ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga Kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.

Diagnosis ini diberi kode D.0114, masuk dalam kategori perilaku, subkategori penyuluhan dan pembelajaran dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan ketidakpatuhansecara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis ketidakpatuhan, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Menolak menjalani perawatan/pengobatan
  • Menolak mengikuti anjuran

DO:

  • Perilaku tidak mengikuti program perawatan/pengobatan
  • Perilaku tidak menjalankan anjuran

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori penyuluhan dan pembelajaran pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah ketidakpatuhanadalah:

  1. Disabilitas (mis: penurunan daya ingat, defisit sensorik/motorik)
  2. Efek samping program perawatan/pengobatan
  3. Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan
  4. Lingkungan tidak terapeutik
  5. Program terapi kompleks dan/atau lama
  6. Hambatan mengakses pelayanan Kesehatan (mis: gangguan mobilisasi, masalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak di rumah, cuaca tidak menentu)
  7. Program terapi tidak ditanggung asuransi
  8. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif, kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi)

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Contoh:

Ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman dibuktikan dengan menolak menjalani perawatan, menolak mengikuti anjuran, perilaku tidak mengikuti program perawatan, perilaku tidak menjalankan anjuran.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Ketidakpatuhan b.d ketidakadekuatan pemahaman d.d menolak menjalani perawatan, menolak mengikuti anjuran, perilaku tidak mengikuti program perawatan, perilaku tidak menjalankan anjuran.

Perhatikan:

  1. Masalah = Ketidakpatuhan
  2. Penyebab = ketidakadekuatan pemahaman
  3. Tanda/gejala = menolak menjalani perawatan., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis ketidakpatuhanadalah: “tingkat kepatuhan meningkat.”

Tingkat kepatuhanmeningkat diberi kode L.12110 dalam SLKI.

Tingkat kepatuhan meningkat berarti meningkatnya perilaku individu dan/atau pemberi asuhan dalam mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga Kesehatan, sehingga hasil perawatan/pengobatan efektif.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat kepatuhanmeningkat adalah:

  1. Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan meningkat
  2. Verbalisasi mengikuti anjuran meningkat
  3. Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan membaik
  4. Perilaku menjalankan anjuran membaik

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status tingkat kepatuhanmeningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan meningkat
  2. Verbalisasi mengikuti anjuran meningkat
  3. Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan membaik
  4. Perilaku menjalankan anjuran membaik

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat kepatuhan
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis ketidakpatuhanadalah:

  • Dukungan kepatuhan program pengobatan
  • Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri
  • Promosi kesadaran diri
  • Promosi koping

Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (I.12361)

Intervensi dukungan kepatuhan program pengobatan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12361).

Dukungan kepatuhan program pengobatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program pengobatan yang sudah di tentukan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan kepatuhan program pengobatan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan

Terapeutik

  • Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
  • Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalani program pengobatan, jika perlu
  • Dokumentasikan aktivitas selama menjalani program pengobatan
  • Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya program pengobatan
  • Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani

Edukasi

  • Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
  • Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan
  • Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani program pengobatan
  • Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan Kesehatan terdekat, jika perlu

Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri (I.09277)

Intervensi dukungan tanggung jawab pada diri sendiridalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09277).

Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam memfasilitasi pasien agar dapat bertanggungjawab atas perilaku sendiri dan konsekuensi yang ditimbulkannya.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan tanggung jawab pada diri sendiriberdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi persepsi tentang masalah Kesehatan
  • Monitor pelaksanaan tanggung jawab

Terapeutik

  • Berikan kesempatan merasakan memiliki tanggung jawab
  • Tingkatkan rasa tanggung jawab atas perilaku sendiri
  • Hindari berdebat atau tawar menawar tentang perannya di ruang perawatan
  • Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau mengubah perilaku

Edukasi

  • Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan
  • Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab

Promosi Kesadaran Diri (I.09311)

Intervensi promosi kesadaran diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09311).

Promosi kesadaran diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan pemahaman dan mengeksplorasi pikiran, perasaan, motivasi, dan perilaku.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi kesadaran diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi keadaan emosional saat ini
  • Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagai situasi

Terapeutik

  • Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
  • Diskusikan tentang pikiran, perilaku, atau respons terhadap kondisi
  • Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
  • Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
  • Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar

Edukasi

  • Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
  • Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis: marah atau depresi)
  • Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
  • Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
  • Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Anjurkan mengevaluasi Kembali persepsi negatif tentang diri
  • Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok sebaya
  • Ajarkan cara membuat prioritas hidup
  • Latih kemampuan positif diri yang dimiliki

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori penyuluhan dan pembelajaran adalah:

  1. Defisit kesehatan komunitas
  2. Defisit pengetahuan
  3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
  4. Kesiapan peningkatan pengetahuan
  5. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
  6. Manajemen kesehatan tidak efektif
  7. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *