Alat pengkajian nyeri yang mudah digunakan dapat meningkatkan efisiensi kerja Perawat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Perawat.Org mencari tahu lebih dalam tentang alat-alat untuk mengkaji nyeri, dan memilih 11 alat pengkajian nyeri yang paling populer dan paling mudah digunakan.
Baca keseluruhan artikel atau lihat pada daftar isi dibawah:
- Jenis-jenis Nyeri
- Tujuan Pengkajian Nyeri
- 8 Alat Pengkajian Nyeri Populer Yang Mudah Digunakan
- 1. Pengkajian Nyeri dengan Mnemonik PQRST
- 2. Pengkajian Nyeri dengan Mnemonik SOCRATES
- 3. Pengkajian Nyeri dengan Numerical Rating Scale (NRS)
- 4. Pengkajian Nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
- 5. Pengkajian Nyeri dengan Defense and Veterans Pain Rating Scale (DVPRS)
- 6. Pengkajian Nyeri dengan Wong-Baker FACES® Scale
- 7. Pengkajian Nyeri dengan COMFORT Behavior Scale
- 8. Pengkajian Nyeri dengan Adult Non-Verbal Pain Scale (NVPS)
- Kesimpulan
- Referensi:
Tapi sebelum melihat jenis-jenis alat pengkajian nyeri, Perawat pertama kali harus memahami bahwa nyeri adalah pengalaman personal, dan pengalaman nyeri masing-masing individu itu berbeda (Swift, 2015).
Mereka yang merasakan nyeri, tidak hanya terkait sensasi fisik saja, tapi juga berhubungan dengan respon emosional, karena itu nyeri juga dikenal sebagai pengalaman multidimensional (Fillingim et al, 2014).
Nyeri dapat mengakibatkan kelelahan (fatigue), irritability, depresi atau ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Leadley et al, 2014).
Nyeri yang berlangsung lama (kronis) bahkan dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan kesejahteraan ekonomi, menghalangi pekerjaan dan aktivitas sosial (Morgan et al, 2011).
Perawat perlu memahami nyeri yang dirasakan oleh pasien untuk membantu menegakkan diagnosa, menentukan intervensi yang tepat, dan memonitor perkembangannya (evaluasi) (Swift, 2014).
Jenis-jenis Nyeri
Ada dua jenis nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis (Swift, 2015).
Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang muncul mendadak, disebabkan oleh proses patologis, seperti insisi atau keseleo (sprain) (Swift, 2015).
Pada nyeri akut tidak ditemukan adanya kerusakan saraf, dan biasanya sembuh dengan sendirinya (Grichnik & Ferrante, 1991).
Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang bertahan setidaknya tiga bulan (Hughes, 2008).
Terkadang pasien tidak selalu memberitahukan perawat tentang gejala nyeri yang dialaminya, perawat harus jeli melihat tanda-tanda nyeri pasien, dan kemudian melakukan pengkajian nyeri kepada pasien (Swift, 2015).
Selengkapnya tentang jenis-jenis nyeri, lihat artikel Proses Terjadinya Nyeri.
Tujuan Pengkajian Nyeri
Menurut Swift (2015), ada 3 tujuan dari pengkajian nyeri, yaitu:
- Mendapatkan dan mendeskripsikan nyeri untuk menegakkan diagnosa
- Memahami penyebab nyeri untuk menentukan intervensi yang paling tepat
- Memonitor nyeri untuk menentukan apakah nyeri meningkat atau menurun
8 Alat Pengkajian Nyeri Populer Yang Mudah Digunakan
Alat pengkajian nyeri yang mudah digunakan adalah dengan menggunakan mnemonik atau inisial.
Saat mengkaji nyeri, mnemonik dapat menjadi petunjuk untuk dalam memandu kita mengingat hal penting yang perlu digali dari pasien.
Dua bentuk pengkajian nyeri dengan mnemonik yang paling populer adalah PQRST dan SOCRATES (Swift, 2015)
1. Pengkajian Nyeri dengan Mnemonik PQRST
P | Provocation | Apa yang sedang pasien lakukan saat nyeri muncul? Apakah sedang bergerak, diam, atau stres? Apakah aktivitas yang dapat membuat nyeri semakin parah? Apa aktivitas yang dapat membuat nyeri menghilang? |
Q | Quality | Minta pasien untuk mendeskripsikan nyeri, apakah nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam, tertimpa benda berat, seperti terbakar, dll? |
R | Region and Radiation | Dimana lokasi nyeri terjadi? Apakah nyeri menyebar ke bagian tubuh yang lain? |
S | Severity | Minta pasien untuk mendeksripsikan skala nyeri 0-10, dimana 0 tidak ada nyeri dan 10 sangat nyeri. |
T | Timing | Identifikasi kapan nyeri muncul, Berapa lama durasi nyeri muncul, 1 menit, 5 menit? Seberapa sering nyeri muncul? (dalam jam atau hari) |
(Pain Assessment and Management Initiative, University of Florida)
Pengkajian nyeri dengan mnemonik PQRST adalah yang paling populer saat ini, bahkan banyak perguruan tinggi yang memakai referensi PQRST untuk mengajari mahasiswa untuk mengkaji nyeri.
Selain PQRST, ada juga mnemonik SOCRATES…
2. Pengkajian Nyeri dengan Mnemonik SOCRATES
S | Site | Dimana nyerinya muncul? |
O | Onsite | Kapan nyeri mulai muncul? Munculnya mendadak atau bertahap? |
C | Character | Seperti apa deskripsi nyerinya? Apakah seperti tertusuk, disayat, terbakar atau tertimpa benda berat? |
R | Radiation | Apakah nyeri menyebar ke bagian yang lain? |
A | Associations | Apakah ada tanda dan gejala lain yang berhubungan dengan nyeri? (mis. kemerahan, luka, dsb) |
T | Time Course | Apakah nyeri mengikuti pola tertentu? |
E | Exacerbating/Relieving Factors | Apa yang dapat memperparah dan mengurangi nyeri? |
S | Severity | Seberaba buruk nyerinya? (bisa gunakan skala nyeri). |
(Pain Assessment and Management Initiative, University of Florida)
Pengkajian nyeri dengan mnemonik SOCRATES ini memang terlihat lebih panjang dan lebih detail. Tapi bila diperhatikan, isinya tidak jauh beda dengan mnemonik PQRST.
Selain menggunakan mnemonik, kita juga bisa menggunakan skala, seperti skala nyeri numerikal (skala 0 sampai 10) dan skala nyeri visual.
Mari kita lihat…
3. Pengkajian Nyeri dengan Numerical Rating Scale (NRS)
Pengkajian nyeri dengan menggunakan metode NRS ini sangat sering digunakan, bahkan pengkajian nyeri dengan metode mnemonik juga menggunakan NRS dalam mengkaji tingkat keparahan nyeri (lihat bagian S dari mnemonik PQRST dan SOCRATES).
Meski sering digunakan, tapi nyatanya aplikasi dilapangan ternyata banyak yang salah.
NRS ini digunakan tidak hanya untuk mengukur tingkat nyeri satu waktu saja, tetapi 3 waktu sekaligus dalam 1 kali pengkajian).
Begini seharusnya langkah-langkah pengkajian nyeri dengan NRS:
- Minta pasien mendeskripsikan nyeri (angka 0 = tidak ada nyeri, angka 10 = nyeri sangat parah).
- Minta pasien untuk mendeskripsikan nyeri dalam 3 keadaan: (1) skala nyeri saat pengkajian dilakukan; (2) perkiraan skala nyeri saat nyeri mereda (paling ringan); (3) skala nyeri ketika nyeri paling parah.
- Buat rata-rata skala nyeri dari ketiga deksripsi pasien = (1+2+3 dibagi 3).
- Nilai rata-rata tersebut adalah skala nyeri pasien selama 24 jam terakhir.
Agar lebih jelas, mari kita gunakan contoh:
Seorang Pasien laki-laki, dirawat di ruang rawat inap. Perawat sedang mengkaji nyeri dengan metode numerical rating scale (NRS).
Didapatkan data bahwa pasien mendeskripsikan nyeri saat ini berada di angka 5, pasien kemudian mendeskripsikan nyeri disaat paling ringan ada di angka 2, dan nyeri disaat terparah di angkat 8.
Berapakah skala nyeri pasien dalam 24 jam terakhir?
Untuk menjawab kasus tersebut, kita harus menjumlahkan ketiga angka yang dideskripsikan oleh pasien, kemudian bagi 3.
- Skala nyeri 24 jam terakhir = (5+2+8) / 3
- Skala nyeri 24 jam terakhir = 15 / 3
- Skala nyeri 24 jam terkahir = 5
Maka, skala nyeri pasien 24 jam terakhir adalah 5.
Kalau belum jelas, silahkan tanyakan di kolom komentar ya…
4. Pengkajian Nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
Skala Analog Visual (Visual Analogue Scale / VAS) adalah alat pengkajian nyeri yang mencoba mengukur karakteristik atau sikap yang diyakini dapat menjangkau seluruh kontinum nilai dan tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung.
Secara operasional, VAS biasanya berupa garis horizontal, dengan panjang 100 mm, dan ada deskriptor kata di setiap ujungnya.
Pasien diminta untuk menandai (dengan garis atau titik) pada garis terkait nyeri yang mereka rasakan mewakili persepsi mereka tentang keadaan mereka saat ini.
Skor VAS ditentukan dengan mengukur dalam milimeter dari ujung tangan kiri ke titik yang ditandai oleh pasien. Dengan kata lain, perawat perlu menggunakan penggaris untuk mengukur skala ini.
Selain skala nyeri visual seperti yang telah saya sebutkan diatas, ada juga skala nyeri visual yang menggunakan gambar atau emoji.
Skala nyeri visual dengan emoji cukup populer di tatanan klinis seperti Rumah Sakit. Alat untuk mengkaji nyeri dengan menggunakan emoji yang tersedia adalah Defense and Veterans Pain Rating Scale (DVPRS) dan Wong Baker Faces Scale.
5. Pengkajian Nyeri dengan Defense and Veterans Pain Rating Scale (DVPRS)
Alat pengkajian nyeri DVPRS menggunakan emoji dan beserta angka dibawahnya lengkap dengan keterangan setiap angka tersebut.
DVPRS lebih digunakan untuk pasien dewasa. Sedangkan untuk anak-anak (pediatrik) alat pengkajian yang populer digunakan adalah Wong-Baker FACES® Scale.
6. Pengkajian Nyeri dengan Wong-Baker FACES® Scale
Wong-Baker FACES® dibuat oleh Donna Wong dan Connie Baker pada tahun 1983 untuk membantu anak-anak berkomunikasi tentang rasa nyerinya secara efektif (wongbakerfaces.org).
Meski awalnya didesain untuk anak-anak, tapi Wong-Baker FACES Scale ini juga bisa digunakan untuk pasien dewasa.
7. Pengkajian Nyeri dengan COMFORT Behavior Scale
COMFORT Behavior Scale adalah alat pengkajian nyeri yang digunakan pada pasien dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda perilaku |
1. Verbalisasi (menangis) 2. Agitasi 3. Ekspresi wajah meringis 4. Posisi (menjaga daerah nyeri, meringkuk, memegang dengan erat bagian yang nyeri) |
Tanda-tanda fisiologis |
1. Peningkatan frekuensi napas 2. Peningkatan denyut jantung/nadi 3. Peningkatan tekanan darah 4. Pucat (pallor) 5. Berkeringat 6. Mual 7. Muntah |
Perhatikan tabel pengkajian COMFORT diatas, untuk menggunakan dan mendapatkan data dari pasien kamu harus melakukan hal ini:
- Anamnesa adanya mual dan muntah.
- Inpeksi ekspresi wajah, pucat, adanya keringa, agitasi, dan posisi pasien.
- Ukur tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas.
8. Pengkajian Nyeri dengan Adult Non-Verbal Pain Scale (NVPS)
Pengkajian nyeri dengan Adult Non-Verbal Pain Scale (NVPS) digunakan pada pasien dewasa yang menggunakan ventilator. NVPS ini dikaji tanpa adanya feedback dari pasien (subyektif).
Kategori | 0 | 1 | 2 |
Wajah | Tidak ada ekspresi atau senyum tertentu. | Sesekali meringis, menangis, cemberut, mengeriputkan dahi. | Sering meringis, menangis, cemberut, mengeriputkan dahi. |
Aktivitas (pergerakan) | Berbaring dengan tenang, posisi normal. | Terlihat bergerak dengan hati-hati. Mencari perhatian dengan gerakan pelan. | Gelisah, aktivitas berlebihan, dan/atau refleks menarik (withdrawal reflexs). |
Melindungi (guarding) | Berbaring dengan tenang, tidak ada posisi dimana tangan menjaga bagian tertentu dari tubuh. | Menjaga salah satu bagian tubuh, tegang. | Mengeraskan tubuh, tegang. |
Fisiologi (tanda-tanda vital | TTV dalam batas normal | Perubahan pada salah satu: 1. TD sistol naik sebesar 20 mmHg dari normal 2. Denyut nadi naik 20 kali/menit dari normal | Perubahan pada salah satu: 1. TD sistol naik sebesar 30 mmHg dari normal 2. Denyut nadi naik 25 kali/menit dari normal |
Pernapasan (respiratory) | Batas frekuensi napas / SpO2 sesuai dengan ventilator | Frekuensi napas naik 10 kali dari batas, atau SpO2 turun 5% tidak singkron ringan dengan ventilator. | Frekuensi napas naik 20 kali dari batas, atau SpO2 turun 10% tidak singkron berat dengan ventilator. |
(Pain Assessment and Management Initiative, University of Florida)
Kesimpulan
- Jenis nyeri adalah nyeri akut dan nyeri kronis.
- Pengkajian nyeri sangat penting untuk menentukan intervensi yang paling tepat dan memonitor perkembangan.
- Pasien kadang tidak selalu memberitahukan gejala nyeri yang dialaminya, perawat harus selalu bertanya kepada pasien.
- Keparahan nyeri harus selalu didokumentasikan untuk memonitor efektivitas intervensi dan kesembuhan pasien.
- Ada banyak jenis pengkajian nyeri yang dapat digunakan di tatanan klinis. Pemilihan alat-alat pengkajian tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pasien serta kemudahan penggunaan.
Menurut kalian alat pengkajian nyeri mana yang paling mudah digunakan?
Referensi:
- Fillingim RB et al (2014) The ACTTION-American Pain Society Pain Taxonomy (AAPT): an evidence-based and multidimensional approach to classifying chronic pain conditions. Journal of Pain. Volume 15, Nomor 3, Hal. 241-249.
- Gould et al. (2001). .Information point: visual analogue scale (VAS). Journal of Clinical Nursing, Vol 10, Hal. 697-706.
- Grichnik KP, Ferrante FM (1991) The difference between acute and chronic pain. Mount Sinai Journal of Medicine. Volume 58, Nomor 3, Hal. 217-220.
- Leadley RM et al (2014) Healthy aging in relation to chronic pain and quality of life in Europe. Pain Practice. Volume 14, Nomor 6, Hal. 547-558.
- McCaffery, M., Beebe, A., et al. (1989). Pain: Clinical manual for nursing practice, Mosby St. Louis, MO
- Swift, Amelia (2015). The importance of assessing pain in adults. Nursing Times. Vol 111, Nomor 41. Hal. 12-17.
- van Dijk, Monique., Peters, Jeroen W. B., van Deventer, Patricia., Tibboel, Dick. (2005). The COMFORT Behavior Scale, AJN The American Journal of Nursing: January 2005 – Volume 105 – Issue 1. Hal. 33-36