risiko disorganisasi perilaku bayi

Risiko disorganisasi perilaku bayi merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami disintegrasi respon fisiologis dan neurobehaviour bayi terhadap lingkungan.

Diagnosis ini diberi kode D.0059, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori aktivitas dan istirahat dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko disorganisasi perilaku bayisecara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien mengalami masalah Kesehatan.

Faktor risiko inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.

Faktor risiko untuk masalah risiko disorganisasi perilaku bayiadalah:

  1. Kelebihan stimulasi sensorik
  2. Prematuritas
  3. Prosedur invasif
  4. Gangguan motorik
  5. Kelainan kongenital
  6. Kelainan genetik

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Risiko disorganisasi perilaku bayi dibuktikan dengan prematuritas.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Risiko disorganisasi perilaku bayid.d prematuritas.

Perhatikan:

  1. Masalah = Risiko disorganisasi perilaku bayi
  2. Faktor risiko = Prematuritas
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko disorganisasi perilaku bayi adalah: “organisasi perilaku bayi meningkat.”

Organisasi perilaku bayi meningkat diberi kode L.05043 dalam SLKI.

Organisasi perilaku bayi meningkat berarti kemampuan integrasi respon fisiologis dan neurobehaviour bayi terhadap lingkungan meningkat.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa organisasi perilaku bayi meningkat adalah:

  1. Gerakan pada ekstremitas meningkat
  2. Kemampuan jari-jari menggenggam meningkat
  3. Gerakan terkoordinasi meningkat
  4. Respon normal terhadap stimulus sensorik meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka organisasi perilaku bayi meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Gerakan pada ekstremitas meningkat
  2. Kemampuan jari-jari menggenggam meningkat
  3. Gerakan terkoordinasi meningkat
  4. Respon normal terhadap stimulus sensorik meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka organisasi perilaku bayi
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko disorganisasi perilaku bayi adalah:

  1. Edukasi keamanan bayi
  2. Perawatan bayi

Edukasi Keamanan Bayi (I.12379)

Intervensi edukasi keamanan bayi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12379).

Edukasi keamanan bayi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk menyediakan informasi dan dukungan terhadap pencegahan cidera pada bayi.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi keamanan bayi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

  • Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
  • Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

  • Anjurkan selalu mengawasi bayi
  • Anjurkan tidak meninggalkan bayinya sendirian
  • Anjurkan menjauhkan benda yang berisiko membahayakan bayi (mis: kantung plastic, karet, tali, kain, benda-benda kecil, benda tajam, pembersih lantai)
  • Anjurkan memasang penghalang pada sisi tempat tidur
  • Anjurkan menutup sumber listrik yang terjangkau oleh bayi
  • Anjurkan mengatur perabotan rumah tangga di rumah
  • Anjurkan memberikan pembatas pada area berisiko (mis: dapur, kamar mandi, kolam)
  • Anjurkan menggunakan kursi dan sabuk pengaman khusus bayi saat berkendara
  • Anjurkan penggunaan sabuk pengaman pada stroller (kursi dorong bayi), kursi khusus denga naman
  • Anjurkan tidak meletakkan bayi pada tempat tidur yang tinggi

Perawatan Bayi (I.10338)

Intervensi perawatan bayi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.10338).

Perawatan bayi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan merawat Kesehatan bayi.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan bayi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Monitor tanda-tanda vital bayi (terutama suhu 36°C – 37°C)

Terapeutik

  • Mandikan bayi dengan suhu ruangan 21 – 24°C
  • Mandikan bayi dalam waktu 5 – 10 menit dan 2 kali dalam sehari
  • Rawat tali pusat secara terbuka (tali pusat tidak dibungkus apapun)
  • Bersihkan pangkal tali pusat dengan lidi kapas yang telah diberi air matang
  • Kenakan popok bayi di bawah umbilicus jika tali pusat belum terlepas
  • Lakukan pemijatan bayi
  • Ganti popok bayi jika basah
  • Kenakan pakaian bayi dari bahan katun

Edukasi

  • Anjurkan ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi
  • Ajarkan ibu cara merawat bayi di rumah
  • Ajarkan cara pemberian makanan pendamping ASI pada bayi > 6 bulan

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori aktivitas dan istirahat adalah:

  1. Disorganisasi perilaku bayi
  2. Gangguan mobilitas fisik
  3. Gangguan pola tidur
  4. Intoleransi aktivitas
  5. Keletihan
  6. Kesiapan peningkatan tidur
  7. Risiko intoleransi aktivitas

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *