Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
Diagnosis ini diberi kode D.0037, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko ketidakseimbangan elektrolit secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari faktor risiko yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
Faktor Risiko
Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien mengalami masalah Kesehatan.
Faktor risiko inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.
Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko ketidakseimbangan elektrolit, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
- Ketidakseimbangan cairan (mis: dehidrasi dan intoksikasi air)
- Kelebihan volume cairan
- Gangguan mekanisme regulasi (mis: diabetes)
- Efek samping prosedur (mis: pembedahan)
- Diare
- Muntah
- Disfungsi ginjal
- Disfungsi regulasi endokrin
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:
[masalah] + [faktor risiko]
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Risiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d diare
Perhatikan:
- Masalah = Risiko ketidakseimbangan elektrolit
- Faktor risiko = Diare
- d.d = dibuktikan dengan
- Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko ketidakseimbangan elektrolit adalah: “keseimbangan elektrolit meningkat.”
Keseimbangan elektrolit meningkat diberi kode L.03021 dalam SLKI.
Keseimbangan elektrolit meningkat berarti kadar serum elektrolit dalam batas normal.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa keseimbangan elektrolit meningkat adalah:
- Serum natrium membaik
- Serum kalium membaik
- Serum klorida membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keseimbangan elektrolit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Serum natrium membaik
- Serum kalium membaik
- Serum klorida membaik
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keseimbangan elektrolit
- Ekspektasi = Meningkat
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko ketidakseimbangan elektrolit adalah Pemantauan elektrolit.
Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Intervensi pemantauan elektrolit dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03122).
Pemantauan elektrolit adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi keseimbangan elektrolit.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan elektrolit berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah, diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang, gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol)
- Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
- Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus, demam, mual, muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah] dan tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar, komplek QRS lebar, interval PR memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis: depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
- Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis: kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori nutrisi dan cairan adalah:
- Berat badan lebih
- Defisit nutrisi
- Diare
- Disfungsi motilitas gastrointestinal
- Hipervolemia
- Hipovolemia
- Ikterik neonatus
- Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
- Kesiapan peningkatan nutrisi
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Menyusui efektif
- Menyusui tidak efektif
- Obesitas
- Risiko berat badan lebih
- Risiko defisit nutrisi
- Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
- Risiko hipovolemia
- Risiko ikterik neonatus
- Risiko ketidakseimbangan cairan
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Risiko syok
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.