RJP Bayi, dalam SOP PPNI diistilahkan dengan “bantuan hidup neonatus”.
Bantuan hidup neonatus adalah tindakan yang dilakukan oleh Perawat untuk memberikan pertolongan pada usaha napas bayi baru lahir.
Resusitasi atau bantuan hidup saat kelahiran berbeda dari semua bentuk resusitasi lainnya karena adanya transisi fisiologis dari kehidupan janin ke kehidupan neonatal (Kariuki, Sutton, & Leone, 2021).
Kelahiran biasanya terjadi dengan cukup peringatan sehingga tim penyedia layanan memiliki waktu untuk mempersiapkan resusitasi jika diperlukan
Ada beberapa faktor risiko yang dapat membantu menentukan kemungkinan bahwa resusitasi mungkin diperlukan (Kariuki, Sutton, & Leone, 2021).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan resusitasi neonates berdasarkan data dari Aziz et al (2008), dan Weiner (2016), yaitu:
Masa antepartum:
- Kelahiran prematur <36 minggu atau kelahiran post-term >40 minggu.
- Kehamilan ganda pada usia kehamilan <35 minggu.
- Hipertensi maternal, preeklamsia, atau eclampsia.
- Infeksi maternal.
- Polihidramnion atau oligohidramnion.Anemia janin.
- Hidrops janin.
- Restriksi pertumbuhan intrauterin atau makrosomia janin.
- Anomali atau malformasi janin besar.
- Tidak ada perawatan prenatal
Masa intrapartum:
- Sectio caesarea darurat.
- Cairan amnion yang terkontaminasi meconium.
- Presentasi sungsang atau malpresentasi lainnya.
- Anestesi umum pada ibu.
- Terapi magnesium pada ibu.
- Abrupsio plasenta.
- Perdarahan intrapartum.
- Korioamnionitis.
- Pemberian narkotik pada ibu dalam waktu 4 jam sebelum kelahiran.
- Prolaps tali pusat.
- Polanya detak jantung janin yang abnormal.
- Distrofia bahu
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang membutuhkan tindakan bantuan hidup neonatus menurut buku SPO Keperawatan (PPNI, 2021), antara lain:
Persiapan alat
Alat-alat yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan hidup neonatus antara lain:
- Laringoskop dengan baterai dan lampu cadangan
- Daun laringoskop (nomor 1 dan nomor 0)
- Pipa ET nomor 2.5, 3.0, 3.5, dan 4.0
- Stilet, jika tersedia
- Pendeteksi CO2 jika tersedia
- Kateter penghisap nomor 10 atau lebih
- Plester dan gunting
- Oropharyngeal airway (OPA), sesuai ukuran
- Aspirator mekonium
- Stetoskop
- Balon resusitasi, sungkup, dan manometer
- Epinefrin 1 : 10.000
- NaCl 0,9%
- Naloxon hydroklorida
- Pemancar panas (radian marmer)
- Sarung tangan bersih
SOP RJP Bayi
SOP RJP Bayi atau bantuan hidup neonatus sesuai SPO PPNI:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)
- Jelaskan tujuan dan Langkah-langkah prosedur
- Lakukan persiapan tim resusitasi dan pembagian tugas
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan (lihat persiapan alat diatas)
- Hangatkan pemancar panas 30 menit sebelum menolong persalinan
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Gunakan sarung tangan bersih
- Lakukan penilaian awal saat bayi lahir (apakah bernapas, menangis atau memiliki tonus otot baik? Jika ya, lakukan perawatan rutin, jika tidak, lanjutkan resusitasi)
- Lakukan Langkah awal resusitasi selama 30 detik (pastikan bayi tetap hangat; atur posisi kepala sedikit ekstensi dan bersihkan jalan napas; keringkan dan berikan stimulasi; posisikan Kembali)
- Periksa usaha napas, laju denyut jantung (LDJ) dan tonus otot:
a. Jika bayi bernapas spontan, masih ada sianosis sentral persisten tanpa distress napas maka pertimbangkan pemberian oksigen dan monitor SpO2
b. Jika terdapat distress napas (takipnea, retraksi, atau merintih) maka berikan CPAP dengan TPAE 7 – 8 cmH2O dan monitor SpO2. Jika setelah diberikan CPAP, bayi tidak bernapas, pertimbangkan intubasi.
c. Jika bayi tidak bernapas atau napas megap-megap dan/atau LDJ kurang dari 100 kali per menit, maka lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) selama 20 – 30 kali tiap 30 detik sambal monitor SpO2 - Lakukan penilaian awal VTP, jika tidak efektif maka lakukan evaluasi pelekatan sungkup, reposisi, isap lendir, buka mulut, tekanan dinaikkan dan lakukan alternatif jalan napas
- Lakukan penilaian VTP kedua
a. Hasil penilaian LDJ 60 – 90 kali per menit, lanjutkan evaluasi ventilasi, dan jika denyut jantung lebih atau sama dengan 100 kali per menit maka lanjutkan ke perawatan pasca resusitasi.
b. Hasil penilaian LDJ kurang dari 60 kali per menit maka lakukan evaluasi ventilasi, pertimbangkan intubasi, VTP (O2 100%) ditambah dengan kompresi dada (3 kompresi : 1 napas), dan monitor LDJ serta usaha napas tiap 60 detik. - Lakukan pemberian obat-obatan dan cairan jika LDJ kurang dari 60 kali per menit
- Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
- Lepaskan sarung tangan
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Lakukan koordinasi untuk pemindahan bayi ke ruang intensif neonatus
- Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan kondisi bayi
Referensi
- PPNI (2021). Pedoman Standar Operasional Prosedur Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: PPNI.
- PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
- Kariuki, E., Sutton, C., & Leone, T. A. (2021). Neonatal resuscitation: current evidence and guidelines. BJA education, 21(12), 479–485. https://doi.org/10.1016/j.bjae.2021.07.008
- Aziz, K., Chadwick, M., Baker, M., & Andrews, W. (2008). Ante- and intra-partum factors that predict increased need for neonatal resuscitation. Resuscitation, 79(3), 444–452. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2008.08.004
- Weiner, G. M. (Ed.). (2016). Textbook of neonatal resuscitation (7th ed.). American Academy of Pediatrics.