risiko disfungsi motilitas gastrointestinal

Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami peningkatan, penurunan, tidak efektifnya aktivitas peristaltik gastrointestinal.

Suara peristaltik atau bising usus terjadi akibat adanya gerakan usus saat mendorong makanan.

Bising usus sangat bervariasi pada semua individu yang diteliti. Bising usus normal didefinisikan sebagai 3-10 kali suara biasa, terjadi satu setiap lima detik, didahului dan diikuti oleh setidaknya satu menit keheningan (Arnbjörnsson, 1986)

Diagnosis ini diberi kode D.0032, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko disfungsi motilitas gastrointestinal secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari faktor risiko yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Table of Contents

Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien mengalami masalah Kesehatan.

Faktor risiko inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.

Untuk dapat mengangkat diagnosis risiko disfungsi motilitas gastrointestinal, Perawat harus memastikan bahwa salah satu dari risiko dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

  1. Pembedahan abdomen
  2. Penurunan sirkulasi gastrointestinal
  3. Intoleransi makanan
  4. Refluks gastrointestinal
  5. Hiperglikemia
  6. Imobilitas
  7. Proses penuaan
  8. Infeksi gastrointestinal
  9. Efek agen farmakologis (mis: antibiotik, laksatif, narkotika/opiat)
  10. Prematuritas
  11. Kecemasan
  12. Stress
  13. Kurangnya sanitasi pada persiapan makanan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal dibuktikan dengan penurunan sirkulasi gastrointestinal.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal d.d penurunan sirkulasi gastrointestinal.

Perhatikan:

  1. Masalah = Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
  2. Faktor risiko = penurunan sirkulasi gastrointestinal.
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko disfungsi motilitas gastrointestinal adalah: “motilitas gastrointestinal membaik.”

Motilitas gastrointestinal membaik diberi kode L.03023 dalam SLKI.

Motilitas gastrointestinal membaik berarti aktivitas peristaltic gastrointestinal membaik atau dalam rentang normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa motilitas gastrointestinal membaik adalah:

  1. Nyeri menurun
  2. Kram abdomen menurun
  3. Mual menurun
  4. Muntah menurun
  5. Regurgitasi menurun
  6. Distensi abdomen menurun
  7. Diare menurun
  8. Suara peristaltik meningkat (bila hipoperistaltik) / menurun (bila hiperperistaltik)
  9. Pengosongan lambung meningkat
  10. Flatus meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka motilitas gastrointestinal membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Flatus meningkat
  2. Suara peristaltik meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka motilitas gastrointestinal
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko disfungsi motilitas gastrointestinal adalah:

  1. Edukasi diet
  2. Pemantauan infeksi

Namun pemantauan infeksi tidak tersedia di buku SIKI Edisi 1 Cetakan II. Sehingga Perawat.Org mengganti intervensi pemantauan infeksi menjadi pengontrolan infeksi.

Edukasi Diet (I.12369)

Intervensi edukasi diet dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12369).

Edukasi diet adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan jumlah, jenis, dan jadwal asupan makanan yang diprogramkan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi diet berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
  • Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
  • Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
  • Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan
  • Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan

Terapeutik

  • Persiapkan materi dan media dan alat peraga
  • Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan Pendidikan Kesehatan
  • Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
  • Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu

Edukasi

  • Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap Kesehatan
  • Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
  • Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu
  • Anjurkan pertahankan posisi semi fowler (30 – 45 derajat) 20 – 30 menit setelah makan
  • Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan
  • Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
  • Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang sesuai
  • Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program
  • Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet, jika perlu

Kolaborasi

  • Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu

Pengontrolan Infeksi (I.01018)

Intervensi pengontrolan infeksi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01018).

Pengontrolan infeksi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengendalikan penyebaran infeksi dan perburukan komplikasi akibat infeksi.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pengontrolan infeksi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular

Terapeutik

  • Terapkan kewaspadaan universal (mis: cuci tangan aseptic, gunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata, apron, sepatu bot sesuai model transmisi mikroorganisme)
  • Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan positif untuk pasien yang mengalami penurunan imunitas
  • Tempatkan pada ruang isolasi bertekanan negatif untuk pasien dengan resiko penyebaran infeksi via droplet atau udara
  • Sterilisasi dan desinfeksi alat-alat, furniture, lantai, sesuai kebutuhan
  • Gunakan hepafilter pada area khusus (mis: kamar operasi)
  • Berikan tanda khusus untuk pasien-pasien dengan penyakit menular

Edukasi

  • Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
  • Ajarkan etika batuk dan/atau bersin

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori  nutrisi dan cairan adalah:

  1. Berat badan lebih
  2. Defisit nutrisi
  3. Diare
  4. Disfungsi motilitas gastrointestinal
  5. Hipervolemia
  6. Hipovolemia
  7. Ikterik neonatus
  8. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
  9. Kesiapan peningkatan nutrisi
  10. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
  11. Menyusui efektif
  12. Menyusui tidak efektif
  13. Obesitas
  14. Risiko berat badan lebih
  15. Risiko defisit nutrisi
  16. Risiko hipovolemia
  17. Risiko ikterik neonatus
  18. Risiko ketidakseimbangan cairan
  19. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
  20. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
  21. Risiko syok

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  4. Arnbjörnsson E. (1986). Normal and pathological bowel sound patterns. Ann Chir Gynaecol, 75 (6) : 314 – 8. PMID: 3579191.

Leave a Reply