Gangguan proses keluarga

Gangguan proses keluarga merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perubahan dalam hubungan atau fungsi keluarga.

Diagnosis ini diberi kode D.0120, masuk dalam kategori relasional, subkategori interaksi sosial dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan gangguan proses keluargasecara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis gangguan proses keluarga, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Tidak ada

DO:

  • Keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi
  • Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan proses keluargaadalah:

  1. Perubahan status Kesehatan anggota keluarga
  2. Perubahan finansial keluarga
  3. Perubahan status sosial keluarga
  4. Perubahan interaksi dengan masyarakat
  5. Krisis perkembangan
  6. Transisi perkembangan
  7. Peralihan pengambil keputusan dalam keluarga
  8. Perubahan peran keluarga
  9. Krisis situasional
  10. Transisi situasional

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Contoh:

Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan anggota keluarga dibuktikan dengan keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi, tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Gangguan proses keluargab.d perubahan status kesehatan anggota keluarga d.d keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi, tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga.

Perhatikan:

  1. Masalah = gangguan proses keluarga
  2. Penyebab = perubahan status kesehatan anggota keluarga
  3. Tanda/gejala = keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis gangguan proses keluargaadalah: “proses keluarga membaik.”

Proses keluarga membaik diberi kode L.13124 dalam SLKI.

Proses keluarga membaik berarti membaiknya kemampuan untuk berubah dalam hubungan atau fungsi keluarga.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa proses keluarga membaik adalah:

  1. Adaptasi keluarga terhadap situasi meningkat
  2. Kemampuan keluarga berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka proses keluarga membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Adaptasi keluarga terhadap situasi meningkat
  2. Kemampuan keluarga berkomunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka proses keluarga
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis gangguan proses keluarga adalah:

  • Dukungan koping keluarga
  • Promosi proses efektif keluarga
  • Terapi keluarga

Dukungan Koping Keluarga (I.09260)

Intervensi dukungan koping keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09260).

Dukungan koping keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan tujuan dalam keluarga.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan koping keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
  • Identifikasi beban prognosis secara psikologis
  • Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
  • Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

Terapeutik

  • Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
  • Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
  • Diskusikan rencana medis dan perawatan
  • Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga
  • Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka Panjang, jika perlu
  • Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai
  • Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis: tempat tinggal, makanan, pakaian)
  • Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
  • Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien
  • Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan
  • Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
  • Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga

Edukasi

  • Informasikan kemajuan pasien secara berkala
  • Informasikan fasilitas perawatan Kesehatan yang tersedia

Kolaborasi

  • Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

Promosi Proses Efektif Keluarga (I.13496)

Intervensi promosi proses efektif keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.13496).

Promosi proses efektif keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan proses dalam keluarga.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi proses efektif keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi tipe proses keluarga
  • Identifikasi masalah atau gangguan dalam proses keluarga
  • Identifikasi kebutuhan perawatan mandiri di rumah untuk klien dan tetap beradaptasi dengan pola hidup keluarga

Terapeutik

  • Pertahankan interaksi yang berkelanjutan dengan anggota keluarga
  • Motivasi anggota keluarga untuk melakukan aktivitas bersama seperti makan bersama, diskusi bersama keluarga
  • Fasilitasi anggota keluarga melakukan kunjungan rumah sakit
  • Susun jadwal aktivitas perawatan mandiri di rumah untuk mengurangi gangguan rutinitas keluarga

Edukasi

  • Jelaskan strategi mengembalikan kehidupan keluarga yang normal kepada anggota keluarga
  • Diskusikan dukungan sosial dari sekitar keluarga
  • Latih keluarga manajemen waktu jika perawatan di rumah dibutuhkan

Terapi Keluarga (I.09322)

Intervensi terapi keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09322).

Terapi keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk menggunakan anggota keluarga untuk menggerakkan keluarga melakukan cara hidup yang lebih produktif.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi terapi keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi Riwayat Kesehatan keluarga
  • Identifikasi pola komunikasi keluarga
  • Identifikasi cara keluarga memecahkan masalah
  • Identifikasi pembuatan keputusan dalam keluarga
  • Identifikasi terjadinya pelecehan dalam keluarga
  • Identifikasi kekuatan/sumber daya keluarga
  • Identifikasi peran setiap anggota keluarga dalam sistem keluarga
  • Identifikasi gangguan spesifik terkait harapan peran
  • Identifikasi penyalahgunaan zat pada anggota keluarga
  • Identifikasi penengah dalam keluarga
  • Identifikasi ketidakpuasan dan/atau konflik yang terjadi
  • Identifikasi kejadian saat ini atau akan terjadi yang mengancam keluarga
  • Identifikasi kebutuhan dan harapan dalam keluarga
  • Identifikasi hubungan hierarkis anggota keluarga
  • Monitor respons merugikan terhadap terapi

Terapeutik

  • Fasilitasi diskusi keluarga
  • Fasilitasi strategi menurunkan stres
  • Fasilitasi restrukturisasi sistem keluarga, jika sesuai
  • Diskusikan cara terbaik dalam menangani disfungsi perilaku dalam keluarga
  • Diskusikan Batasan keluarga
  • Diskusikan strategi penyelesaian masalah yang konstruktif
  • Diskusikan rencana terapi dengan keluarga
  • Diskusikan cara membudayakan perilaku baru
  • Rencanakan strategi menghentikan terapi

Edukasi

  • Anjurkan berkomunikasi lebih efektif
  • Anjurkan anggota memprioritaskan dan memilih masalah keluarga
  • Anjurkan semua anggota keluarga berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga Bersama-sama (mis: makan Bersama)
  • Anjurkan mengubah cara berhubungan dengan anggota keluarga lain

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori relasional dan subkategori interaksi sosial adalah:

  1. Gangguan interaksi sosial
  2. Gangguan komunikasi verbal
  3. Isolasi sosial
  4. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
  5. Kesiapan peningkatan proses keluarga
  6. Ketegangan peran pemberi asuhan
  7. Penampilan peran tidak efektif
  8. Pencapaian peran menjadi orang tua
  9. Risiko gangguan perlekatan
  10. Risiko proses pengasuhan tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *