nausea

Nausea merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah.

Diagnosis ini diberi kode D.0076, masuk dalam kategori psikologis, subkategori nyeri dan kenyamanan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan nausea secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis nausea, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Mengeluh mual
  • Merasa ingin muntah
  • Tidak berminat makan

DO:

  • Tidak tersedia

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori nyeri dan kenyamanan pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah nausea adalah:

  1. Gangguan biokimiawi (mis: uremia, ketoasidosis diabetic)
  2. Gangguan pada esofagus
  3. Distensi lambung
  4. Iritasi lambung
  5. Gangguan pankreas
  6. Peregangan kapsul limpa
  7. Tumor terlokalisasi (mis: neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder, metastasis tulang di dasar tengkorak)
  8. Peningkatan tekanan intraabdominal (mis: keganasan intraabdomen)
  9. Peningkatan tekanan intrakranial
  10. Peningkatan tekanan intraorbital (mis: glaukoma)
  11. Mabuk perjalanan
  12. Kehamilan
  13. Aroma tidak sedap
  14. Rasa makanan/minuman yang tidak enak
  15. Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
  16. Faktor psikologis (mis: kecemasan, ketakutan, stres)
  17. Efek agen farmakologis
  18. Efek toksin

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Nausea berhubungan dengan distensi lambung dibuktikan dengan mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Nausea b.d distensi lambung d.d mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berminat makan.

Perhatikan:

  1. Masalah = Nausea
  2. Penyebab = Distensi lambung
  3. Tanda/gejala = Mengeluh mual., dst.
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis nausea adalah: “tingkat nausea menurun.”

Tingkat nausea menurun diberi kode L.08065 dalam SLKI.

Tingkat nausea menurun berarti perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah menurun.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat nausea menurun adalah:

  1. Perasaan ingin muntah menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil:

  1. Perasaan ingin muntah menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat nausea
  2. Ekspektasi = Menurun
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis nausea adalah:

  1. Manajemen mual
  2. Manajemen muntah

Manajemen Mual (I.03117)

Intervensi manajemen mual dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03117).

Manajemen mual adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak pada bagian tenggorok atau lambung yang dapat menyebabkan muntah.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen mual berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi pengalaman mual
  • Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
  • Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
  • Identifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan dan prosedur)
  • Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
  • Monitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

  • Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
  • Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
  • Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
  • Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna, jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
  • Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
  • Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah lemak
  • Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

Manajemen Muntah (I.03118)

Intervensi manajemen muntah dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03118).

Manajemen muntah adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola refleks pengeluaran isi lambung.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen muntah berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi pengalaman muntah
  • Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
  • Identifikasi dampak muntah terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
  • Identifikasi faktor penyebab muntah (mis: pengobatan dan prosedur)
  • Identifikasi antiemetik untuk mencegah muntah (kecuali muntah pada kehamilan)
  • Monitor muntah (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

  • Kontrol lingkungan penyebab muntah (mis: bau tidak sedap, suara, dan stimulasi visual yang tidak menyenangkan)
  • Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis: kecemasan, ketakutan)
  • Atur posisi untuk mencegah aspirasi
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Bersihkan mulut dan hidung
  • Berikan dukungan fisik saat muntah (mis: membantu membungkuk atau menundukkan kepala)
  • Berikan kenyamanan selama muntah (mis: kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering dan bersih)
  • Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah muntah

Edukasi

  • Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah
  • Anjurkan memperbanyak istirahat
  • Ajarkan penggunaan Teknik non farmakologis untuk mengelola muntah (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori nyeri dan kenyamanan adalah:

  1. Gangguan rasa nyaman
  2. Ketidaknyamanan pasca partum
  3. Nyeri akut
  4. Nyeri kronis
  5. Nyeri melahirkan

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *