4 fase komunikasi terapeutik

Ada 4 fase komunikasi terapeutik yang dapat perawat gunakan saat berbicara dengan pasien (Jensen, 2019), yaitu:

  1. Fase pra interaksi
  2. Fase orientasi
  3. Fase kerja
  4. Fase terminasi

Pada artikel ini kita akan membahas keempat fase komunikasi terapeutik tersebut, serta contoh-contohnya agar lebih mudah untuk dipahami.

Fase pra interaksi

Fase pra interaksi dilakukan untuk mempersiapkan diri perawat sebelum bertemu dengan pasien.

Hal ini penting dilakukan agar perawat mengetahui latar belakang pasien, sehingga fase berikutnya dapat berjalan dengan baik.

Perawat dapat mempelajari data rekam medis, termasuk riwayat penyakit atau operasi sebelumnya, atau adanya obat-obatan yang dikonsumsi saat ini.

Fase berikutnya akan sangat terbantu jika perawat sudah tahu tentang beberapa kondisi masa lalu pasien, dan responnya terhadap perawatan.

Bila ini adalah pertama kali pasien dirawat, lihat catatan dari perawat IGD.

Fase orientasi

Fase orientasi adalah fase perkenalan dengan pasien.

Perawat harus memperkenalkan diri terlebih dahulu, dan jelaskan tujuan perawat bertemu pasien saat itu.

Contohnya adalah, “Halo, nama saya Ners Leo, saya adalah perawat yang merawat bapak malam ini.”

Setelah memperkenalkan nama, kemudian tanyakan pasien nama lengkap dan tanggal lahirnya (identifikasi pasien).

Penting pula untuk menanyakan bagaimana pasien ingin di panggil.

Ingat, jangan pernah berasumsi bahwa pasien tidak keberatan dengan panggilan yang perawat lakukan.

Misalnya, “apa kabar kakek?”

Mungkin saja ada pasien yang tidak nyaman dipanggil dengan panggilan semacam itu.

Alih-alih membuat nama panggilan sendiri, perawat cukup mengatakan, “Bapak/ibu nyamannya dipanggil apa?”

Dengarkan baik-baik apa yang pasien sebutkan, dan, jika perlu, konfirmasi ulang bahwa pengucapannya benar.

Perawat boleh bersalaman (jabat tangan) jika itu tampak nyaman dan sesuai untuk dilakukan.

Untuk menenangkan pasien, perawat dapat memulai dengan berbicara topik ringan, seperti suhu yang dingin atau panas, terutama jika perawat melihat ada tanda-tanda pasien merasa cemas.

Namun jangan terlalu lama berbicara tentang hal itu, dan dengan cepat katakan tujuan wawancara.

Contohnya, “Pak Budi, saya perlu mengajukan beberapa pertanyaan tentang riwayat kesehatan pribadi dan keluarga bapak. Ini diperlukan untuk melengkapi data-data kesehatan bapak.”

Setelah mengatakan tujuan, selanjutnya perawat perlu meminta persetujuan pasien secara lisan.

“Apakah bapak tidak keberatan jika saya tanya-tanya?”

Jaga privasi

Privasi sangat penting, jangan melakukan wawancara kepada pasien saat ada pasien lain melihat.

Adanya audiens saat wawancara mungkin dapat membuat pasien merasa enggan untuk menjawab pertanyaan perawat dengan jujur.

Tarik tirai di sekitar pasien jika melakukan wawancara di kamar rumah sakit, atau tutup pintu jika wawancara dilakukan di ruang pemeriksaan.

BACA JUGA: Komunikasi dan Komunikasi Terapeutik

Fase kerja

Selama fase kerja, yang perawat lakukan adalah mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik.

Ada 2 jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi, yaitu pertanyaan tertutup, dan pertanyaan terbuka.

Kedua jenis pertanyaan tersebut masing-masing memiliki tujuan tersendiri.

Perawat perlu memilih jenis mana yang akan lebih membantu memperoleh informasi yang sesuai.

Pertanyaan tertutup dapat digunakan saat perawat ingin menggali informasi yang menghasilkan jawaban ya atau tidak

Contohnya, “Apakah bapak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya?”

Sedangkan pertanyaan terbuka digunakan saat perawat membutuhkan informasi yang lebih luas dan dalam.

Misalnya, “Apa yang bapak rasakan saat ini?” Atau “Bagaimana kondisi bapak saat ini?”

Bila pasien kesulitan untuk menjawab pertanyaan terbuka, perawat dapat memulai dengan pertanyaan tertutup hingga pasien merasa nyaman.

Contohnya, “Apakah ada rasa nyeri?”

Saat wawancara pasien, perawat sebisa mungkin menghindari pertanyaan “mengapa”, seperti “mengapa bapak tidak berhenti merokok?”

Pasien mungkin merasa kesulitan untuk menjawab, atau bahkan mungkin merasa pertanyaan itu menuduh atau menghakimi.

Alih-alih bertanya seperti itu, perawat dapat membungkusnya dengan kalimat yang lebih halus, misalnya:

“Apa tantangan terbesar bapak untuk berhenti merokok?”

Dokumentasi

Apakah perawat boleh membawa format pengkajian saat mewawancara pasien?

Ya, tidak ada aturan bahwa perawat tidak boleh membawa format pengkajian.

Namun harus diperhatikan bahwa jangan sampai perawat akhirnya berfokus kepada format bukan pasien.

Perawat adalah pewawancara, bukan investigator.

Perawat sedang mewawancara pasien, bukan pelaku kriminal.

Bila perawat membawa format pengkajian, letakkan format tersebut di papan klip supaya tidak merepotkan perawat saat menulis.

Simpan papan klip tersebut dipangkuan perawat sehingga kontak mata dengan pasien tidak terhalangi.

Jika perawat menggunakan alat elektronik, seperti komputer atau tablet. Pastikan pula bahwa kontak mata dengan pasien tetap terjaga.

Fase terminasi

Urutan terakhir dalam 4 fase komunikasi terapeutik perawat pasien adalah fase terminasi.

Fase terminasi adalah fase dimana perawat menutup sesi wawancara dengan pasien.

Namun sebelum menutup, pastikan bahwa perawat meringkas dan menyatakan dua sampai tiga masalah yang paling penting.

Misalnya, “Sepertinya bapak merasa cemas rasa nyeri yang kadang-kadang muncul. Apakah bapak setuju?”

Selain itu, perawat juga harus memberi tahu langkah selanjutnya kepada pasien, seperti:

“Saya akan memastikan kecemasan dan nyeri yang bapak rasakan dimasukan ke dalam  rencana asuhan keperawatan bapak.”

Tanyakan apakah pasien ingin menambahkan sesuatu atau membutuhkan hal lain.

Menanyakan hal tersebut memberi pasien kesempatan terakhir untuk mengungkapkan kebutuhan, sekaligus merasa bahwa dia telah didengar.

Ucapkan terima kasih kepada pasien dan anggota keluarga yang ada karena telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi saat perawat mengakhiri wawancara.

Referensi

Jensen, S. (2019). Nursing Health Assessment: A Best Practice Approach 3rd Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *