  • Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
  • Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
  • Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis: merangkul, menepuk-nepuk)
  • Tetap Bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu
  • Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah

Edukasi

  • Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis: ansietas, marah, sedih)
  • Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan
  • Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat

Kolaborasi

  • Rujuk untuk konseling, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Distres spiritual
  3. Gangguan citra tubuh
  4. Gangguan identitas diri
  5. Gangguan persepsi sensori
  6. Harga diri rendah kronis
  7. Harga diri rendah situasional
  8. Keputusasaan
  9. Kesiapan peningkatan konsep diri
  10. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  11. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  12. Ketidakberdayaan
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply