Penampilan peran tidak efektif

Penampilan peran tidak efektif merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pola perilaku yang berubah atau tidak sesuai dengan harapan, norma, dan lingkungan.

Diagnosis ini diberi kode D.0125, masuk dalam kategori relasional, subkategori interaksi sosial dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan penampilan peran tidak efektifsecara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis penampilan peran tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Merasa bingung menjalankan peran
  • Merasa harapan tidak terpenuhi
  • Merasa tidak puas dalam menjalankan peran

DO:

  • Konflik peran
  • Adaptasi tidak adekuat
  • Strategi koping tidak efektif

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah penampilan peran tidak efektifadalah:

  1. Harapan peran tidak realistis
  2. Hambatan fisik
  3. Harga diri rendah
  4. Perubahan citra tubuh
  5. Ketidakadekuatan sistem pendukung (support system)
  6. Stres
  7. Perubahan peran
  8. Faktor ekonomi

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Contoh:

Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan perubahan citra tubuh dibuktikan dengan merasa bingung menjalankan peran, merasa peran tidak terpenuhi, merasa tidak puas dalam menjalankan peran, konflik peran, adaptasi tidak adekuat, strategi koping tidak efektif.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Penampilan peran tidak efektifb.d perubahan citra tubuh d.d merasa bingung menjalankan peran, merasa peran tidak terpenuhi, merasa tidak puas dalam menjalankan peran, konflik peran, adaptasi tidak adekuat, strategi koping tidak efektif.

Perhatikan:

  1. Masalah = Penampilan peran tidak efektif
  2. Penyebab = merasa bingung menjalankan peran
  3. Tanda/gejala = khawatir klien akan kembali ke rumah sakit., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis penampilan peran tidak efektif adalah: “penampilan peran membaik.”

Penampilan peran membaik diberi kode L.13119 dalam SLKI.

Penampilan peran membaik berarti membaiknya pola perilaku sesuai dengan harapan, norma, dan lingkungan.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa penampilan peran membaik adalah:

  1. Verbalisasi harapan terpenuhi meningkat
  2. Verbalisasi kepuasan peran meningkat
  3. Verbalisasi keluasan peran meningkat
  4. Adaptasi peran meningkat
  5. Strategi koping yang efektif meningkat
  6. Verbalisasi perasaan bingung menjalankan peran menurun
  7. Konlik peran menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka peran pemberi asuhan membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi perasaan bingung menjalankan peran menurun
  2. Verbalisasi harapan terpenuhi meningkat
  3. Verbalisasi kepuasan peran meningkat
  4. Konlik peran menurun
  5. Adaptasi peran meningkat
  6. Strategi koping yang efektif meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka penampilan peran
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis penampilan peran tidak efektif adalah “dukungan penampilan peran.”

Dukungan Penampilan Peran (I.13478)

Intervensi dukungan penampilan peran dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.13478).

Dukungan penampilan peran adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pasien dan keluarga untuk memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan memenuhi perilaku peran tertentu.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan penampilan peran berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat perkembangan
  • Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
  • Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi

Terapeutik

  • Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak diinginkan
  • Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain terhadap perilaku
  • Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir, jika perlu
  • Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua, jika perlu
  • Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah, jika perlu
  • Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dan peran timbal balik

Edukasi

  • Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
  • Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau ketidakmampuan
  • Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
  • Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan peran
  • Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh pasien/orang tua untuk memenuhi peran

Kolaborasi

  • Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori relasional dan subkategori interaksi sosial adalah:

  1. Gangguan interaksi sosial
  2. Gangguan komunikasi verbal
  3. Gangguan proses keluarga
  4. Isolasi sosial
  5. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
  6. Kesiapan peningkatan proses keluarga
  7. Ketegangan peran pemberi asuhan
  8. Pencapaian peran menjadi orang tua
  9. Risiko gangguan perlekatan
  10. Risiko proses pengasuhan tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *