Obesitas merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai akumulasi lemak berlebih yang tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin, serta melampaui kondisi berat badan lebih (overweight)
Diagnosis ini diberi kode D.0030, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan obesitas secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.
Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.
Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:
- Penyebab (Etiologi)
- Tanda dan Gejala
- Penulisan Diagnosis
- Luaran (HYD)
- Intervensi
- Diagnosis Terkait
- Referensi
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah obesitas adalah:
- Kurang aktivitas fisik harian
- Kelebihan konsumsi gula
- Gangguan kebiasaan makan
- Gangguan persepsi makan
- Kelebihan konsumsi alkohol
- Penggunaan energi kurang dari asupan
- Sering mengemil
- Sering memakan makanan berminyak/berlemak
- Faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran energi, aktivitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, lipolisis)
- Penggunaan makanan formula atau makanan campuran (pada bayi)
- Asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
- Berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan tahun pertama)
- Makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia < 5 bulan.
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis obesitas, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
Tidak ada
DO:
- IMT > 27 kg/m² (pada dewasa)
- IMT lebih dari presentil 95 untuk usia dan jenis kelamin (pada anak)
Berdasarkan data objektif diatas, maka untuk dapat mengangkat diagnosis berat badan lebih, Perawat harus mendapatkan nilai IMT.
LIHAT: Kalkulator Indeks Massa Tubuh (IMT)
Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain, misalnya “Berat Badan Lebih” atau “Risiko Berat Badan Lebih” yang sama-sama masalah keperawatan pada sub kategori nutrisi dan cairan dalam SDKI.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Obesitas berhubungan dengan gangguan kebiasaan makan dibuktikan dengan IMT 30 kg/m²
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Obesitas b.d gangguan kebiasaan makan d.d IMT 30 kg/m²
Perhatikan:
- Masalah = Obesitas
- Penyebab = Gangguan kebiasaan makan
- Tanda/gejala = IMT 30 kg/m²
- b.d = berhubungan dengan
- d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis obesitas adalah: “berat badan membaik.”
Berat badan membaik diberi kode L.03018 dalam SLKI.
Berat badan membaik berarti akumulasi bobot tubuh pasien sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa berat badan membaik adalah:
- Berat badan membaik
- Tebal lipatan kulit membaik
- Indeks massa tubuh membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka berat badan membaik, dengan kriteria hasil:
- Berat badan membaik
- Tebal lipatan kulit membaik
- Indeks massa tubuh membaik
Perhatikan:
- Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka berat badan
- Ekspektasi = Membaik
- Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis obesitas adalah:
- Edukasi berat badan efektif
- Manajemen berat badan
Edukasi berat badan efektif (I.12365)
Intervensi edukasi berat badan efektif dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12365).
Edukasi berat badan efektif adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan informasi tentang berat badan dan persentase lemak tubuh yang optimal.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi berat badan efektif berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media edukasi
- Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
- Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan hubungan asupan makanan, Latihan, peningkatan, dan penurunan berat badan
- Jelaskan kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat badan
- Jelaskan risiko kondisi kegemukan (overweight) dan kurus (underweight)
- Jelaskan kebiasaan, tradisi dan budaya, serta faktor genetic yang mempengaruhi berat badan
- Ajarkan cara mengelola berat badan secara efektif
Manajemen berat badan (I.03097)
Intervensi manajemen berat badan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03097).
Manajemen berat badan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola berat badan agar dalam rentang optimal.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen berat badan berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
- Identifikasi kondisi Kesehatan pasien yang dapat mempengaruhi berat badan
Terapeutik
- Hitung berat badan ideal pasien (lihat kalkulator berat badan ideal)
- Hitung persentase lemak dan otot pasien
- Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
Edukasi
- Jelaskan hubungan asupan makanan, Latihan, peningkatan, dan penurunan berat badan
- Jelaskan faktor risiko berat badan lebih dan berat badan kurang
- Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu, jika perlu
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktivitas fisik dan perubahan berat badan
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori nutrisi dan cairan adalah:
- Berat badan lebih
- Defisit nutrisi
- Diare
- Disfungsi motilitas gastrointestinal
- Hipervolemia
- Hipovolemia
- Ikterik neonatus
- Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
- Kesiapan peningkatan nutrisi
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Menyusui efektif
- Menyusui tidak efektif
- Risiko berat badan lebih
- Risiko defisit nutrisi
- Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
- Risiko hipovolemia
- Risiko ikterik neonatus
- Risiko ketidakseimbangan cairan
- Risiko ketidakseimbangan elektrolit
- Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Risiko syok
Referensi
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.