Pemeriksaan Laboratorium Elektrolit

Pemeriksaan laboratorium elektrolit adalah pemeriksaan penunjang untuk mengukur konsentrasi elektrolit dalam darah.

Pemeriksaan laboratorium elektrolit terdiri dari pemeriksaan Natrium, Kalium, Klorida, Glukosa, Kalsium, Fosfor Anorganik, Asam Urat, Magnesium.

Sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium elektrolit dilakukan dengan mengambil sampel darah vena.

Lihat: SOP Pengambilan Darah Vena.

Pemeriksaan Laboratorium Elektrolit:

Natrium (Na+)

Natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam cairan ekstraseluler.

Natrium berperan dalam memelihara tekanan osmotik, keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls saraf.

Konsentrasi serum natrium diatur oleh ginjal, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem endokrin.

Tanda klinik yang akut dari penurunan kadar elektrolit dalam tubuh adalah mual, lelah, kram, gejala psikosis, seizures, dan koma.

Nilai normal natrium adalah 135 – 144 mEq/L.

Implikasi klinik :

  • Hiponatremia (kekurangan natrium) dapat terjadi pada kondisi hipovolemia (karena penggunaan diuretik, defisiensi mineralokortikoid, hipoaldosteronism, luka bakar, muntah, diare, pankreatitis), euvolemia (akibat defisiensi glukokortikoid, SIADH, hipotirodism, dan penggunaan mannitol), atau hipervolemia (gagal jantung, penurunan fungsi ginjal, sirosis, sindrom nefrotik.
  • Hipernatremia (kelebihan natrium) dipengaruhi oleh faktor dehidrasi, aldosteronism, diabetes insipidus dan diuretik osmotik. Umumnya, rasa haus pada hipernatremia merupakan mekanisme pertahanan utama untuk mencegah hipertonisitas. Oleh karena itu, hipernatremia terutama terjadi pada pasien yang tidak dapat asupan cairan secara adekuat (seperti pada pasien yang hilang kesadaran dan bayi).

Nilai kritis untuk Natrium

  • < 120 mEq/L lemah, dehidrasi
  • 90-105 mEq/L gejala neurologi parah, penyebab vaskular
  • > 155 mEq/L gejala kardiovaskular dan ginjal
  • > 160 mEg/L gagal jantung

Kalium (K+)

Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan intraseluler, (bersama bikarbonat) berfungsi sebagai buffer utama.

Lebih kurang 80% – 90% kalium dikeluarkan dalam urin melalui ginjal.

Aktivitas mineralokortikoid dari adrenokortikosteroid juga mengatur konsentrasi kalium dalam tubuh.

Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi kalium di dalam tubuh berada di ekstraseluler dan 50 mmoL berada dalam cairan intraseluler, karena konsentrasi kalium dalam serum darah sangat kecil maka tidak memadai untuk mengukur kalium serum.

Konsentrasi kalium dalam serum berkolerasi langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi otot, keseimbangan asam-basa dan kontraksi otot jantung.

Nilai Normal Kalium

UsiaNilai Normal Kalium
0 – 17 Tahun3,6 – 5,2 mEq/L
≥ 18 tahun3,6 – 4,8 mEq/L
Nilai Normal Kalium berdasarkan Usia (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Hiperkalemia (kelebihan kalium), dipengaruhi oleh penurunan ekskresi kalium, yaitu: gagal ginjal, kerusakan sel (luka bakar, operasi), asidosis, penyakit Addison, diabetes yang tidak terkontrol dan transfusi sel darah merah.
  • Hipokalemia (kekurangan kalium) dapat disebabkan oleh diare, muntah, luka bakar parah, aldosteron primer, asidosis tubular ginjal, diuretik, steroid, cisplatin, tikarsilin, stres yang kronik, penyakit hati dengan asites, terapi amfoterisin.

Klorida (Cl)

Anion klorida terutama terdapat di dalam cairan ekstraseluler.

Klorida berperan penting dalam memelihara keseimbangan asam basa tubuh dan cairan melalui pengaturan tekanan osmotis.

Perubahan konsentasi klorida dalam serum jarang menimbulkan masalah klinis, tetapi tetap perlu dimonitor untuk mendiagnosa penyakit atau gangguan keseimbangan asam-basa.

Nilai normal klorida adalah 97 – 106 mEq/L.

Implikasi klinik:

  • Penurunan konsentrasi klorida dalam serum dapat disebabkan oleh muntah, gastritis, diuresis yang agresif, luka bakar, kelelahan, diabetic asidosis, infeksi akut. Penurunan konsentrasi klorida sering terjadi bersamaan dengan alkalosis metabolik.
  • Peningkatan konsentrasi klorida dalam serum dapat terjadi karena dehidrasi, hiperventilasi, asidosis metabolik dan penyakit ginjal.
  • Nilai klorida berguna dalam menilai gangguan asam-basa yang menyertai gangguan fungsi ginjal.

Nilai kritis untuk Klorida adalah < 70 atau > 120 mEq/L atau mmol/L.

Gula Darah Puasa (Fasting Blood Sugar/FBS)

Gula darah atau glukosa dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan perubahan glikogen dalam hati.

Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining yang menunjukan ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin, ketidakmampuan usus halus mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel mempergunakan glukosa secara efisien, atau ketidakmampuan hati mengumpulkan dan memecahkan glikogen.

Nilai Normal Gula Darah Puasa

UsiaNilai Normal Glukosa Puasa
12 bulan – 6 Tahun60 – 100 mg/dL
≥ 7 tahun70 – 100 mg/dL
Nilai Normal Glukosa Puasa berdasarkan Usia (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan), stress akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defi siensi kalium, penyakit yang kronik, dan sepsis.
  • Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar insulin yang berlebihan atau penyakit Addison.
  • Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL.
  • Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL, perlu dicurigai adanya diabetes mellitus.
  • Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa pada urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien.

Baca Juga: Diagnosis Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Calsium (Ca++)

Kation kalsium terlibat dalam kontraksi otot, fungsi jantung, transmisi impuls saraf dan pembekuan darah.

Lebih kurang 98-99% dari kalsium dalam tubuh terdapat dalam rangka dan gigi. Sejumlah 50% dari kalsium dalam darah terdapat dalam bentuk ion bebas dan sisanya terikat dengan protein.

Hanya kalsium dalam bentuk ion bebas yang dapat digunakan dalam proses fungsional.

Nilai normal calcium adalah 8,8 – 10,4 mg/dL.

Implikasi klinik:

  • Hiperkalsemia (peningkatan kadar kalsium) terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau neoplasma (kanker). Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma atau hyperplasia (terkait dengan hipofosfatemia), penyakit hodgkin, multiple mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit paget, respiratori asidosis, metastase tulang, imobilisasi dan terapi dengan diuretik tiazid.
  • Hipokalsemia (penurunan kadar kalsium) dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis, osteomalasia, penggantian kalsium yang tidak mencukupi, penggunaan laksatif, furosemide, dan pemberian kalsitonin. Pseudohipokalsemia kadang-kadang ditemukan bila konsentrasi albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin.

Nilai kritis total kalsium:

  • < 6 mg/dL (1,5 mmol/L) dapat menyebabkan tetanus dan kejang.
  • 13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan kardiotoksisitas, aritmia, dan koma.

Fosfor Anorganik (PO4)

Fosfat dibutuhkan untuk pembentukan jaringan tulang, metabolisme glukosa dan lemak, pemeliharaan keseimbangan asam-basa serta penyimpanan dan transfer energi dalam tubuh.

Sekitar 85% total fosfor dalam tubuh terikat dengan kalsium.

Bila kadar fosfat diperiksa maka nilai serum kalsium juga harus diperiksa.

Nilai Normal Fosfor Untuk Laki-Laki

UsiaNilai Normal Fosfor untuk Laki-laki
0 – 5 Tahun4 – 7 mg/dL
6 – 13 Tahun4 – 5,6 mg/dL
14 – 16 Tahun3,4 – 5,5 mg/dL
17 – 19 Tahun3 – 5 mg/dL
≥ 20 Tahun2,6 – 4,6 mg/dL
Nilai Normal Fosfor untuk Laki-laki berdasarkan Usia (Kemenkes, 2011).

Nilai Normal Fosfor Untuk Perempuan

UsiaNilai Normal Fosfor untuk Perempuan
0 – 5 Tahun4 – 7 mg/dL
6 – 10 Tahun4,2 – 5,8 mg/dL
11 – 13 Tahun3,6 – 5,6 mg/dL
14 – 16 Tahun3,2 – 5,6 mg/dL
≥ 17 Tahun2,6 – 4,6 mg/dL
Nilai Normal Fosfor untuk Perempuan berdasarkan Usia (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Hiperfosfatemia dapat terjadi pada gangguan fungsi ginjal, uremia, kelebihan asupan fosfat, hipoparatiroidisme, hipokalsemia, kelebihan asupan vitamin D, tumor tulang, respiratori asidosis, asidosis laktat dan terapi bifosfonat.
  • Hipofosfatemia dapat terjadi pada hiperparatiroidisme, rickets, koma diabetik, hyperinsulinisme, pemberian glukosa IV secara terus menerus pada nondiabetik, antasida, tahap-tahap diuretik pada luka bakar parah dan respiratori alkalosis.

Asam Urat

Asam urat terbentuk dari penguraian asam nukleat. Konsentrasi urat dalam serum meningkat bila terdapat kelebihan produksi atau destruksi sel (contoh: psoriasis, leukemia) atau ketidakmampuan mengekskresi urat melalui ginjal.

Nilai Normal Asam Urat

Jenis KelaminNilai Normal Asam Urat
Laki-laki (≥ 15 tahun)3,6 – 8,5 mg/dL
Perempuan (≥ 18 tahun)2,3 – 6,6 mg/dL
Nilai Normal Asam Urat berdasarkan Jenis Kelamin (Kemenkes, 2011).

Implikasi klinik:

  • Hiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifi kan akibat penurunan ekskresi atau peningkatan produksi asam urat.
  • Nilai asam urat di bawah nilai normal tidak bermakna secara klinik.
  • Obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat darah meliputi: tiazid, salisilat (< 2 g/hari), etambutol, niasin dan siklosporin.
  • Obat yang dapat menurunkan kadar urat darah meliputi: allopurinol, probenesid, sulfinpirazon dan salisilat (> 3 g/hari).

Magnesium (Mg2+)

Magnesium dibutuhkan bagi ATP sebagai sumber energi.

Magnesium juga berperan dalam metabolisme karbohidrat, sintesa protein, sintesa asam nukleat, dan kontraksi otot.

Defisiensi magnesium dalam diet normal jarang terjadi, tetapi diet fosfat yang tinggi dapat menurunkan absorpsi magnesium.

Magnesium juga mengatur iritabilitas neuromuskular, mekanisme penggumpalan darah dan absorbsi kalsium.

Nilai normal Magnesium adalah 1,7 – 2,3 mg/dL.

Implikasi klinik:

  • Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, diabetik asidosis, pemberian dosis magnesium (antasida) yang besar, insufi siensi ginjal, hipotiroidisme dan dehidrasi.
  • Hipomagnesemia dapat terjadi pada diare, hemodialisis, sindrom malabsorbsi obat (kondisi tersebut mengganggu absorbsi tiazid, amfoterisin B, cisplatin), laktasi, pankreatitis akut, menyusui, alkoholik kronik
  • Defisiensi magnesium dapat menyebabkan hipokalemia yang tidak jelas dan menyebabkan iritabilitas neuromuskular yang parah
  • Peningkatan magnesium dapat memberikan efek sedatif, menekan aktivitas jantung dan neuromuscular.
  • Hipomagnesia menyebabkan aritmia ventrikuler.

Referensi

Kemenkes (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

1 Comment

Leave a Reply