Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Pemeriksaan laboratorium hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit.

Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram (pemeriksaan laboratorium hematologi) ditambah dengan leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.

Sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium hematologi dilakukan dengan mengambil sampel darah vena.

Lihat: SOP Pengambilan Darah Vena

Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.

Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur di atas.

Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler atau trauma.

Pemeriksaan Laboratorium Hematologi:

Hematokrit (Hct)

Hematokrit adalah persentase sel darah merah tehadap volume darah total.

Hematokrit adalah persentase sel darah merah tehadap volume darah total.

Sampel darah untuk pemeriksaan hematokrit diambil dengan tabung mikrokapiler, dimana sejumlah darah dimasukan kedalam tabung mikrokapiler untuk kemudian disentrifuge.

Lihat: SOP Pengambilan Darah Kapiler.

Nilai Normal Hematokrit:

Jenis KelaminNilai Normal Hematokrit
Pria40 – 50%
Wanita35 – 45%
Nilai normal hematokrit menurut jenis kelamin (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
  • Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
  • Pada pasien dengan transfusi darah, satu unit darah akan meningkatkan Hct sebesar 2% – 4% (umumnya, 1 unit darah setara dengan sekitar 350 ml).

Hal yang harus diwaspadai

Nilai Hct <2 0% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct > 60% terkait dengan pembekuan darah spontan.

Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2).

Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah).

Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua.

Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen.

Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah.

Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia.

Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit.

Nilai Normal Hemoglobin:

Jenis KelaminNilai Normal Hemoglobin
Pria13 – 18 g/dL
Wanita12 – 16 g/dL
Nilai normal hemoglobin menurut jenis kelamin (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik :

  • Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan.
  • Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi.
  • Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.
  • Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia.

Lihat Juga: Cara Menentukan Kelas Syok pada Pasien

Hal yang harus diwaspadai

  • Nilai Hb < 5,0 g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung dan kematian.
  • Nilai Hb > 20 g/dL dapat memicu kapiler clogging sebagai akibat hemokonsenstrasi.

Eritrosit (sel darah merah)

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.

Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit.

Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Namun, bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi.

Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikuloendotelial).

Nilai Normal Eritrosit:

Jenis KelaminNilai Normal Eritrosit
Pria4,4 – 5,6 x 106 sel/mm3
Wanita3,8 – 5,0 x 106 sel/mm3
Nilai normal eritrosit menurut jenis kelamin (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Jumlah eritrosit menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
  • Eritrosit meningkat pada pasien dengan polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.

Pemeriksaan laboratorium hematologi juga dilakukan pada susunan sel darah merah yang terdiri atas MCV, MCH, MCHC, dan Retikulosit.

MCV (Mean Corpuscular Volume)

MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran besar >100 fL).

Nilai normal MCV adalah 80 – 100 (fL).

Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien dengan anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.

Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik.

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin

Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah.

Nilai normal MCH adalah 28 – 34 pg/sel.

Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik, sedangkan penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)

Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya.

Nilai normal MCHC adalah 32 – 36 g/dL.

MCHC menurun pada pasien dengan kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.

MCHC meningkat pada pasien dengan sferositosis, bukan anemia pernisiosa.

Retikulosit

Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang.

Nilai normal retikulosit adalah: 0,5 – 2%.

Peningkatan jumlah retikulosit mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah dipercepat; penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang berkurang.

Leukosit (sel darah putih)

Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan antibodi.

Umur leukosit adalah 13-20 hari.

Nilai normal leukosit adalah 3200 – 10.000/mm3

Implikasi klinik:

  • Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3 mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia.
  • Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan jumlah sel darah putih
  • Leukopenia adalah penurunan jumlah leukosit < 4000/mm3, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus hiperplenism, leukemia, obat (antimetabolit, antibiotic, antikonvulsan, kemoterapi), anemia aplastic, multiple myeloma.

Sel Darah Putih Differensial

Pemeriksaan sel darah putih diferensial adalah pemeriksaan hitung darah lengkap, yang diperiksa juga bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium hematologi.

Sel Darah Putih DifferensialNilai Normal
Neutrofil-segment36 – 73%
Neutrofil-Bands0 – 12%
Eosinofil0 – 6%
Basofil0 – 2%
Limfosit15 – 45%
Monosit0 – 11%

Deskripsi:

  • Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
  • Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasite
  • Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferative
  • Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
  • Monosit melawan infeksi yang hebat

Trombosit (Platelet)

Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang.

Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi sedangkan 1/3 nya lagi terdapat di limfa.

Nilai normal Trombosit adalah 170 – 380. 103/mm3.

Implikasi klinik:

  • Trombositosis (nilai trombosit diatas normal) berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
  • Trombositopenia (nilai trombosit dibawah normal) berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome.
  • Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.

Laju Endap Darah (LED)

LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma.

LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.

Nilai Normal Laju Endap Darah:

Jenis KelaminNilai Normal LED
Pria< 15 mm/1 jam
Wanita< 20 mm/1 jam
Nilai normal LED menurut jenis kelamin (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik

  • Peningkatan LED terjadi pada pasien dengan kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III.
  • Penurunan LED terjadi pada pasien dengan polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit, Hipofi brinogenemia, serum protein rendah, interaksi obat dengan hasil laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison.

Prothrombin time (PT)

Mengukur secara langsung kelainan secara potensial dalam sistem tromboplastin ekstrinsik (fibrinogen, protrombin, faktor V, VII dan X).

Nilai normal prothrombin time (PT) adalah 10 – 15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar laboratorium).

Implikasi klinik:

  • Nilai meningkat pada defi siensi faktor tromboplastin ekstrinsik, defisiensi vitamin K, DIC (disseminated intravascular coagulation), hemorrhragia pada bayi baru lahir, penyakit hati, obstruksi bilier, absorpsi lemak yang buruk, lupus, intoksikasi salisilat. Obat yang perlu diwaspadai: antikoagulan (warfarin, heparin).
  • Nilai menurun apabila konsumsi vitamin K meningkat.

Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT)

Mendeteksi defisiensi sistem thromboplastin intrinsik (faktor I, II, V, VIII, IX, X, XI dan XII). Digunakan untuk memantau penggunaan heparin.

Nilai normal aPTT adalah 21 – 45 detik (dapat bervariasi antar laboratorium).

Implikasi klinik:

  • aPTT meningkat pada penyakit von Willebrand, hemofilia, penyakit hati, defisiensi, vitamin K, DIC. (Obat yang perlu diwaspadai: heparin, streptokinase, urokinase, warfarin).
  • Menurun pada DIC sangat awal, hemorrhagia akut, kanker meluas (kecuali mengenai hati).

Thrombin Time (TT)

TT adalah pemeriksaan yang sensitive untuk defisiensi fibrinogen.

Nilai normal TT adalah dalam rentang 3 detik dari nilai kontrol (nilai kontrol: 16 – 24 detik), bervariasi antar laboratorium.

Implikasi klinik:

  • TT meningkat pada pasien dengan DIC, fibrinolisis, hipofi brinogenemia, multiple mieloma, uremia, penyakit hati yang parah. Obat yang perlu diwaspadai: heparin, low-molecular-weight heparin/LMWH, urokinase, streptokinase, asparaginase. 60% kasus DIC menunjukkan TT meningkat. Pemeriksaan TT kurang sensitif dan spesifik untuk DIC dibandingkan pemeriksaan lain.
  • TT menurun pada pasien dengan hiperfibrinogenemia, hematokrit > 55%.

Fibrinogen

Pemeriksaan fibrinogen memeriksa lebih secara mendalam abnormalitas PT, aPTT, dan TT. Menapis adanya DIC dan fibrinogenolisis.

Nilai normal fibrinogen adalah 200 – 450 mg/dL.

Implikasi klinik:

  • Fibrinogen meningkat pada pasien dengan penyakit inflamasi, seperti arthritis reumatoid, infeksi, infark miokard akut, stroke, kanker, sindrom nefrotik, kehamilan dan eklampsia.
  • Fibrinogen menurun pada pasien dengan DIC, penyakit hati, kanker, fibrinolisis primer, disfibrinogenemia, meningkatnya antitrombin III.

D-Dimer

Pemeriksaan D-Dimer menilai salah satu produk degradasi fibrin. Terdiri dari berbagai ukuran fibrin terkait silang (cross-linked).

Nilai normal D-Dimer adalah negatif atau < 0,5 mcg/mL.

Implikasi klinik:

  • Nilai D-Dimer meningkat pada DIC, DVT, emboli paru, gagal hati atau gagal ginjal, kehamilan trimester akhir, preeklamsia, infark miokard, keganasan, infl amasi, infeksi parah, pembedahan dan trauma.

Referensi

Kemenkes (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Leave a Reply