Menyusui efektif

Menyusui efektif merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi dan anak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.

Diagnosis ini diberi kode D.0028, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori nutrisi dan cairan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan menyusui efektif secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis menyusui efektif, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui

DO:

  1. Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar
  2. Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar
  3. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam
  4. Berat badan bayi meningkat
  5. ASI menetes/memancar
  6. Suplai ASI adekuat
  7. Puting tidak lecet setelah minggu kedua

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, atau yang muncul hanya satu atau dua saja (kurang dari 80%), maka Perawat harus melihat kemungkinan lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori  nutrisi dan cairan pada SDKI.

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [tanda/gejala]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Menyusui efektif dibuktikan dengan ibu percaya diri selama proses menyusui, bayi melekat pada payudara ibu dengan benar, ibu mampu memposisikan bayi dengan benar, ASI menetes, suplai ASI adekuat.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Menyusui efektif d.d ibu percaya diri selama proses menyusui, bayi melekat pada payudara ibu dengan benar, ibu mampu memposisikan bayi dengan benar, ASI menetes, suplai ASI adekuat.

Perhatikan:

  1. Masalah = Menyusui efektif
  2. Tanda/gejala = Ibu percaya diri… dst
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis promosi kesehatan tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Meski tidak memiliki etiologi, namun dalam buku SDKI, diagnosis menyusui efektif disertakan pula penyebabnya, namun Perawat.Org tidak menuliskannya di dalam artikel ini karena tidak digunakan dalam struktur diagnosis keperawatan promosi Kesehatan.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis menyusui efektif adalah: “status menyusui membaik.”

Status menyusui membaik diberi kode L.03029 dalam SLKI.

Status menyusui membaik berarti kemampuan memberikan ASI secara langsung dari payudara kepada bayi dan anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi membaik.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status menyusui membaik adalah:

  1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
  2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat
  3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam meningkat
  4. Berat badan bayi meningkat
  5. Tetesan/pancaran ASI meningkat
  6. Suplai ASI adekuat meningkat
  7. Puting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat
  8. Kepercayaan diri ibu meningkat
  9. Lecet pada puting menurun
  10. Kelelahan maternal menurun
  11. Kecemasan maternal menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status menyusui membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
  2. Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat
  3. Tetesan/pancaran ASI meningkat
  4. Suplai ASI adekuat meningkat
  5. Puting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status menyusui
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis menyusui efektif adalah:

  1. Konseling laktasi
  2. Promosi ASI eksklusif
  3. Promosi laktasi

Konseling Laktasi (I.03093)

Intervensi konseling laktasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03093).

Konseling laktasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan bimbingan Teknik menyusui yang tepat dalam pemberian makanan bayi.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi konseling laktasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling menyusui
  • Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
  • Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui

Terapeutik

  • Gunakan Teknik mendengarkan aktif (mis: duduk sama tinggi, dengarkan permasalahan ibu)
  • Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar

Edukasi

  • Ajarkan Teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.

Promosi ASI Eksklusif (I.03135)

Intervensi promosi ASI eksklusif dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03135).

Promosi ASI eksklusif adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif (0 – 6 bulan).

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi ASI eksklusif berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada antenatal, intranatal, dan postnatal

Terapeutik

  • Fasilitasi ibu melakukan IMD (inisiasi menyusu dini)
  • Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in
  • Gunakan sendok dan cangkir jika bayi belum bisa menyusu
  • Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama kegiatan menyusui berlangsung
  • Diskusikan dengan keluarga tentang ASI eksklusif
  • Siapkan kelas menyusui pada masa prenatal minimal 2 kali dan periode pascapartum minimal 3 kali

Edukasi

  • Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
  • Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI
  • Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI (mis: berat badan meningkat, BAK lebih dari 10 kali/hari, warna urine tidak pekat)
  • Jelaskan manfaat rawat gabung (rooming in)
  • Anjurkan ibu menyusui sesegera mungkin setelah melahirkan
  • Anjurkan ibu memberikan nutrisi kepada bayi hanya dengan ASI
  • Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin setelah lahir sesuai kebutuhan bayi
  • Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah, walaupun kondisi ibu atau bayi terpisah

Promosi Laktasi (I.03138)

Intervensi promosi laktasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03138).

Promosi laktasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan lanjutkan sampai 2 tahun.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi laktasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu, dan bayi

Terapeutik

  • Fasilitasi ibu saat melakukan IMD (inisiasi menyusu dini)
  • Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in
  • Gunakan sendok dan cangkir jika bayi belum bisa menyusu
  • Damping ibu selama kegiatan menyusui berlangsung

Edukasi

  • Jelaskan pentingnya menyusui sampai 2 tahun
  • Jelaskan manfaat rawat gabung (rooming in)
  • Anjurkan ibu menyusui minimal 2 kali selama hamil, dan setelah melahirkan 3-4 kali
  • Adakan kelas edukasi tentang manfaat dan posisi menyusui pada masa prenatal dan periode post partum
  • Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah ASI
  • Anjurkan ibu untuk memberikan nutrisi kepada bayi hanya dengan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjurkan sampai 2 tahun
  • Anjurkan ibu memberikan makanan pendamping ASI setelah 6 bulan
  • Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin segera setelah lahir sesuai kebutuhan bayi

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori  nutrisi dan cairan adalah:

  1. Berat badan lebih
  2. Defisit nutrisi
  3. Diare
  4. Disfungsi motilitas gastrointestinal
  5. Hipervolemia
  6. Hipovolemia
  7. Ikterik neonatus
  8. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
  9. Kesiapan peningkatan nutrisi
  10. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
  11. Menyusui tidak efektif
  12. Obesitas
  13. Risiko berat badan lebih
  14. Risiko defisit nutrisi
  15. Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
  16. Risiko hipovolemia
  17. Risiko ikterik neonatus
  18. Risiko ketidakseimbangan cairan
  19. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
  20. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
  21. Risiko syok

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply