Monitor saturasi oksigen, dalam SOP PPNI diistilahkan dengan “pemantauan saturasi oksigen”.
Pemantauan saturasi oksigen adalah tindakan yang dilakukan oleh Perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri dengan menggunakan oksimetri nadi beserta sensornya (PPNI, 2021).
Saturasi oksigen disingkat SpO2, adalah jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin, diukur sebagai persentase dari total kapasitas pengikatan (Stein & Hollen, 2021).
Parameter yang ditetapkan untuk saturasi oksigen adalah 95% hingga 100% pada orang sehat yang tidak menerima oksigen tambahan.
Saturasi oksigen diukur dengan alat yang disebut oksimetri nadi atau pulse oximeter.
Pulse oximeter mengukur saturasi oksigen dengan probe yang memancarkan cahaya inframerah.
Hemoglobin kemudian menyerap gelombang cahaya inframerah yang dipancarkan oleh probe.
Saturasi oksigen diukur berdasarkan penyerapan cahaya inframerahy dari hemoglobin jenuh yang kemudian dinyatakan sebagai persentase (%).
Saturasi oksigen (SpO2) memberikan perkiraan nilai saturasi oksigen pasien dengan mudah, non-invasif, dan hemat biaya.
Monitoring saturasi oksigen membantu perawat untuk mendeteksi kondisi hipoksia pada pasien.
Selain itu, monitoring SpO2 juga membantu memantau status oksigenasi ketika pasien sedang mendapatkan oksigen tambahan, atau saat pembiusan operasi.
Meski demikian, hasil saturasi oksigen tidak selalu memberikan gambaran lengkap.
Misalnya, saat seseorang mengalami anemia, atau kehilangan darah (sel darah merah tidak mencukupi), maka angka saturasi 100% tidak menjamin perfusi dan oksigenasi organ yang memadai.
Sebaliknya, jika pasien menerima oksigen tambahan, angka SpO2 100% tidak dapat memberi tahu apakah ada kemungkinan dosis oksigen kebanyakan.
Oleh karena itu, perawat tidak boleh terlalu bergantung pada hasil saturasi oksigen saja.
Monitoring saturasi oksigen hanyalah satu dari beberapa bagian pengkajian status pernapasan, perawat harus mempertimbangan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan fisik, dan mungkin juga analisa gas darah.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang membutuhkan monitoring saturasi oksigen menurut buku SPO Keperawatan (PPNI, 2021), antara lain:
- Bersihan jalan napas tidak efektif
- Gangguan penyapihan ventilator
- Gangguan pertukaran gas
- Gangguan sirkulasi spontan
- Gangguan ventilasi spontan
- Penurunan curah jantung
- Perfusi perifer tidak efektif
- Pola napas tidak efektif
- Risiko aspirasi
- Risiko gangguan sirkulasi spontan
- Risiko penurunan curah jantung
- Risiko perfusi miokard tidak efektif
- Risiko perfusi perifer tidak efektif
- Risiko syok
Persiapan alat
Alat-alat yang dibutuhkan untuk monitoring saturasi oksigen antara lain:
- Oksimetri nadi (pulse oximeter)
- Alcohol swab, jika perlu
SOP Monitor Saturasi Oksigen
SOP monitor saturasi oksigen sesuai SPO PPNI adalah:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
- Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan (lihat persiapan alat diatas)
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Bersihkan area pemasangan oksimetri nadi dengan alcohol swab, jika perlu
- Tekan tombol on/off untuk mengaktifkan alat oksimetri nadi
- Pasang probe oksimetri nadi pada ujung jari pasien
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Dokumentasikan hasil pemantauan
EBP Monitor Saturasi Oksigen
- Saturasi oksigen mengidentifikasi adanya gejala hipoksia (Goldman, 2011).
- Saturasi oksigen kurang dari 90% (normal: 95% hingga 100%) atau tekanan parsial oksigen kurang dari 80 mm Hg (normal: 80 hingga 100 mm Hg) menunjukkan masalah oksigenasi yang signifikan (Ackley, Ladwig & Makic, 2017).
- Pencegahan dan pengobatan hipoksemia termasuk mempertahankan saturasi oksigen arteri lebih dari 90% (Amsterdam et al, 2014).
- Munculnya takikardia dan saturasi oksigen yang rendah (umumnya <88%), merupakan indikator status hemodinamik yang tidak stabil; Istirahatkan pasien dan berikan oksigen tambahan (Ambrosea et al, 2013).
Referensi
- PPNI (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- Ambrosea, A. F., Geet, P., & Hausdorff, J. M. (2013). Risk factors for falls among older adults: a review of the literature. Maturitas, 75, 511–521.
- Amsterdam, E. A., Wenger, N. K., Brindis, R. G., et al. (2014). AHA/ACC guideline for the management of patients with non-ST elevation acute coronary syndromes: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Circulation, 23(30), e344–e426.
- Goldman, L. (2011). Goldman Cecil’s Medicine. St. Louis: Saunders.
- Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing diagnosis handbook: an evidence-based guide to planning care. MO: Elsevier.
- Stein, LNM., & Hollen, CJH. (2021). Concept-based clinical nursing skills: fundamental to advanced. Missouri: Elsevier.