kesiapan peningkatan tidur

Kesiapan peningkatan tidur merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan.

Diagnosis ini diberi kode D.0058, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori aktivitas dan istirahat dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan kesiapan peningkatan tidur secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis kesiapan peningkatan tidur, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
  • Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur

DO:

  • Jumlah waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan perkembangan

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori aktivitas dan istirahat pada SDKI.

LIHAT: Durasi Tidur Ideal Berdasarkan Usia

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [tanda/gejala]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Kesiapan peningkatan tidur dibuktikan dengan mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur, perasaan cukup istirahat setelah tidur, dan waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan perkembangan.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Kesiapan peningkatan tidur d.d mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur, perasaan cukup istirahat setelah tidur, dan waktu tidur sesuai dengan pertumbuhan perkembangan.

Perhatikan:

  1. Masalah = Kesiapan peningkatan tidur
  2. Tanda/gejala = mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur… dst
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis promosi kesehatan tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis kesiapan peningkatan tidur adalah: “pola tidur membaik.”

Pola tidur membaik diberi kode L.05045 dalam SLKI.

Pola tidur membaik berarti keadekuatan dan kuantitas tidur membaik.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa pola tidur membaik adalah:

  1. Keluhan sulit tidur menurun
  2. Keluhan sering terjaga menurun
  3. Keluhan tidak puas tidur menurun
  4. Keluhan pola tidur berubah menurun
  5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pola tidur membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Keluhan sulit tidur menurun
  2. Keluhan sering terjaga menurun
  3. Keluhan tidak puas tidur menurun
  4. Keluhan pola tidur berubah menurun
  5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pola tidur.
  2. Ekspektasi = Membaik.
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis kesiapan peningkatan tidur adalah:

  1. Dukungan tidur
  2. Edukasi aktivitas dan istirahat

Dukungan Tidur (I.05174)

Intervensi dukungan tidur dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.05174).

Dukungan tidur adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan tidur berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi pola aktivitas dan tidur
  • Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
  • Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
  • Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik

  • Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
  • Batasi waktu tidur siang, jika perlu
  • Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
  • Tetapkan jadwal tidur rutin
  • Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
  • Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi

  • Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
  • Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
  • Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
  • Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
  • Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
  • Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

Edukasi Aktivitas dan Istirahat (I.12362)

Intervensi edukasi aktivitas dan istirahat dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12362).

Edukasi aktivitas dan istirahat adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi aktivitas dan istirahat berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

  • Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
  • Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi

  • Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
  • Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
  • Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
  • Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
  • Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori aktivitas dan istirahat adalah:

  1. Disorganisasi perilaku bayi
  2. Gangguan mobilitas fisik
  3. Gangguan pola tidur
  4. Intoleransi aktivitas
  5. Keletihan
  6. Risiko disorganisasi perilaku bayi
  7. Risiko intoleransi aktivitas

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply