Aromaterapi untuk tidur nyenyak

Perawat.Org | Aromaterapi untuk Tidur Nyenyak

Banyak orang yang memperhatikan aspek cahaya dan kebisingan saat tidur, namun hanya sedikit orang yang memikirkan tentang aroma.

Padahal, aroma dapat secara langsung mempengaruhi tidur. Aromaterapi dapat meningkatkan kualitas tidur, membantu untuk bangun lebih segar pada pagi hari.

Aromaterapi bahkan dapat mempengaruhi mimpi kita selama tidur.

Baca juga: Durasi Tidur Ideal Berdasarkan Usia

Indera penciuman adalah bagian dari sistem saraf okfaktorius yang rumit. Sel-sel khusus di hidung, yang disebut neuron okfaktorius, menerima sinyal kimia dari semua jenis senyawa di lingkungan kita.

Neuron-neuron tersebut terhubung langsung ke otak, yang memungkinkan kita identifikasi bau apa yang sedang kita cium pada saat itu.

Dengan fungsi indera penciuman, aroma tertentu dapat memicu kita untuk menjadi lebih rileks dan membantu kita untuk tidur lebih baik (Suni & Dimitriu, 2020 Oktober 23).

Sowndhararajan & Kim (2016) menyebutkan bahwa aroma tidak hanya dapat dicium dan diidentifikasi, tetapi juga dapat menghasilkan respon psikologis dan fisiologis.

Contohnya, aroma yang menyenangkan membuat kita merasa lebih rileks, dan bau busuk membuat kita mual.

Pada tahun 2012, National Sleep Foundation melakukan sebuah survey melihat bagaimana elemen dasar kamar tidur berkontribusi pada tidur.

Hasil dari survey menunjukkan bahwa 78% orang mengatakan mereka lebih bersemangat untuk tidur ketika seprai mereka memiliki aroma segar, dan 71% orang menggambarkan tidur lebih nyaman dengan seprai yang segar.

Seprai, bagaimanapun, hanyalah salah satu sumber aroma, dan ada indikasi bahwa membawa aroma lain ke kamar tidur dengan aromaterapi dapat meningkatkan kualitas tidur.

Tidak mengherankan jika aroma umumnya dikaitkan dengan lingkungan kamar tidur yang nyaman.

Baca juga: Menciptakan Lingkungan Tidur yang Optimal

Baca juga: Lingkungan Tidur yang Aman bagi Bayi

Apa itu Aromaterapi?

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial dari tanaman (bunga, herbal, atau pohon) sebagai pendekatan kesehatan komplementer (National Center for Complementary and Integrative Health, 2020 Januari).

Minyak esensial paling sering digunakan dengan menghirupnya atau dengan mengoleskan bentuk encer ke kulit.

Banyak minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi, termasuk yang berasal dari chamomile Romawi, geranium, lavender, pohon teh, lemon, jahe, kayu cedar, dan bergamot.

Aromaterapi berasal dari Mesir kuno, dan didasarkan pada penggunaan minyak esensial, yang merupakan cairan yang dibuat dengan bahan yang diekstraksi dari tanaman seperti bunga atau herbal.

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) aromaterapi merupakan salah satu intervensi dengan memberikan minyak esensial melalui inhalasi, pemijatan, mandi uap, atau kompres untuk meredakan nyeri, menurunkan tekanan darah, meningkatkan relaksasi dan kenyamanan (PPNI, 2018).

Aromaterapi dengan Minyak Esensial

Ada tiga cara utama penggunaan minyak esensial pada aromaterapi (National Cancer Institute), antara lain:

1. Metode Inhalasi Tidak Langsung

Metode inhalasi tidak langsung diaplikasikan dengan cara menyebarkan minyak melalui ruangan, mencampurnya dengan udara sehingga setiap hembusan mengeluarkan konsentrasi aroma yang rendah.

Minyak dapat disebarkan dengan alat yang dikenal sebagai diffuser atau dengan mengoleskannya ke bahan penyerap seperti tisu.

2. Metode Inhalasi Langsung

Metode inhalasi langsung diaplikasikan dengan cara menghirup udara atau uap dengan tingkat senyawa yang lebih terkonsentrasi dari minyak esensial.

Dalam studi penelitian klinis, ini dapat dilakukan dengan alat khusus (nebulizer), tetapi di rumah, kebanyakan orang menaruh tetes minyak esensial ke air panas dan menghirup uapnya.

3. Metode Aplikasi Kulit

Metode aplikasi kulit diaplikasikan dengan mencampur minyak esensial dengan minyak yang lebih netral, yang dikenal sebagai minyak pembawa (carrier), yang kemudian dioleskan atau dipijat ke kulit.

Aromaterapi untuk Tidur Nyenyak

Apa minyak esensial yang terbaik untuk tidur?

Tidak ada konsensus tentang jenis aromaterapi terbaik untuk tidur. Jenis wewangian yang cocok mungkin tergantung pada gangguan tidur yang terjadi dan preferensi wewangian yang disukai.

Namun menurut penelitian, ada beberapa minyak esensial untuk aromaterapi yang telah terbukti menunjukkan manfaat terkait kualitas tidur.

Penting pula untuk diingat bahwa sebagian besar penelitian ini dilakukan pada populasi pasien tertentu yang mungkin tidak dapat digeneralisasikan kepada masyarakat secara keseluruhan.

Bagi orang dengan masalah tidur yang berat, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau tenaga Kesehatan yang relevan.

Berikut adalah beberapa jenis aromaterapi untuk tidur nyenyak (Suni & Dimitriu, 2020 Oktober 23):

1. Lavender

Di antara minyak esensial yang lain, Lavender adalah minyak yang paling banyak dipelajari oleh peneliti.

Lavender disebut dapat meningkatkan kualitas tidur dalam beberapa penelitian, termasuk pada orang-orang yang menderita insomnia.

Aroma lavender memberikan efek menenangkan pada detak jantung dan tekanan darah serta suasana hati (Sayorwan et al, 2012).

Lavender terbukti dapat menjadi aromaterapi untuk tidur nyenyak, dan meningkatkan perasaan segar pada pagi hari (Goel, Kim & Lao, 2005).

2. Mawar

Mawar memiliki aroma yang menarik, dan minyak esensial mawar telah menunjukkan potensi sebagai aromaterapi untuk tidur.

Meskipun tidak konklusif, sebuah penelitian pada pasien depresi menunjukkan beberapa indikator peningkatan suasana hati dan kualitas tidur ketika mereka menghirup udara beraroma mawar saat tidur (Vitinius et al, 2014).

Penelitian lain di unit perawatan jantung di Rumah Sakit menunjukkan bahwa aromaterapi dengan aroma dari jenis mawar yang dikenal sebagai mawar damask (rosa damascene) menunjukkan peningkatan kualitas tidur yang signifikan (Hajibagheri, Babaii & Adib-Hajbaghery, 2014).

3. Roman Chamomile

Penelitian Miller, Renn, Chu, & Torrence (2019) menunjukkan bahwa minyak esensial chamomile roman yang dioleskan ke bantal meningkatkan waktu tidur total pada lansia.

Penelitian lain menunjukkan bahwa, pijatan yang diberikan dengan minyak pembawa (carrier) yang dicampur dengan minyak esensial chamomile roman mengurangi tingkat kecemasan pasien kanker (Suni & Dimitriu, 2020 Oktober 23).

4. Jasmine

Minyak esensial melati yang tersebar di kamar tidur dapat meningkatkan efisiensi tidur, yang berarti bahwa lebih banyak waktu seseorang di tempat tidur memang benar dihabiskan untuk tidur (Perl et al, 2016).

5. Ekstrak Cedar

Meski tidak diteliti secara ekstensif, penelitian yang menggunakan aroma ekstrak cedar menunjukkan bahwa orang yang mendapatkan aromaterapi ekstrak cedar tertidur lebih cepat saat tidur siang (Suni & Dimitriu, 2020 Oktober 23).

6. Ylang-Ylang

Minyak esensial ylang-ylang, yang berasal dari pohon kenanga, telah dikaitkan dengan ketenangan dan perlambatan waktu reaksi, yang dapat membantu saat menjelang tidur (Moss, Hewitt, Moss & Wesner, 2008).

Efek Samping Aromaterapi

Meski aromaterapi untuk tidur nyenyak telah terbukti dalam berbagai penelitian, tetapi tetap saja ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi.

Sebagian besar penelitian melaporkan sedikit atau tidak ada efek samping dari aromaterapi, dan minyak esensial umumnya dianggap aman bila digunakan sesuai petunjuk.

Namun beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap minyak esensial tertentu, terutama yang dioleskan ke kulit.

Minyak esensial berbasis jeruk dan beberapa jenis minyak esensial lainnya dapat meningkatkan sensitivitas kulit terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet.

Minyak esensial pohon teh dan lavender telah ditemukan mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu endokrin, yang berarti minyak tersebut dapat mempengaruhi produksi hormon seks seperti androgen dan estrogen (Ramsey et al, 2019).

Studi telah menemukan bahwa dalam kasus yang jarang terjadi, minyak ini terkait dengan pertumbuhan payudara praremaja pada anak perempuan dan perkembangan payudara abnormal pada anak laki-laki (Henley, Lipson, Korach, & Bloch, 2007).

Senyawa yang diyakini menyebabkan gangguan endokrin telah ditemukan pada setidaknya pada 65 jenis minyak esensial lainnya (Weaver, n.d).

Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan potensi risiko gangguan endokrin dari minyak esensial dan bagaimana mereka dapat dihindari atau dikurangi.

Sumber:

  1. Goel, N., Kim, H., & Lao, R. P. (2005). An olfactory stimulus modifies nighttime sleep in young men and women. Chronobiology international, 22(5), 889–904. https://doi.org/10.1080/07420520500263276
  2. Henley, D. V., Lipson, N., Korach, K. S., & Bloch, C. A. (2007). Prepubertal gynecomastia linked to lavender and tea tree oils. The New England journal of medicine, 356(5), 479–485. https://doi.org/10.1056/NEJMoa064725
  3. Malcolm, B. J., & Tallian, K. (2018). Essential oil of lavender in anxiety disorders: Ready for prime time?. The mental health clinician, 7(4), 147–155. https://doi.org/10.9740/mhc.2017.07.147
  4. Moss, M., Hewitt, S., Moss, L., & Wesnes, K. (2008). Modulation of cognitive performance and mood by aromas of peppermint and ylang-ylang. The International journal of neuroscience, 118(1), 59–77. https://doi.org/10.1080/00207450601042094
  5. National Center for Complementary and Integrative Health. (2020, Januari). Aromatherapy. Retrieved https://www.nccih.nih.gov/health/aromatherapy
  6. Perl, O., Arzi, A., Sela, L., Secundo, L., Holtzman, Y., Samnon, P., Oksenberg, A., Sobel, N., & Hairston, I. S. (2016). Odors enhance slow-wave activity in non-rapid eye movement sleep. Journal of neurophysiology, 115(5), 2294–2302. https://doi.org/10.1152/jn.01001.2015
  7. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. PPNI: Jakarta.
  8. Ramsey, J. T., Li, Y., Arao, Y., Naidu, A., Coons, L. A., Diaz, A., & Korach, K. S. (2019). Lavender Products Associated With Premature Thelarche and Prepubertal Gynecomastia: Case Reports and Endocrine-Disrupting Chemical Activities. The Journal of clinical endocrinology and metabolism, 104(11), 5393–5405. https://doi.org/10.1210/jc.2018-01880
  9. Sayorwan, W., Siripornpanich, V., Piriyapunyaporn, T., Hongratanaworakit, T., Kotchabhakdi, N., & Ruangrungsi, N. (2012). The effects of lavender oil inhalation on emotional states, autonomic nervous system, and brain electrical activity. Journal of the Medical Association of Thailand = Chotmaihet thangphaet, 95(4), 598–606.
  10. Sowndhararajan, K., & Kim, S. (2016). Influence of Fragrances on Human Psychophysiological Activity: With Special Reference to Human Electroencephalographic Response. Scientia pharmaceutica, 84(4), 724–751. https://doi.org/10.3390/scipharm84040724
  11. Suni, E., & Dimitriu, A. (2020, October 23). How Smeel Affects Your Sleep. Retrieved September 26, 2021 https://www.sleepfoundation.org/bedroom-environment/how-smell-affects-your-sleep
  12. Vitinius, F., Hellmich, M., Matthies, A., Bornkessel, F., Burghart, H., Albus, C., Huettenbrink, K. B., & Vent, J. (2014). Feasibility of an interval, inspiration-triggered nocturnal odorant application by a novel device: a patient-blinded, randomised crossover, pilot trial on mood and sleep quality of depressed female inpatients. European archives of oto-rhino-laryngology : official journal of the European Federation of Oto-Rhino-Laryngological Societies (EUFOS) : affiliated with the German Society for Oto-Rhino-Laryngology – Head and Neck Surgery, 271(9), 2443–2454. https://doi.org/10.1007/s00405-013-2873-6
  13. Weaver, J. (n.d). Lavender oil linked to early breast growth in girls. Retrieved https://factor.niehs.nih.gov/2019/9/feature/3-feature-lavender/index.htm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *