ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.

Diagnosis ini diberi kode D.0092, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan ketidakberdayaan secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis ketidakberdayaan, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya

DO:

  • Bergantung pada orang lain

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah ketidakberdayaan adalah:

  1. Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka Panjang
  2. Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan
  3. Interaksi interpersonal tidak memuaskan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Ketidakberdayaan berhubungan dengan interaksi interpersonal tidak memuaskan dibuktikan dengan menyatakan frustasi, bergantung pada orang lain.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Ketidakberdayaan b.d interaksi interpersonal tidak memuaskan d.d menyatakan frustasi, bergantung pada orang lain.

Perhatikan:

  1. Masalah = ketidakberdayaan
  2. Penyebab = interaksi interpersonal tidak memuaskan
  3. Tanda/gejala = menyatakan frustasi., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis ketidakberdayaan adalah: “keberdayaan meningkat.”

Keberdayaan meningkat diberi kode L.09071 dalam SLKI.

Keberdayaan meningkat berarti meningkatnya persepsi bahwa tindakan seseorang mampu mempengaruhi hasil secara signifikan.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa keberdayaan meningkat adalah:

  1. Verbalisasi mampu melaksanakan aktivitas meningkat
  2. Verbalisasi frustasi menurun
  3. Ketergantungan pada orang lain menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keberdayaan meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi frustasi menurun
  2. Ketergantungan pada orang lain menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka keberdayaan
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis ketidakberdayaan adalah:

  1. Promosi harapan
  2. Promosi koping

Promosi Harapan (I.09307)

Intervensi promosi harapan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09307).

Promosi harapan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kepercayaan pada kemampuan untuk memulai dan mempertahankan Tindakan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harapan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup

Terapeutik

  • Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
  • Pandu mengingat Kembali kenangan yang menyenangkan
  • Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
  • Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
  • Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan kelompok
  • Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan spiritual

Edukasi

  • Anjurkan mengungkapkan perasaan terhdap kondisi dengan realistis
  • Anjurkan mempertahankan hubungan (mis: menyebutkan nama orang yang dicintai)
  • Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
  • Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
  • Latih cara mengembangkan spiritual diri
  • Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis: prestasi, pengalaman)

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
  • Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
  • Latih penggunaan Teknik relaksasi
  • Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
  • Latih mengembangkan penilaian obyektif

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Harga diri rendah situasional
  9. Keputusasaan
  10. Kesiapan peningkatan konsep diri
  11. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  12. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  13. Ketidakmampuan koping keluarga
  14. Koping defensif
  15. Koping komunitas tidak efektif
  16. Koping tidak efektif
  17. Penurunan koping keluarga
  18. Penyangkalan tidak efektif
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *