Ketidakstabilan kadar glukosa darah

Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang normal.

Diagnosis ini diberi kode D.0027, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat terdiri dari hipoglikemia dan hiperglikemia, dimana masing-masing memiliki etiologi tersendiri, yaitu:

Hiperglikemia

  1. Disfungsi pankreas
  2. Resistensi insulin
  3. Gangguan toleransi glukosa darah
  4. Gangguan glukosa darah puasa

Hipoglikemia

  1. Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
  2. Hiperinsulinemia (mis. insulinoma)
  3. Endokrinopati (mis. kerusakan adrenal atau pituitari)
  4. Disfungsi hati
  5. Disfungsi ginjal kronis
  6. Efek agen farmakologis
  7. TIndakan pembedahan neoplasma
  8. Gangguan metabolik bawaan (mis. gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah, sebelumnya Perawat harus menentukan apakah masalahnya diakibatkan oleh hiperglikemia atau hipoglikemia.

Menentukan penyebab munculnya masalah ini sangat penting karena tanda dan gejala yang muncul berbeda-beda.

Tanda dan gejala hiperglikemia

DS:

  • Lelah atau lesu

DO:

  • Kadar glukosa dalam darah/urin tinggi

Tanda dan gejala hipoglikemia

DS:

  • Mengantuk
  • Pusing

DO:

  • Gangguan koordinasi
  • Kadar glukosa dalam darah/urin rendah

Bila data diatas tidak tampak pada pasien maka Perawat harus melihat kemungkinan lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori  nutrisi dan cairan pada SDKI.

Kadar Glukosa Darah Normal

Kadar glukosa darah, atau kadar gula darah, adalah tes yang menunjukkan berapa banyak glukosa yang dalam darah pasien.

Glukosa adalah gula yang didapatkan dari makanan dan minuman.

Kadar gula darah dapat naik dan turun sepanjang hari, dan bagi pasien diabetes, perubahan kadar glukosa lebih besar dan lebih sering terjadi daripada orang yang tidak menderita diabetes.

Kadar Glukosa DarahKesimpulan
< 80 mg/dLHipoglikemia
80 – 140 mg/dLNormal
> 140 mg/dLHiperglikemia
Kadar glukosa darah (diabetes.org.uk)

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas dibuktikan dengan mengantuk, pusing, kadar glukosa darah rendah.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d disfungsi pankreas d.d mengantuk, pusing, kadar glukosa darah rendah.

Perhatikan:

  1. Masalah = Ketidakstabilan kadar glukosa darah
  2. Penyebab = Disfungsi pankreas
  3. Tanda/gejala = Mengantuk … dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah: “kestabilan kadar glukosa darah meningkat.”

Kestabilan kadar glukosa darah meningkat diberi kode L.03022 dalam SLKI.

Kestabilan kadar glukosa darah meningkat berarti kadar glukosa darah berada dalam rentang normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa kestabilan kadar glukosa darah meningkat adalah:

  1. Koordinasi meningkat
  2. Mengantuk menurun
  3. Pusing menurun
  4. Lelah/lesu menurun
  5. Rasa lapar menurun
  6. Kadar glukosa dalam darah membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kestabilan kadar glukosa darah meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Mengantuk menurun
  2. Pusing menurun
  3. Kadar glukosa darah membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status kestabilan kadar glukosa darah
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah:

  1. Manajemen hiperglikemia
  2. Manajemen hipoglikemia

Intervensi diatas dipilih sesuai penyebab yang terjadi.

Bila ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi akibat hiperglikemia, maka intervensi yang dipilih adalah manajemen hiperglikemia.

Bila ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi akibat hipoglikemia, maka intervensi yang dipilih adalah manajemen hipoglikemia.

Manajemen Hiperglikemia (I.03115)

Intervensi Manajemen hiperglikemia dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03115).

Manajemen hiperglikemia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah diatas normal.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi Manajemen hiperglikemia berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
  • Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis: penyakit kambuhan)
  • Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
  • Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria, polydipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
  • Monitor intake dan output cairan
  • Monitor keton urin, kadar Analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik

  • Berikan asupan cairan oral
  • Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
  • Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik

Edukasi

  • Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
  • Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
  • Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
  • Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika perlu
  • Ajarkan pengelolaan diabetes (mis: penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu

Manajemen Hipoglikemia (I.03115)

Intervensi Manajemen hipoglikemia dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03115), sama seperti kode intervensi manajemen hiperglikemia.

Manajemen hipoglikemia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen hipoglikemia berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
  • Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia

Terapeutik

  • Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
  • Berikan glucagon, jika perlu
  • Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Pertahankan akses IV, jika perlu
  • Hubungi layanan medis darurat, jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
  • Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
  • Anjurkan monitor kadar glukosa darah
  • Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian program pengobatan
  • Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahraga
  • Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (mis: tanda dan gejala, faktor risiko, dan pengobatan hipoglikemia)
  • Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis: mengurangi insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga)

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori  nutrisi dan cairan adalah:

  1. Berat badan lebih
  2. Defisit nutrisi
  3. Diare
  4. Disfungsi motilitas gastrointestinal
  5. Hipervolemia
  6. Hipovolemia
  7. Ikterik neonatus
  8. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
  9. Kesiapan peningkatan nutrisi
  10. Menyusui efektif
  11. Menyusui tidak efektif
  12. Obesitas
  13. Risiko berat badan lebih
  14. Risiko defisit nutrisi
  15. Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
  16. Risiko hipovolemia
  17. Risiko ikterik neonatus
  18. Risiko ketidakseimbangan cairan
  19. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
  20. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
  21. Risiko syok

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply