Perawat.Org | Ulasan Lengkap Kesehatan Masyarakat.

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.

Kesehatan masyarakat mencakup semua kegiatan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (kuratif), maupun pemulihan (rehabilitatif).

Pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain epidemiologi, biostatistik, kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, administrasi kesehatan, gizi masyarakat, serta pelayanan kesehatan.

Definisi Kesehatan Masyarakat

Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut Winslow (dalam Leavel & Clark, 1958) adalah ilmu dan seni, mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui “usaha-usaha pengorganisasisan masyarakat” untuk:

  1. Perbaikan sanitasi lingkungan
  2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
  3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan,
  4. Pengorganisasian pelayanan medis, perawatan, diagnosis dini dan pengobatan,
  5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Sedangkan menurut American Medical Association (1948) (dalam Eliana & Sumiati, 2016), Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Sejarah Kesehatan Masyarakat

Pada pembahasan sejarah kesehatan masyarakat ini, kita bagi menjadi 2 poin penting, yaitu sejarah kesehatan masyarakat di dunia, dan sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia.

1. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Dunia

Sejarah kesehatan masyarakat dimulai dari dua tokoh mitologi Yunani, yaitu Asclepius, seorang Dokter dan Higeia, asistennya yang kemudian menjadi istri Asclepius (Surahman & Subandi, 2016).

Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, namun Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur bedah (surgical procedure) dengan baik.

Higeia disisi lain, melakukan upaya-upaya kesehatan dengan pendekatan promosi kesehatan, melalui pengajaran “hidup seimbang” (menghindari makanan beracun, makan makanan yang bergizi, cukup istirahat, dan rutin berolahraga).

Apabila sudah terlanjur sakit maka Higiea lebih menganjurkan untuk pengupayaan pengobatan alamiah (mengkonsumsi makanan bergizi untuk memperkuat pertahanan tubuh) daripada pengobatan/operasi seperti yang dilakukan oleh suaminya, Asclepius (Surahman & Subandi, 2016).

Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Asclepius dan Higeia mengakibatkan munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Kelompok atau aliran pertama mengikuti pendekatan Ascleplius yang cenderung melakukan pengobatan setelah munculnya suatu penyakit (setelah sakit). Pendekatan ini selanjutnya disebut pendekatan kuratif atau pengobatan.

Kelompok yang menggunakan pendekatan kuratif pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental, ataupun sosial.

Sementara pada kelompok kedua, mengikuti pendekatan Higeia yang cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.

Para lulusan ilmu kesehatan masyarakat, baik S1, S2, maupun S3 adalah salah satu praktisi atau ahli kesehatan yang mengikuti pendekatan Higeia dalam menangani sebuah masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16, untuk memerangi penyakit-penyakit yang masuk ke Indonesia, seperti Pes (masuk tahun 1922, dengan puncaknya sebagai epidemi Pes pada 1933-1935), Kolera (masuk 1927, puncaknya wabah Kolera pada 1937), Cacar (1948),

Pada 1948, Cacar masuk ke Indonesia melalui melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia sehingga pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat dalam rangka memberantas wabah kolera.

Tahun 1807 dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi. Gubernur Jenderal Deandels melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Akan tetapi, upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan. Kemudian, pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.

Upaya Pemerintah Kolonial untuk melakukan upaya kesehatan adalah dengan mendirikan sekolah dokter Jawa yang dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) pada 1851, yang kemudian berubah menjadi Fakultas Kedokteran UI pada 1947.

Tahun 1888 Pemerintah Kolonal juga mendirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung, yang berperan penting dalam mengembangkan kesehatan masyarakat dan menunjang pemberantasan penyakit, seperti malaria, lepra, cacar, dan sebagainya, bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain, seperti gizi dan sanitasi.di Indonesia.

Pusat laboratorium tersebut berubah menjadi Lembaga Eykman pada 1938 dan diikuti dengan pendirian laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta.

Tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan Pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas – Purwokerto pada waktu itu.

Hydrich menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena buruknya kondisi sanitasi lingkungan, dimana masyarakat membuang kotorannya (BAB) di sembarang tempat, seperti di kebun, di sungai, di selokan, bahkan di pinggir jalan, dan masyarakat juga mengomsumsi air minum juga dari sungai yang tercemar.

Menurutnya, kondisi sanitasi lingkungan yang buruk disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan dengan melaksanakan pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

Usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.

Salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia terjadi pada saat memasuki zaman kemerdekaan dengan diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, selanjutnya dikena dengan nama Patah-Leimena.

Patah-Leimena memperkenalkan bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Tahun 1956, Dr. Y Sulianti dalam kegiatan pengembangan masyarakat mendirikan “Proyek Bekasi” (di wilayah Lemah Abang) membangun sebuah proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia sekaligus sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, dipilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat, antara lain:

  1. Inderapura (Sumatra Utara)
  2. Lampung
  3. Bojong Loa (Jawa Barat)
  4. Sleman
  5. Godean (Yogyakarta)
  6. Mojosari (Jawa Timur)
  7. Kesiman (Bali)
  8. dan Barabai (Kalimantan Selatan).

Kedelapan wilayah tersebut nantinya menjadi cikal bakal sistem puskesmas yang digunakan hingga sekarang ini, dimana pada November 1967, dr. Achmad Dipodilogo dalam seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia, mengungkapkan “Konsep Puskesmas” yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi.

Kesimpulan seminar tersebut adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A, B, dan C.

Akhirnya tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional disepakati bahwa Puskesmas merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan.

Kegiatan pokok puskesmas mencakup:

  1. Kesehatan ibu dan anak
  2. Keluarga berencana
  3. Gizi
  4. Kesehatan lingkungan
  5. Pencegahan penyakit menular
  6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
  7. Pengobatan
  8. Perawatan kesehatan masyarakat
  9. Usaha kesehatan gizi
  10. Usaha kesehatan sekolah
  11. Usaha kesehatan jiwa
  12. Laboratorium
  13. Pencatatan dan pelaporan

Tahun 1969 disepakati hanya ada dua sistem puskesmas, yaitu tipe A dan B, dimana Puskesmas tipe A dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B dikelola oleh seorang tenaga paramedis (Perawat).

Program Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Di Indonesia, Ilmu Kesehatan Masyarakat memiliki 3 Jenjang, yaitu S1, S2, dan S3.

1. Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)

Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat merupakan program yang bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat, memecahkan masalah kesehatan masyarakat, mengimplementasikan intervensi kesehatan masyarakat dan melakukan pembelajaran seumur hidup.

Mahasiswa program Sarjana Kesehatan Masyarakat dapat memilih salah satu dari beberapa peminatan, antara lain:

  1. Biostatistik
  2. Epidemiologi
  3. Informatika Kesehatan
  4. Kesehatan Reproduksi
  5. Manajemen Asuransi Kesehatan
  6. Manajemen Informasi Kesehatan
  7. Manajemen Pelayanan Kesehatan
  8. Manajemen Rumah Sakit
  9. Promosi Kesehatan
  10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
  11. Kesehatan Lingkungan.

Dalam memilih peminatan, mahasiswa harus berhati-hati karena peminatan ini nantinya akan menentukan dimana posisi saat bekerja, dan bagaimana kelanjutan studi di S2 dan S3.

Lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat berhak mendapatkan gelar SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat), dimana kebutuhan SKM paling banyak di Puskesmas.

Beberapa Kampus yang memiliki Program Sarjana Kesehatan Masyarakat terakreditasi A atau Unggul dapat dilihat pada tabel dibawah:

NoKampusKotaAkreditasiKadaluarsa
1Universitas HasanuddinMakassarA2022
2Universitas Muhammadiyah AcehAcehA2022
3Universitas Sumatera Utara MedanA2023
4Universitas Diponegoro SemarangA2023
5Universitas Indonesia JakartaA2023
6Universitas AirlanggaSurabayaA2024
7Universitas Negeri SemarangSemarangA2024
8Universitas AndalasPadangA2024
9Universitas Muhammadiyah SemarangSemarangA2025
10Universitas Dian NuswantoroSemarangA2025
11Universitas Jenderal SoedirmanPurwokertoUnggul2026
12Universitas HasanuddinMakassarA2022
13Universitas Gadjah MadaYogyakartaA2023
14Universitas PadjajaranBandungA2023
15Universitas Sumatera Utara MedanA2023
16Universitas Indonesia JakaraA2023
17Universitas AirlanggaSurabayaA2024
18Universitas Sam RatulangiManadoA2024
19Universitas Sari Mutiara IndonesiaMedanA2024
20Universitas Diponegoro SemarangUnggul2025
21Universitas Sebelas MaretSurakartaA2025
22Universitas Indonesia JakartaA2023
23Universitas AirlanggaSurabayaA2024
24Universitas HasanuddinMakassarA2025
Sumber: Badan Akreditasi Nasional (data diolah per 17 Juli 2021)

2. Magister Kesehatan Masyarakat (S2)

Program Magister Kesehatan Masyarakat merupakan jenjang lanjutan dari S1 Kesehatan Masyarakat.

Ada beberapa peminatan dalam program Magister Kesehatan Masyarakat yang diambil berdasarkan peminatan jenjang S1, antara lain:

  1. Ekonomi Kesehatan
  2. Asuransi Kesehatan
  3. Manajemen Pelayanan Kesehatan
  4. Farmakoekonomi
  5. Kebijakan dan Hukum Kesehatan
  6. Biostatistika
  7. Informatika Kesehatan (INFOKES)
  8. Gizi Kesehatan Masyarakat
  9. Kesehatan Lingkungan
  10. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
  11. Promosi Kesehatan
  12. Mutu Layanan Kesehatan
  13. Kesehatan Reproduksi

Lulusan program Magister Kesehatan Masyarakat berhak menyandang gelar MKM (Magister Kesehatan Masyarakat).

Selain dapat meneruskan program MKM, lulusan S1 Kesehatan Masyarakat juga dapat mengambil S2 Kesehatan lain yang langsung menjurus sesuai dengan bidang ilmunya, misalnya seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah:

Peminatan S1Lanjutan S2Gelar
SKM Peminatan EpidemiologiMagister EpidemiologiM.Epid
SKM Peminatan Administrasi Rumah SakitMagister Administrasi Rumah SakitMARS
SKM Peminatan Administrasi Rumah SakitMagister Kesehatan dan Keselamatan KerjaM.KKK

Beberapa Kampus yang memiliki Program Magister Kesehatan Masyarakat terakreditasi A atau Unggul dapat dilihat pada tabel dibawah:

NoKampusKotaAkreditasiKadaluarsa
1Universitas HasanuddinMakassarA2022
2Universitas Gadjah MadaYogyakartaA2023
3Universitas PadjajaranBandungA2023
4Universitas Sumatera Utara MedanA2023
5Universitas Indonesia JakaraA2023
6Universitas AirlanggaSurabayaA2024
7Universitas Sam RatulangiManadoA2024
8Universitas Sari Mutiara IndonesiaMedanA2024
9Universitas Diponegoro SemarangUnggul2025
10Universitas Sebelas MaretSurakartaA2025
Sumber: Badan Akreditasi Nasional (data diolah per 17 Juli 2021)

3. Doktor Kesehatan Masyarakat (S3)

Doktor Kesehatan Masyarakat adalah jenjang tertinggi dalam Program Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia.

Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat dirancang untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi sebagai profesional Kesehatan Masyarakat, sebagai manajer/administrator, peneliti, pendidik dan konsultan dalam ilmu kesehatan masyarakat untuk tingkat nasional maupun internasional.

Beberapa Kampus yang memiliki Program Doktor Kesehatan Masyarakat terakreditasi A atau Unggul dapat dilihat pada tabel dibawah:

NoKampusKotaAkreditasiKadaluarsa
1Universitas Indonesia JakartaA2023
2Universitas AirlanggaSurabayaA2024
3Universitas HasanuddinMakassarA2025
Sumber: Badan Akreditasi Nasional (data diolah per 17 Juli 2021)

Lihat juga ulasan tenaga kesehatan lainnya dalam artikel Tenaga Kesehatan di Indonesia.

Referensi

  1. Surahman & Subandi. (2019). Ilmu Kesehatan Masyarakat PKM. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
  2. Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
  3. Leavell H, & Clarck E. (1958). Preventive Medicine for the doctor in his community: an epidemiologic approach 1st Ed. New York: McGraw-Hill.
  4. Eliana & Sumiati. (2016). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Leave a Reply