defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.

Diagnosis ini diberi kode D.0109, masuk dalam kategori perilaku, dan merupakan satu-satunya diagnosis pada subkategori kebersihan diri dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan defisit perawatan diri secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis defisit perawatan diri, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Menolak melakukan perawatan diri

DO:

  • Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
  • Minat melakukan perawatan diri kurang

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori kebersihan diri pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah defisit perawatan diri adalah:

  1. Gangguan musculoskeletal
  2. Gangguan neuromuskuler
  3. Kelemahan
  4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
  5. Penurunan motivasi/minat

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Harap diperhatikan bahwa diagnosis ini harus ditambahkan lagi keterangan tentang apa yang mengalami defisit perawatan diri (spesifikkan).

Ada 5 spesifikasi diagnosis deficit perawatan diri, antara lain: 

  1. Mandi
  2. Berpakaian
  3. Makan
  4. Toileting
  5. Berhias

Perawat harus mengidentifikasi salah satu dari lima spesifikasi diatas sebagai penulisan masalah dalam diagnosis.

Contoh:

Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Defisit perawatan diri: mandi b.d kelemahan d.d menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang.

Perhatikan:

  1. Masalah = Defisit perawatan diri
  2. Penyebab = kelemahan
  3. Tanda/gejala = menolak melakukan perawatan diri., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis defisit perawatan diri adalah: “perawatan diri meningkat.”

Perawatan diri meningkat diberi kode L.11103 dalam SLKI.

Perawatan diri meningkat berarti meningkatnya kemampuan pasien untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa perawatan diri meningkat adalah:

  1. Kemampuan mandi meningkat
  2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
  3. Kemampuan makan meningkat
  4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
  5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
  6. Minat melakukan perawatan diri meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perawatan diri meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Kemampuan mandi meningkat
  2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
  3. Kemampuan makan meningkat
  4. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
  5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
  6. Minat melakukan perawatan diri meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perawatan diri
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis defisit perawatan diri adalah:

  1. Dukungan diri
  2. Dukungan diri: BAB/BAK
  3. Dukungan diri: Berhias
  4. Dukungan diri: Berpakaian
  5. Dukungan diri: Makan/minum
  6. Dukungan diri: Mandi

Dukungan Perawatan Diri (I.11348)

Intervensi dukungan perawatan diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11348).

Dukungan perawatan diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
  • Monitor tingkat kemandirian
  • Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan

Terapeutik

  • Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat, rileks, privasi)
  • Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat gigi, dan sabun mandi)
  • Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
  • Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
  • Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
  • Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi

  • Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)

Intervensi dukungan perawatan diri: BAB/BAK dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11349).

Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) kepada pasien.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri: BAB/BAK berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia
  • Monitor integritas kulit pasien

Terapeutik

  • Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
  • Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
  • Jaga privasi selama eliminasi
  • Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
  • Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
  • Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
  • Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal), jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan BAK/BAB secara rutin
  • Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

Dukungan Perawatan Diri: Berhias

Tidak ditemukan intervensi dukungan perawatan diri: berhias dalam buku SIKI Edisi 1 Cetakan II (PPNI, 2018).

Namun intervensi ini dapat dilakukan dengan “dukungan perawatan diri: berpakaian.”

Dukungan Perawatan Diri: Berpakaian (I.11350)

Intervensi dukungan perawatan diri: berpakaian dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11350).

Dukungan perawatan diri: berpakaian adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan berpakaian dan berhias.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri: berpakaian berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi usia dan budaya dalam membantu berpakaian/berhias

Terapeutik

  • Sediakan pakaian pada tempat yang mudah dijangkau
  • Sediakan pakaian pribadi, sesuai kebutuhan
  • Fasilitasi mengenakan pakaian, jika perlu
  • Fasilitasi berhias (mis: menyisir rambut, merapikan kumis/jenggot)
  • Jaga privasi selama berpakaian
  • Tawarkan untuk laundry, jika perlu
  • Berikan pujian terhadap kemampuan berpakaian secara mandiri

Edukasi

  • Informasikan pakaian yang tersedia untuk dipilih, jika perlu
  • Ajarkan menggunakan pakaian, jika perlu

Dukungan Perawatan Diri: Makan/Minum (I.11351)

Intervensi dukungan perawatan diri: Makan/Minum dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11351).

Dukungan Perawatan Diri: Makan/Minum adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan makan dan minum kepada pasien.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri: Makan/Minum berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi diet yang dianjurkan
  • Monitor kemampuan menelan
  • Monitor status hidrasi pasien, jika perlu

Terapeutik

  • Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
  • Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
  • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
  • Letakkan makanan di sisi mata yang sehat
  • Sediakan sedotan untuk minum, sesuai kebutuhan
  • Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan
  • Sediakan makanan dan minuman yang disukai
  • Berikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian, jika perlu
  • Motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia

Edukasi

  • Jelaskan posisi makanan pada pasien yang mengalami gangguan penglihatan dengan menggunakan arah jarum jam (mis: sayur di jam 12, rendang di jam 3)

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat (mis: analgesik, antiemetik), sesuai indikasi

Dukungan Perawatan Diri: Mandi (I.11352)

Intervensi dukungan perawatan diri: mandi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.11352).

Dukungan perawatan diri: mandi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan perawatan diri: mandi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
  • Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
  • Monitor kebersihan tubuh (mis: rambut, mulut, kulit, kuku)
  • Monitor integritas kulit

Terapeutik

  • Sediakan peralatan mandi (mis: sabun, sikat gigi, shampoo, pelembab kulit)
  • Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
  • Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
  • Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
  • Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
  • Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian

Edukasi

  • Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap Kesehatan
  • Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien, jika perlu

Diagnosis Terkait

Hanya ada 1 diagnosis keperawatan untuk kategori perilaku dan subkategori kebersihan diri.

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *