keletihan

Keletihan merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.

Diagnosis ini diberi kode D.0057, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori aktivitas dan istirahat dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan keletihan secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis keletihan, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
  • Merasa kurang tenaga
  • Mengeluh lelah

DO:

  • Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
  • Tampak lesu

Bila > 80% data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori aktivitas dan istirahat pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah keletihan adalah:

  1. Gangguan tidur
  2. Gaya hidup monoton
  3. Kondisi fisiologis (mis: penyakit kronis, penyakit terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan)
  4. Program perawatan/pengobatan jangka Panjang
  5. Peristiwa hidup negatif
  6. Stres berlebihan
  7. Depresi

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Keletihan berhubungan dengan program perawatan jangka panjang dibuktikan dengan merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tampak lesu.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Keletihan b.d program perawatan jangka panjang d.d merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah, tampak lesu.

Perhatikan:

  1. Masalah = Keletihan
  2. Penyebab = Program perawatan jangka panjang
  3. Tanda/gejala = merasa energi tidak pulih… dst.
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis keletihan adalah: “tingkat keletihan menurun”

Tingkat keletihan menurun diberi kode L.05046 dalam SLKI.

Tingkat keletihan menurun berarti kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat menurun.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat keletihan menurun adalah:

  1. Verbalisasi kepulihan energi meningkat
  2. Tenaga meningkat
  3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
  4. Verbalisasi Lelah menurun
  5. Lesu menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat keletihan menurun, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi kepulihan energi meningkat
  2. Tenaga meningkat
  3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
  4. Verbalisasi Lelah menurun
  5. Lesu menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat keletihan.
  2. Ekspektasi = Menurun.
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis keletihan adalah:

  1. Edukasi aktivitas dan istirahat
  2. Manajemen energi

Edukasi Aktivitas dan Istirahat (I.12362)

Intervensi edukasi aktivitas dan istirahat dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12362).

Edukasi aktivitas dan istirahat adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi aktivitas dan istirahat berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

  • Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
  • Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi

  • Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
  • Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
  • Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
  • Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
  • Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

Manajemen Energi (I.05178)

Intervensi manajemen energi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.05178).

Manajemen energi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen energi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
  • Monitor kelelahan fisik dan emosional
  • Monitor pola dan jam tidur
  • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

  • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
  • Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
  • Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
  • Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

  • Anjurkan tirah baring
  • Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
  • Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
  • Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

  • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori aktivitas dan istirahat adalah:

  1. Disorganisasi perilaku bayi
  2. Gangguan mobilitas fisik
  3. Gangguan pola tidur
  4. Intoleransi aktivitas
  5. Kesiapan peningkatan tidur
  6. Risiko disorganisasi perilaku bayi
  7. Risiko intoleransi aktivitas

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *