SOP Injeksi I.M

Injeksi I.M dalam SOP PPNI (2021) diistilahkan dengan “Pemberian Obat Intramuskuler”.

Pemberian obat intramuskuler adalah tindakan yang dilakukan oleh Perawat untuk menyiapkan dan memberikan agen farmakologis yang diprogramkan melalui jalur intramuskuler (I.M).

Obat yang diberikan melalui jalur I.M disuntikkan ke otot (dengan sudut 90°) di bawah lapisan dermal dan jaringan subkutan (lihat gambar 1 dibawah).

Derajat Injeksi I.M (Stein & Hollen, 2021).

Intramuskular (otot) memiliki lebih banyak pembuluh darah daripada rute intracutan (I.C, bawah kulit) atau subkutan (S.C, lemak), sehingga tingkat penyerapan obat biasanya lebih cepat.

Tempat injeksi

Ada 3 tempat yang paling umum digunakan untuk injeksi IM (Stein & Hollen, 2021), yaitu:

  1. Deltoid (otot lengan)
  2. Vastus lateralis (otot paha)
  3. Ventrogluteal (otot pantat)

Namun menurut Mann (2016), injeksi IM di ventrogluteal tidak direkomendasikan karena risiko tinggi merusak saraf skiatik.

CDC merekomendasikan injeksi di otot vastus lateralis untuk bayi, neonatus, dan balita, dan otot deltoid untuk anak-anak dan orang dewasa yang berusia 3 hingga 18 tahun (CDC, 2019).

Spuit dan Jarum Injeksi I.M

Obat I.M pada umumnya membutuhkan spuit 1 cc sampai 3 cc, tergantung pada volume obat yang diberikan.

Panjang jarum untuk injeksi IM harus cukup panjang untuk mencapai otot tanpa mempengaruhi saraf, pembuluh darah, atau tulang di bawahnya (CDC, 2019).

Pasien-pasien obesitas mungkin memerlukan jarum yang lebih panjang untuk memastikan obat disuntikkan ke dalam otot, bukan lemak.

Viskositas (kekentalan) obat juga mempengaruhi pemilihan ukuran jarum untuk injeksi I.M.

Obat dengan larutan kental biasanya membutuhkan jarum yang berukuran lebih besar.

Volume Maksimum Injeksi I.M

Pada orang dewasa, volume maksimum yang diperbolehkan untuk injeksi IM tergantung pada ukuran otot.

Otot deltoid lebih kecil dan hanya akan memungkinkan hingga 2 cc obat untuk rata-rata orang dewasa, sedangkan pada otot yang lebih besar seperti ventrogluteal dan vastus lateralis, dapat diberikan lebih banyak.

Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang membutuhkan Tindakan pemberian obat intramuskuler menurut buku SPO Keperawatan (PPNI, 2021), antara lain:

  1. Gangguan pertukaran gas
  2. Gangguan ventilasi spontan
  3. Gangguan penyapihan ventilator
  4. Gangguan sirkulasi spontan
  5. Gangguan integritas kulit/jaringan
  6. Nyeri akut
  7. Risiko alergi
  8. Disrefleksia otonom
  9. Perilaku kekerasan
  10. Risiko bunuh diri

Persiapan alat

Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemberian obat intramuskuler antara lain:

  1. Sarung tangan bersih
  2. Spuit, sesuai kebutuhan
  3. Obat intramuskuler
  4. Alcohol swab
  5. Plester
  6. Safety box

SOP Pemberian Obat Intramuskuler

SOP pemberian obat intramuskuler sesuai SPO PPNI:

  1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
  2. Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
  3. Siapkan alat
  4. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)
  5. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
  6. Pasang sarung tangan
  7. Tarik obat ke dalam spuit dari ampul/vial
  8. Pilih area injeksi yang sesuai (seperti vastus lateralis, ventrogluteal, deltoid)
  9. Hindari area yang mengalami memar, radang, edema, lesi, atau perubahan warna
  10. Desinfeksi area injeksi dengan alcohol swab
  11. Gunakan Teknik z-track untuk mencegah obat keluar ke jaringan subkutan dan kulit
  12. Tusukan jarum dengan sudut 90°
  13. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah
  14. Injeksikan obat secara perlahan
  15. Cabut jarum
  16. Hindari melakukan masase pada area penusukan
  17. Tutup area penusukan dengan plester
  18. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
  19. Lepaskan sarung tangan
  20. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
  21. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Cara melakukan teknik z-track pada injeksi I.M

Teknik z-track adalah Teknik yang digunakan untuk mencegah obat merembes di jaringan lemak saat perawat menarik jarum suntik setelah injeksi.

Beberapa obat yang diberikan secara I.M dapat terasa nyeri jika masuk ke jaringan lemak.

Teknik z-track dapat dilakukan pada otot-otot besar seperti ventrogluteal atau vastus lateralis.

Langkah-langkah melakukan Teknik z-track pada injeksi I.M adalah:

  1. Gunakan jari-jari dan bagian sisi tangan non-dominan untuk menggeser kulit dan jaringan lemak sekitar 2,5 hingga 3,5 cm ke samping (diregangkan)
  2. Sambil tangan non-dominan meregangkan kulit, lakukan injeksi pada sudut 90° dengan tangan dominan.
  3. Setelah obat diinjeksikan, lepaskan regangan kulit pasien pada tangan non-dominan, sembari tangan dominan menarik jarum keluar dari otot.
  4. Lanjutkan prosedur sesuai SOP PPNI diatas.
Metode Z-Track pada Injeksi I.M

Tangan non-dominan meregangkan kulit, tangan dominan melakukan injeksi pada sudut 90° (Stein & Hollen, 2021).

Metode Z-Track pada Injeksi I.M

Tangan non-dominan melepaskan regangan kulit, tangan dominan menarik jarum keluar dari otot (Stein & Hollen, 2021).

Cara Injeksi I.M di Otot Deltoid

Berikut adalah cara injeksi I.M di otot deltoid:

  1. Posisikan pasien dalam posisi duduk tegak dan ekspos (buka pakaian) lengan atas.
  2. Cari prosesus acromion (acromion process) dengan meraba bagian atas bahu.
  3. Identifikasi tempat injeksi deltoid kira-kira 3,5 – 5 cm di bawah prosesus acromion (di dekat bagian tengah terbesar otot deltoid).
  4. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, pegang otot dengan lembut untuk memperkirakan lokasi dan massa.
  5. Lanjutkan injeksi sesuai SOP PPNI diatas.
Tempat injeksi I.M di otot deltoid (Stein & Hollen, 2021).

Cara Injeksi I.M di Otot Vastus Lateralis

Berikut adalah cara injeksi I.M di otot vastus lateralis:

  1. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman dengan otot paha terbuka (Jaga privasi pasien, ekspos hanya pada tempat suntikan saja).
  2. Temukan penanda yang sesuai di paha klien. Tempatkan satu tangan di bawah trokanter mayor (greater trochanter) dan satu tangan lainnya di atas lutut (knee)
  3. Bagi paha secara visual (imajiner) menjadi tiga bagian. Tempat injeksi vastus lateralis adalah pada bagian terluar paha (paling dekat dengan jari perawat).
Tempat injeksi IM di Otot Vastus Lateralis

Tempat injeksi vastus lateralis adalah pada bagian terluar paha (paling dekat dengan jari perawat) (Stein & Hollen, 2021).

Cara Injeksi I.M di Otot Ventrogluteal

Berikut adalah cara injeksi I.M di otot ventrogluteal:

  1. Posisikan pasien dalam posisi berbaring miring dengan bantal di antara lutut. Tempatkan kaki bagian atas sedikit di depan kaki bagian bawah, dan tekuk lutut untuk memfasilitasi relaksasi otot. Jaga privasi pasien, ekspos hanya tempat suntikan.
  2. Cari lokasi ventrogluteal dengan meletakkan jari telunjuk pada di spina iliaka anterosuperior (puncak iliaka yang melengkung ke arah depan tubuh).
  3. Letakkan telapak tangan perawat di trokanter mayor pasien, lalu buat “V” dengan jari telunjuk dan jari tengah berjarak sekitar 5 cm.
  4. Tempat injeksi ventrogluteal adalah ditengah “V” (bagian terbesar otot).
Tempat Injeksi I.M di Otot Ventrogluteal

Tempat injeksi ventrogluteal adalah ditengah “V” (Stein & Hollen, 2021).

Komplikasi Injeksi I.M dan Cara Mencegahnya

Risiko komplikasi pada injeksi I.M adalah iritasi lokal, pembentukan hematoma, atau (lebih jarang) cedera saraf perifer dan neuropati (Li, 2017).

Namun risiko komplikasi tersebut dapat dikurangi dengan identifikasi tempat injeksi yang tepat dan Teknik injeksi yang baik.

Hindari area yang mengalami peradangan atau edema, dan area dengan jaringan parut atau lesi.

Penting juga untuk memastikan bahwa pasien memiliki massa otot yang memadai untuk dilakukan injeksi (mis: pasien kurus).

Bagi pasien yang mengalami gangguan perdarahan atau trombositopenia berat (trombosit rendah), atau mereka yang sedang menjalani pengobatan tertentu, seperti antikoagulan, mungkin berisiko mengalami pembentukan hematoma.

Untuk mencegah hematoma, tahan dan berikan tekanan kuat pada tempat suntikan selama minimal 2 menit, tetapi jangan memijat daerah tersebut.

CDC (2019) merekomendasikan jarum ukuran 23G atau yang lebih kecil untuk pasien dengan gangguan perdarahan.

Perawat harus memantau pasien dengan cermat untuk memastikan tidak ada perdarahan atau rembesan dari tempat suntikan.

Referensi

  1. PPNI (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  3. Stein, LNM., & Hollen, CJH. (2021). Concept-based clinical nursing skills: fundamental to advanced. Missouri: Elsevier.
  4. Mann, E. (2016). Injection (intramuscular): Clinician information. [Evidence summary]. Retrieved from The Joanna Briggs Institute EBD Database, JBI@Ovid. JBI520.
  5. Centers for Disease Control and Prevention (2019). Chapter 6: Vaccine administration. In: Hamborsky J, Kroger A, Wolfe S, eds. Epidemiology and prevention of vaccine-preventable diseases . 13th ed. Washington, DC: Public Health Foundation.
  6. Li, Y. (2017). Injection (intramuscular). [Evidence summary]. Retrieved from The Joanna Briggs Institute EBD Database, JBI@Ovid. JBI1139.

Leave a Reply