Pemeriksaan 12 saraf kranial

Perawat.Org | Pemeriksaan 12 Saraf Kranial.

Nama dari 12 pasang saraf kranial diberikan karena saraf tersebut melewati berbagai jenis foramina di tulang kranium dan mencuat dari otak kedalam kranial cavity.

12 saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf perifer. Setiap saraf memiliki nomor yang didesain dengan nomor dan nama dari romawi.

Nomor menunjukkan urutan, dari anterior ke posterior, dimana saraf keluar dari otak, sedangkan namanya sesuai dengan distribusi atau fungsi masing-masing saraf.

Tiga saraf kranial (I, II dan VIII) membawa akson dari neuron sensorik dan disebut saraf khusus sensorik. Saraf tersebut berhubungan dengan penciuman, penglihatan, dan pendengaran.

Lima saraf kranial (III, IV, VI, XI, dan XII) diklasifikasikan sebagai saraf motorik karena saraf tersebut hanya berisi akson neuron motorik.

Empat saraf kranial lainnya (V, VII, IX, dan X) adalah saraf campuran yang berisi akson neuron sensorik dan motorik (Tortora & Derrickson, 2012).

Sebelum melihat langkah-langkah pemeriksaan 12 saraf kranial, sebelumnya mari kita lihat teorinya terlebih dahulu.

Baca keseluruhan artikel untuk memahami, atau langsung lompat ke pemeriksaan 12 saraf kranial pada daftar isi dibawah:

12 Sarat Kranial

Saraf Olfaktorius (I)

Keseluruhan dari saraf olfaktorius adalah saraf sensorik. Saraf ini berisi akson yang mengantarkan impuls saraf untuk menghidu/mencium, indera penciuman.

Kehilangan sensasi penciuman disebut anosmia, terjadi karena infeksi di mukosa nasal, cidera kepala, lesi disepanjang jalur olfaktorius, meningitis, merokok atau penggunaan kokain (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Olfaktorius (I)

Saraf Optik (II)

Saraf optik merupakan saraf sensorik yang berisi akson yang dapat mengantarkan impuls untuk menglihat.

Fraktur pada orbita, lesi otak, kerusakan disepanjang jalur optik, penyakit sistem saraf (multipel sklerosis, tumor kelenjar putuitari, atau aneurisma serebral dapat menyebabkan penurunan lapang andang dan kehilangan ketajaman penglihatan  (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Optik (II)

Saraf Okulomotor (III), Saraf Troklear (IV) dan Saraf Abdusen (VI)

Saraf okulomotor (III), troklear (IV) dan abdusen (VI) adalah saraf kranial yang mengontrol otot pergerakan mata.

Kerusakan ketiga saraf tersebut dapat menyebabkan strabismus, ptosis dan diplopia. Penyebabnya termasuk trauma otak, kompresi karena aneurisma  (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Okulomotor (III), Troklear (IV) dan Abdusen (VI)

Saraf Trigeminalis (V)

Akson sensori pada saraf trigeminalis membawa impuls untuk sentuhan, nyeri dan sensasi termal (panas dan dingin).

Kondisi seperti inflamasi dan lesi dapat menyebabkan neuralgia trigeminalis, sebuah kondisi nyeri seperti di potong atau dirobek yang bertahan beberapa detik sampai menit yang disebabkan oleh penekanan saraf trigeminalis atau cabangnya (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Trigeminalis (V)

Saraf Fasial (VII)

Sensorik saraf fasial berisi akson dari kulit di kanal telinga yang menghubungkan sentuhan, nyeri dan sensasi termal. 

Kerusakan saraf fasial (VI) karena kondisi seperti infeksi viral (lyme disease) menyebabkan Bell’s palsy (paralisis otot fasial), kehilangan pengecap, penurunan saliva, kehilangan kemampuan untuk menutup mata, bahkan ketika tidur.

Saraf juga dapat rusak karena trauma, tumor, dan stroke (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Fasial (VII)

Saraf Vestibulokoklear (VIII)

Vestibulokoklear disebut juga saraf akustik atau auditori, memiliki dua cabang yaitu cabang vestibular dan cabang koklear.

Cabang vestibular merupakan saraf sensorik yang membawa impuls untuk keseimbangan dan cabang koklear membawa impuls untuk pendengaran.

Cidera pada cabang vestibular dapat menyebabkan vertigo, ataksia (inkoordinasi otot), dan  nigtagmus (pergerakan bola mata yang cepat). Cidera pada cabang koklear dapat menyebabkan tinnitus (telinga berdenging) atau ketulian.

Saraf vestibulokoklear dapat cidera karena kondisi seperti trauma, lesi atau infeksi telinga tengah (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Vestibulokoklear (VIII)

Saraf Glosofaringeal (IX)

Saraf glosofaringeal membantu proses menelan, dan menstimulasi kelenjar parotis untuk memproduksi saliva.

Kerusakan pada saraf glosofaringeal dapat menyebabkan disfagia (kesulitan menelan), aptialia (penurunan sekresi saliva, kehilangan sensasi di tenggorokan), dan ageusia (kehilangan sensasi kecap) (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Glosofaringeal (IX)

Saraf Vagus (X)

Mayoritas neuron sensori ada di reseptor viseral di organ-organ rongga thoraks dan abdomen yang mengantarkan sensasi seperti lapar, kenyang atau ketidaknyamanan.

Cidera pada saraf vagus dapat menyebabkan paralisis vagal, atau gangguan sensasi dari banyak organ di rongga toraks dan abdomen, disfagia atau kesulitan menelan dan takikardia (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Vagus (X)

Saraf Aksesori (XI)

Terbagi menjadi dua bagian, yaitu saraf aksesori kranial dan saraf aksesori spinal. Saraf aksesori mengantarkan impuls motor ke otot sternokleidomastoid dan trapezius untuk mengkoordinasikan pergerakan kepala.

Kerusakan pada saraf aksesori menyebabkan paralisis otot sternokleidomastoid dan otot trapezius, menyebabkan seseorang tidak dapat mengangkat bahu dan kesulitan untuk memutar kepala (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Aksesori (XI)

Saraf Hipoglosal (XII)

Akson pada saraf hipoglosal mengantarkan impuls untuk  berbicara dan menelan. Cidera pada saraf hipoglosal menyebabkan kesulitan mengunyah, kesulitan berbicara dan kesulitan untuk menelan.

Saraf hipoglosal dapat cidera karena trauma, lesi, stroke, Lou gehrig’s disease, atau infeksi pada batang otak (Tortora & Derrickson, 2012).

Saraf Hipoglosal (XII)

Fungsi 12 Saraf Kranial

Saraf KranialKomponenFungsi
Olfaktorius (I)Sensorik spesialPenciuman
Optik (II)Sensorik spesialPenglihatan
Okulomotor (III)Motorik Somatik OtonomPergerakan bola mata dan kelopak mataPengaturan lensa untuk penglihatan (akomodasi), dan kontraksi pupil
Troklear (IV)Motorik SomatikPergerakan bola mata
Trigeminalis (V)Campuran Sensorik   MotorikSensasi sentuhan, nyeri dan termal di kulit kepala, wajah, rongga mulutMengunyah dan mengontrol otot di telinga tengah
Abdusen (VI)Motorik SomatikPergerakan bola mata
Fasial (VII)Campuran Sensorik     Motorik  (brachial)Motorik (otonom)Pengecap di 2/3 anterior lidah, sensasi sentuh, nyeri dan termal di kulit kanal telinga eksternal.Kontrol otot untuk ekspresi wajah dan otot telinga tengah.Sekresi air mata dan saliva  
Vestibulokoklear (VIII)Sensorik spesialPendengaran dan keseimbangan
Glosofaringeal (IX)Campuran Sensorik     Motorik (brachial)Motorik (otonom)Pengecap di 1/3 posterior lidah, motoring tekanan darah dan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darahMembantu menelan   Sekresi saliva
Vagus (X)Campuran Sensorik Motorik (brachial)Motorik (otonom)Pengecap di epiglotis, propriosepsi di otot tenggorokan dan pita suara, motoring tekanan darah dan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah, sensasi pada organ toraks dan abdomen.Menelan, vokalisasi, batuk   Motilitas dan sekresi organ gastrointestinal, konstiksi jalan nafas, menurunkan denyut jantung
Asesori (XI)Motorik BrachialPergerakan kepala
Hipoglosal (XII)Motorik SomatikBerbicara, manipulasi makanan dan menelan

Prosedur Pemeriksaan 12 Saraf Kranial

Persiapan Alat

Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan 12 saraf kranial adalah (Ball, Dains, Flynn, Salomon, & Stewart, 2015; Hogan-Quigley, Palm, & Bickley, 2012):

  1. Penlight
  2. Objek yang familiar untuk diraba (koin, kunci, paper klip)
  3. Jarum steril
  4. Kapas
  5. Garpu tala
  6. Snellen chart
  7. Koran atau majalah
  8. Spatel lidah
  9. Sarung tangan
  10. Substansi yang wangi untuk olfaktori (kopi, sabun, jeruk)
  11. Gula/garam.
  12. Air hangat dan air dingin dalam gelas
  13. Palu reflek

Persiapan

Sebelum melakukan pemeriksaan 12 saraf kranial, jangan lupa untuk mencuci tangan, memperkenalkan diri, meminta pasien menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahir (Identifikasi pasien). Jelaskan mengenai pengkajian yang akan dilakukan, dan minta izin klien (informed consent).

Saraf Olfaktorius (I)

Kaji sensasi penciuman dengan memberikan pasien bau yang familiar dan tidak mengiritasi.

  1. Pastikan setiap nostril terbuka/tidak ada sumbatan.
  2. Instruksikan pasien untuk menutup kedua mata
  3. Tutup sebelah nostril pasien dan berikan substansi untuk dicium seperti, kopi, sabun atau vanila dibawah hidung.
  4. Minta pasien menarik nafas dalam dan identifikasi substansi yang diberikan.
  5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan nyaman
  6. Uji kembali pada nostril yang kedua.
  7. Lanjutkan sampai dengan dua atau tiga aroma.

Pasien diharapkan dapat menerima dan mengidentifikasi setiap aroma yang diberikan pada setiap nostril.

Kehilangan penciuman (anosmia) atau ketidakmampuan untuk membedakan aroma kemungkinan dapat muncul pada penyakit sinus, trauma kepala, merokok, penuaan, penggunaan kokain dan pada penyakit parkinson.

Saraf Optik (II)

Ada 4 kegiatan yang dilakukan saat mengkaji saraf optik, antara lain

1. Inspeksi ukuran dan bentuk pupil, bandingkan keduanya.

2. Kaji ketajaman penglihatan klien

  1. Instruksikan pasien untuk menutup sebelah mata menggunakan telapak tangan.
  2. Gunakan snellen chart untuk menguji penglihatan jarak jauh.
  3. Instruksikan pasien untuk membaca sebuah paragraf pada majalah/koran untuk menguji penglihatan jarak dekat
  4. Ulangi pada kedua mata
  5. Gunakan ishihara plates untuk menguji kemampuan mata membedakan warna

3. Kaji lapang pandang klien

  1. Atur posisi pasien 1 meter didepan pengkaji.
  2. Instruksikan pasien untuk menutup sebelah mata menggunakan telapak tangan.
  3. Pengkaji menutup sebelah mata yang sama
  4. Minta pasien untuk tetap fokus pada mata pengkaji yang terbuka
  5. Posisikan jari telunjuk pengkaji ditengah-tengah antara pengkaji dan pasien
  6. Gerakan perlahan-lahan ke daerah lateral sambil tanyakan pada pasien apakah pasien masih melihat jari telunjuk pengkaji.
  7. Lakukan gerakan diagonal empat kuadran.
  8. Uji kedua mata dan bandingkan dengan lapang pandang pengkaji

4. Kaji refleks mata klien

  1. Instruksikan pasien untuk fokus pada objek yang jauh dan instruksikan pasien untuk fokus ke jari pengkaji, dekatkan ke wajah klien dan lihat kontraksi pupil klien
  2. Instruksikan pasien untuk fokus ke objek yang jauh, gunakan penlight dan lihat reaksi pupil klien terhadap cahaya
  3. Arahkan cahaya penlight diantara kedua mata, kemudian gerakan penlight kearah setiap telinga, bandingkan ukuran pupil dikedua mata.

Saraf Okulomotor (III), Troklear (IV) dan Abdusen (VI)

Ketiga saraf ini diperiksa secara bersamaan. Langkah-langkahnya antara lain:

  1. Tanyakan apakah pasien mengalami penglihatan ganda dan tanyakan pengalamannya jika ada.
  2. Tahan dagu pasien dan instruksikan pasien untuk mengikuti pergerakan jari atau penlight.
  3. Gerakan jari/penlight ke kiri dan kanan, serta arah diagonal
  4. Lihat apakah mata klien dapat bergerak dan simetris di 6  titik tatapan kardinal (lihat gambar dibawah)
pengkajian 12 saraf kranial
6 Titik Tatapan Kardinal pada Mata

Diharapkan ada pergerakan yang terkoordinasi, halus dan penuh dari kedua mata.

Saraf Trigeminalis (V)

Ada 2 kegiatan pada pemeriksaan saraf trigeminalis, yaitu pemeriksaan motorik, dan pemeriksaan sensorik

1. Motorik

  1. Posisikan kedua tangan di otot temporal dan kemudian masester
  2. Instruksikan pasien untuk mengkertakkan gigi.
  3. Catat kekuatan kontraksi otot
  4. Instruksikan pasien untuk menggerakan rahang ke kiri dan kanan
pengkajian 12 saraf kranial
Penempatan tangan di otot temporal
pengkajian 12 saraf kranial
Penempatan tangan di otot masester

2. Sensorik

  1. Jelaskan pada klien pengkajian yang akan dilakukan, demonstrasikan bagaimana rasa tajam dan tumpul.
  2. Instruksikan pasien untuk menutup kedua mata
  3. Uji kening, pipi dan rahang, pada setiap sisi menggunakan objek tajam dan tumpul
  4. Tanyakan pada pasien rasa tajam dan tumpul, bandingkan kedua sisi.
  5. Jika menemukan abnormalitas, konfirmasi dengan menggunakan sensasi suhu, dan minta klien untuk mengidentifikasi rasa panas dan dingin.
  6. Uji sentuhan ringan dengan menggunakan kapas, minta klien untuk merespon apakah pengkaji menyentuh wajahnya atau tidak.
  7. Uji reflek kornea dengan menyentuhkan kapas pada kornea, lihat kedipan mata, reaksi yang normal terhadap stimulus. Instruksikan pasien untuk melepas lensa kontak jika menggunakan.

Saraf Fasial (VII)

Ada 3 kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan saraf fasial, antara lain:

1. Ekspresi

  1. Instruksikan pasien untuk mengangkat kedua alis dan mengerutkan wajahnya
  2. Instruksikan pasien untuk menutup mata rapat-rapat sehingga pengkaji tidak dapat membukanya.
  3. Uji kekuatan otot wajah dengan mencoba membuka mata pasien (lihat gambar dibawah)
pengkajian 12 saraf kranial

Lanjutan…

  1. Instruksikan pasien untuk memperlihatkan giginya
  2. Instruksikan pasien untuk tersenyum
  3. Instruksikan pasien untuk membusungkan kedua pipi

2. Berbicara

Ajak pasien berbicara dan dengarkan artikulasi dan kejelasan pasien ketika berbicara

3. Rasa/pengecap (dikaji bersamaan dengan saraf glosofaringeal (IX))

  1. Instruksikan pasien untuk menjulurkan lidahnya
  2. Berikan cairan pada lidah sesuai dengan daerah pengecap untuk mengkaji rasa (lihat gambar dibawah)
  3. Minta pasien untuk mengidentifikasi rasa yang diberikan
  4. Berikan pasien air untuk diminum dan ulangi dengan rasa yang lain
Lokasi Saraf Kranial di Lidah

Saraf Vestibulokoklear (VIII)

Ada 3 kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan saraf fasial, antara lain:

1. Tes pendengaran kasar

  1. Instruksikan klien untuk menutup sebelah telinganya
  2. Gesekkan perlahan jari telunjuk dan jari jempol, gerakan perlahan mendekati telinga. Instruksikan pasien untuk memberitahukan kepada pengkaji jika mendengarnya. Ulangi pada telinga yang sebelah.

2. Weber test

Gunakan garpu tala 512Hz. Dentingkan dan tempatkan pangkal garpu tala di tangah kening pasien. Tanyakan pada pasien apakah suaranya sama dikedua telinga.

3. Rinne test

  1. Gunakan garpu tala 512Hz.
  2. Dentingkan dan simpan pangkal garpu tala di prosesus mastoideus (tulang dibelakang daun telinga).
  3. Minta pasien untuk memberitahukan kepada pengkaji jika suara berhenti.
  4. Kemudian simpan ujung garpu tala didekat telinga klien.
  5. Tanya klien apakah masih bisa mendengar kembali (konduksi udara lebih keras daripada konduksi tulang).
  6. Jika pasien tidak dapat mendengarnya lagi, kemungkinan ada defisit konduktivitas pada telinga.

Saraf Glosofaringeal (IX) & Saraf Vagus (X)

Kedua saraf ini dikaji bersamaan. Ada 3 kegiatan yang dilakukan, antara lain:

1. Fungsi motorik

Instruksikan pasien untuk mengatakan “ahh” dan lihat pergerakan dan kesimetrisan palatum dan uvula,

2. Gag refleks

  1. Beritahukan kepada klien pengkaji akan melakukan uji reflek gag.
  2. Sentuh bagian posterior dinding faring dengan aplikator (spatel lidah)
  3. Observasi palatum, otot faringeal dan uvula.

3. Menelan

Minta klien untuk menelan air putih.

Saraf asesori (XI)

  1. Tempatkan tangan pengkaji dikedua bahu pasien
  2. Minta pasien untuk mengangkat bahu keatas, melawan tangan pengkaji.
  3. Kaji kekuatan dan kontraksi dari otot trapezii
  4. Tempatkan tangan diwajah klien dan minta pasien untuk melawan tahanan tangan pengkaji. Observasi kontraksi stermomastoid dan catat kekuatan pergerakan dalam melawan tangan pengkaji.
pengkajian 12 saraf kranial
Mengkaji kekuatan otot trapezii
pengkajian 12 saraf kranial
Kekuatan otot sternomastoid

Saraf Hipoglosal (XII)

  1. Instruksikan pasien untuk menggerakan lidah masuk dan keluar, kiri dan kanan, naik kearah hidung dan turun kearah dagu.
  2. Minta pasien untuk menekan lidah melawan pipi, pengkaji menahan menggunakan jari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *