inkontinensia fekal

Inkontinensia fekal merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter (tidak disadari).

Diagnosis ini diberi kode D.0041, masuk dalam kategori fisiologis, subkategori eliminasi dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan inkontinensia fekal secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis inkontinensia fekal, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari  tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
  • Tidak mampu menunda defekasi

DO:

  • Feses keluar sedikit-sedikit dan sering

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, atau yang muncul hanya satu atau dua saja (kurang dari 80%), maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori eliminasi pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah inkontinensia fekal adalah:

  1. Kerusakan susunan saraf motorik bawah
  2. Penurunan tonus otot
  3. Gangguan kognitif
  4. Penyalahgunaan laksatif
  5. Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rectum
  6. Pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolostomi
  7. Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
  8. Diare kronis
  9. Stres berlebihan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Inkontinensia fekal berhubungan dengan pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolostomi dibuktikan dengan tidak mampu mengontrol pengeluaran feses, feses keluar sedikit-sedikit dan sering.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Inkontinensia fekal b.d pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolostomi d.d tidak mampu mengontrol pengeluaran feses, feses keluar sedikit-sedikit dan sering.

Perhatikan:

  1. Masalah = inkontinensia fekal
  2. Penyebab = pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolostomi
  3. Tanda/gejala = tidak mampu mengontrol pengeluaran feses, dst.
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis inkontinensia fekal adalah: “kontinensia fekal membaik.”

Kontinensia fekal membaik diberi kode L.04035 dalam SLKI.

Kontinensia fekal membaik berarti kemampuan pasien untuk mengontrol buang air besar membaik.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa kontinensia fekal membaik adalah:

  1. Kemampuan mengontrol pengeluaran feses meningkat
  2. Kemampuan menunda pengeluaran feses membaik
  3. Frekuensi BAK membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontinensia fekal membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Kemampuan mengontrol pengeluaran feses meningkat
  2. Kemampuan menunda pengeluaran feses membaik
  3. Frekuensi BAK membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kontinensia fekal
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis inkontinensia fekal adalah:

  1. Latihan eliminasi fekal
  2. Perawatan inkontinensia fekal

Latihan eliminasi fekal (I.04150)

Intervensi latihan eliminasi fekal dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.04150).

Latihan eliminasi fekal adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan suatu kemampuan melatih usus untuk dievakuasi pada interval tertentu.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi latihan eliminasi fekal berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Monitor peristaltik usus secara teratur

Terapeutik

  • Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air besar
  • Berikan privasi, kenyamanan, dan posisi yang meningkatkan proses defekasi
  • Gunakan enema rendah, jika perlu
  • Anjurkan dilatasi rektal digital, jika perlu
  • Ubah program Latihan eliminasi fekal, jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu, sesuai program, atau hasil konsultasi
  • Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan
  • Anjurkan olahraga sesuai toleransi

Kolaborasi

  • Kolaborasi penggunaan supositoria, jika perlu

Perawatan Inkontinensia Fekal (I.04162)

Intervensi perawatan inkontinensia fekaldalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.04162).

Perawatan inkontinensia fekal adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan merawat pasien yang mengalami pengeluaran feses secara involunter (tidak disadari).

Tindakan yang dilakukan pada intervensi perawatan inkontinensia fekalberdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi penyebab inkontinensia fekal baik fisik maupun psikologis (mis: gangguan saraf motoric bawah, penurunan tonus otot, gangguan sfingter rectum, diare kronis, gangguan kognitif, stress berlebihan)
  • Identifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses
  • Monitor kondisi kulit perianal
  • Monitor keadekuatan evakuasi feses
  • Monitor diet dan kebutuhan cairan
  • Monitor efek samping pemberian obat

Terapeutik

  • Bersihkan daerah perianal dengan sabun dan air
  • Jaga kebersihan tempat tidur dan pakaian
  • Laksanakan program Latihan usus (bowel training), jika perlu
  • Jadwalkan BAB di tempat tidur, jika perlu
  • Berikan celana pelindung/pembalut/popok, sesuai kebutuhan
  • Hindari makanan yang menyebabkan diare

Edukasi

  • Jelaskan definisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia fekal
  • Anjurkan mencatat karakteristik feses

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat diare (mis: Ioperamide, atropine)

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori eliminasi adalah:

  1. Gangguan eliminasi urin
  2. Inkontinensia urin berlanjut
  3. Inkontinensia urin berlebih
  4. Inkontinensia urin fungsional
  5. Inkontinensia urin refleks
  6. Inkontinensia urin stres
  7. Inkontinensia urin urgensi
  8. Kesiapan peningkatan eliminasi urin
  9. Konstipasi
  10. Retensi urin
  11. Risiko inkontinensia urin urgensi
  12. Risiko konstipasi

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply