Pengambilan darah vena, dalam SOP PPNI diistilahkan dengan “pengambilan sampel darah vena”.
Pengambilan sampel darah vena adalah tindakan yang dilakukan oleh Perawat untuk mengambil sampel darah melalui intravena untuk pemeriksaan laboratorium.
Sampel darah atau spesimen darah adalah pemeriksaan yang paling sering dilakukan di fasilitas pelayanan Kesehatan dibandingkan dengan sampel lain seperti sputum, urin, tinja, dsb.
Analisis spesimen darah dapat digunakan untuk:
Ketika mengambil spesimen darah pada pasien, perawat harus memperhatikan beberapa hal demi memastikan keakuratan hasil.
Akurasi pemeriksaan dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain:
- Pemilihan alat yang sesuai
- Pemilihan tabung yang sesuai
- Pemilihan vena yang sesuai
Memilih alat yang sesuai
Ada berbagai alat berbeda untuk mengambil darah vena, yaitu:
Keempat alat diatas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lihat tabel dibawah:
No | Alat | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|---|
1 | Spuit dan jarum | Terlihat Flashback darah balik | Hanya dapat mengambil sedikit darah (terbatas). |
2 | Spuit dan jarum kupu-kupu | Terlihat flashback darah; cocok digunakan pada pasien dengan vena yang kecil dan rapuh; dapat mengambil beberapa spuit darah. | Butuh waktu; proses yang lama mungkin dapat menyebabkan darah membeku. |
3 | Vacutainer | Dapat mengambil beberapa tabung darah; proses cepat | Tidak terlihat flashback darah |
4 | Vacutainer dan jarum kupu-kupu | Terlihat flashback darah; dapat mengambil beberapa tabung darah; cocok digunakan pada pasien dengan vena yang kecil dan rapuh. | Sedotan vakum mungkin menyebabkan terlalu banyak tekanan negative pada vena yang rapuh. |
Spuit dan jarum sederhana mungkin cukup jika hanya satu pemeriksaan darah yang dipesan.
Namun jika ada beberapa jenis pemeriksaan darah diperintahkan, maka lebih baik memilih vacutainer.
Penting bagi perawat untuk menentukan alat yang paling cocok bagi pasien, serta situasi dan kondisi di lapangan.
Memilih tabung yang sesuai
Ketika pemeriksaan darah dilakukan, sampel dapat berupa darah total (whole blood), serum, atau plasma.
Serum dan plasma berasal dari darah utuh yang sel-sel darahnya telah dikeluarkan.
Untuk mendapatkan plasma darah, perawat harus mencegah sampel darah yang diambil membeku.
Tindakan pencegahan tersebut dilakukan dengan menggunakan aditif (zat tambahan) yang dicampurkan bersama sampel darah.
Untungnya perawat tidak perlu repot mencampur-campur aditif sendiri karena telah tersedia tabung darah khusus untuk itu.
Tabung pengumpulan sampel darah memiliki warna yang menunjukkan jenis zat aditif yang terkandung didalamnya.
Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:
No | Warna Tabung | Aditif | Tujuan Aditif | Contoh Pemeriksaan Lab |
---|---|---|---|---|
1 | Ungu | EDTA | Mencegah pembekuan darah | Hitung darah lengkap (CBC), Hitung platelet |
2 | Biru | Natrium sitrat | Digunakan saat pemeriksaan plasma; mencegah pembekuan darah | PT, PTT |
3 | Abu-abu | Natrium fluorida oksalat | Mencegah glikolisis | Glukosa, toleransi laktosa, kimia |
4 | Hijau | Heparin | Digunakan saat pemeriksaan plasma; mencegah pembekuan darah | Amonia, carbonxyhemoglobin, kimia |
5 | Merah | Tidak ada | Digunakan saat pemeriksaan serum; memungkinkan sampel sarah membeku | Kimia darah, bilirubin, BUN, kalsium |
6 | Merah dan hitam | Tidak ada | Digunakan untuk memisahkan serum | Kimia darah, serologi |
Perawat harus memilih tabung yang sesuai untuk pemeriksaan laboratorium yang dipesan.
Ketika ada beberapa pemeriksaan yang dibutuhkan, perawat perlu mengatur urutan penarikan darah berdasarkan tabung.
Ini disebut urutan penarikan (order of draw), untuk mencegah kontaminasi dari aditif. Oleh karena itu tabung tanpa aditif biasanya ditarik sebelum tabung aditif.
Setiap fasilitas Kesehatan mungkin memiliki rekomendasi khusus untuk urutan penarikan, namun, secara umum urutannya adalah:
Memilih vena yang sesuai
Vena yang sering digunakan untuk mengambil sampel darah vena adalah vena-vena di fossa antecubital, seperti vena basilika, vena cephalic, dan vena median cubiti.
Palpasi area fossa antecubital untuk mencari vena yang memiliki tekstur padat, kenyal dan rekoil saat ditekan.
Usahakan untuk memilih vena yang teraba daripada yang terlihat.
Adapun vena-vena yang harus dihindari adalah:
Dengarkan pasien untuk tempat penusukan yang pernah berhasil dan tidak berhasil di masa lalu. Jika pasien anda sering melakukan tes darah, dia akan mengetahui vena yang berfungsi dengan baik.
Untuk pasien yang tidak teraba vena di fossa antecubital, maka perawat dapat menggunakan vena di punggung tangan atau lengan bawah.
Tapi itu adalah pilihan terakhir, karena vena tersebut mungkin terlihat namun biasanya sangat kecil. Selain itu, banyak ujung saraf ditemukan di sana.
Jangan buru-buru, dan ambil waktu yang cukup untuk menemukan vena dengan kemungkinan keberhasilan tertinggi.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang membutuhkan pengambilan sampel darah vena menurut buku SPO Keperawatan (PPNI, 2021), antara lain:
- Hipervolemia
- Hipovolemia
- Penurunan curah jantung
- Perfusi perifer tidak efektif
- Gangguan sirkulasi spontan
- Ikterik neonatus
- Risiko hipovolemia
- Risiko penurunan curah jantung
- Risiko perfusi miokard tidak efektif
- Risiko perfusi perifer tidak efektif
- Risiko gangguan sirkulasi spontan
- Risiko ketidakseimbangan cairan
- Risiko ketidakseimbangan elektrolit
- Risiko ikterik neonatus
Persiapan alat
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel darah vena antara lain:
- Sarung tangan bersih
- Spuit atau vacutainer sesuai ukuran
- Alcohol swab
- Tabung sampel darah, sesuai kebutuhan
- Torniket
- Plester
- Pengalas
- Bengok
- Safety box
SOP Pengambilan Darah Vena
SOP pengambilan sampel darah vena sesuai SPO PPNI adalah:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
- Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan (lihat persiapan alat diatas)
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Pasang sarung tangan bersih
- Pilih vena yang akan dilakukan penusukan
- Pasang pengalas di bawah area vena yang dipilih
- Lakukan pembendungan dengan memasang torniket 5 – 10 cm di atas area penusukan
- Anjurkan pasien untuk membuka dan mengepalksan tangan beberapa kali untuk membantu vena berdilatasi (membesar)
- Bersihkan area penusukan dengan alcohol swab
- Lakukan penusukan dengan sudut 20 – 30 derajat dengan bevel menghadap ke atas
- Aspirasi sampel darah sesuai kebutuhan (jika menggunakan spuit) atau pegang adapter lalu tekan tabung vakum dan biarkan darah masuk sampai sesuai kebutuhan (jika menggunakan vacutainer)
- Lepaskan torniket
- Keluarkan jarum dari vena secara perlahan
- Lakukan penekanan pada area penusukan
- Berikan balutan dengan kasa steril, jika perlu
- Pasang plester pada area penusukan jika darah telah berhenti
- Pindahkan darah dari spuit ke dalam tabung vakum (jika menggunakan spuit)
- Berikan label pada tabung sampel darah dan kirim segera ke laboratorium
- Buang jarum pada safety box
- Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
- Lepaskan sarung tangan
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Dokumentasikan hasil pemantauan
OSCE Pengambilan Darah Vena
No | Nomor station | 1 |
1 | Judul station | Pengambilan sampel darah vena |
2 | Waktu yang dibutuhkan | 5 menit |
3 | Tujuan station | Mengambil sampel darah melalui intravena untuk pemeriksaan laboratorium. |
4 | Kompetensi | Implementasi |
5 | Kategori | Oksigen |
6 | Instruksi untuk peserta ujian | Skenario Klinik: Seorang pria, usia 45 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam tinggi, sakit kepala berat, nyeri pada sendi, otot, dan tulang, nyeri pada bagian belakang mata. Tes rumple leed menunjukkan hasil positif. Perawat akan mengambil sampel darah vena untuk pemeriksaan laboratorium. Tugas: Lakukan prosedur pengambilan sampel darah arteri pada klien. |
7 | Instruksi untuk penguji | Penguji mengamati dan menilai penampilan peserta berdasarkan rubrik penilaian |
8 | Instruksi untuk klien standar/manikin | Mengikuti arahan peserta |
9 | Setting station | IGD |
10 | Peralatan yang dibutuhkan | (1) sarung tangan bersih; (2) Vacutainer sesuai ukuran; (3) Alcohol swab; (4) tabung sampel darah sesuai kebutuhan; (5) Torniket; (6) Plester; (7) Pengalas; (8) Bengkok; (9) safety box. |
11 | Penulis | Leo Rulino, S.Kep., Ns., S.H., M.Kep |
Referensi
- PPNI (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- Stein, LNM., & Hollen, CJH. (2021). Concept-based clinical nursing skills: fundamental to advanced. Missouri: Elsevier.