Manajemen kesehatan tidak efektif

Manajemen kesehatan tidak efektif merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.

Diagnosis ini diberi kode D.0116, masuk dalam kategori perilaku, subkategori penyuluhan dan pembelajaran dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan manajemen kesehatan tidak efektifsecara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis manajemen kesehatan tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan

DO:

  • Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko
  • Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
  • Aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori penyuluhan dan pembelajaran pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah manajemen kesehatan tidak efektif adalah:

  1. Kompleksitas sistem pelayanan Kesehatan
  2. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
  3. Konflik pengambilan keputusan
  4. Kurang terpapar informasi
  5. Kesulitan ekonomi
  6. Tuntutan berlebih
  7. Konflik keluarga
  8. Ketidakefektifan pola perawatan Kesehatan keluarga
  9. Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
  10. Kekurangan dukungan sosial

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Contoh:

Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan, gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan Kesehatan.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi d.d mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan, gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan Kesehatan.

Perhatikan:

  1. Masalah = manajemen kesehatan tidak efektif
  2. Penyebab = kurang terpapar informasi
  3. Tanda/gejala = mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis manajemen kesehatan tidak efektifadalah: “manajemen kesehatan meningkat.”

Manajemen kesehatan meningkat diberi kode L.12104 dalam SLKI.

Manajemen kesehatan meningkat berarti meningkatnya kemampuan mengatur dan mengintegrasikan penanganan masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai status kesehatan optimal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa manajemen kesehatan meningkat adalah:

  1. Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko meningkat
  2. Menerapkan program perawatan meningkat
  3. Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan meningkat
  4. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status manajemen kesehatan meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko meningkat
  2. Menerapkan program perawatan meningkat
  3. Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan meningkat
  4. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan menurun

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka manajemen kesehatan
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis manajemen kesehatan tidak efektifadalah:

  • Dukungan pengambilan keputusan
  • Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri
  • Edukasi Kesehatan
  • Pelibatan keluarga

Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265)

Intervensi dukungan pengambilan keputusan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09265).

Dukungan pengambilan keputusan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan informasi dan dukungan saat pembuatan keputusan Kesehatan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan pengambilan keputusan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu konflik

Terapeutik

  • Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu membuat pilihan
  • Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
  • Fasilitasi melihat situasi secara realistic
  • Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan
  • Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
  • Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak informasi
  • Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika perlu
  • Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga Kesehatan lainnya

Edukasi

  • Jelaskan alternatif solusi secara jelas
  • Berikan informasi yang diminta pasien

Kolaborasi

  • Kolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain dalam memfasilitasi pengambilan keputusan

Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri (I.09277)

Intervensi dukungan tanggung jawab pada diri sendiridalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09277).

Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam memfasilitasi pasien agar dapat bertanggungjawab atas perilaku sendiri dan konsekuensi yang ditimbulkannya.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi dukungan tanggung jawab pada diri sendiriberdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi persepsi tentang masalah Kesehatan
  • Monitor pelaksanaan tanggung jawab

Terapeutik

  • Berikan kesempatan merasakan memiliki tanggung jawab
  • Tingkatkan rasa tanggung jawab atas perilaku sendiri
  • Hindari berdebat atau tawar menawar tentang perannya di ruang perawatan
  • Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau mengubah perilaku

Edukasi

  • Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan
  • Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Intervensi edukasi kesehatan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12383).

Edukasi kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
  • Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

  • Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
  • Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

  • Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
  • Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

Pelibatan Keluarga (I.14525)

Intervensi pelibatan keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14525).

Pelibatan keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi partisipasi anggota keluarga dalam perawatan emosional dan fisik.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pelibatan keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan

Terapeutik

  • Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan
  • Diskusikan cara perawatan di rumah (mis: kelompok, perawatan di rumah, atau rumah singgah)
  • Motivasi keluarga mengembangkan aspek positif rencana perawatan
  • Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan

Edukasi

  • Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
  • Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga
  • Informasikan harapan pasien kepada keluarga
  • Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam perawatan
  • Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori penyuluhan dan pembelajaran adalah:

  1. Defisit kesehatan komunitas
  2. Defisit pengetahuan
  3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
  4. Kesiapan peningkatan pengetahuan
  5. Ketidakpatuhan
  6. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
  7. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply