3 jenis pengkajian keperawatan

Ada 3 jenis pengkajian keperawatan yang umum dan wajib perawat tahu, yaitu pengkajian gawat darurat, pengkajian komprehensif, dan pengkajian fokus.

Pengkajian gawat darurat adalah pengkajian yang dilakukan oleh perawat untuk mengkaji masalah keperawatan yang memiliki prioritas tinggi, dan harus ditangani segera.

Pengkajian komprehensif bersifat luas dan lengkap, namun jumlah dan jenis informasi bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien, tujuan pengumpulan data.

Sedangkan pengkajian fokus, lebih dalam dan rinci.

Pada artikel ini, kita akan mempelajari 3 jenis pengkajian keperawatan yang umum digunakan di fasilitas pelayanan Kesehatan.

  1. Pengkajian Gawat Darurat
  2. Pengkajian Komprehensif
  3. Pengkajian Fokus

Pengkajian Gawat Darurat

Pengkajian gawat darurat dilakukan pada situasi yang mengancam jiwa pasien.

Perawat menggunakan triase untuk menentukan tingkat urgensi dengan mempertimbangkan pengkajian berdasarkan mnemonic A, B, C, D, E:

  • A: Airway (ditambah collar neck jika dicurigai ada cedera tulang belakang)
  • B: Breathing, frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot-otot aksesori
  • C: Circulation, denyut dan irama nadi, warna kulit
  • D: Disability, tingkat kesadaran, reflek pupil, gerakan
  • E: Eksposure

BACA JUGA: Pengkajian AMPLE Survei Sekunder

Pengkajian Komprehensif

Pengkajian komprehensif adalah pengkajian yang dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan data riwayat kesehatan yang lengkap, ditambah dengan pemeriksaan fisik.

Riwayat kesehatan dapat diperoleh dengan meminta pasien mengisi formulir tertulis dengan riwayat penyakit keluarga, penyakit pribadi, riwayat perawatan atau pembedahan.

Selain itu, perawat juga dapat melakukan wawancara untuk mendapatkan data ini.

Agar data pasien dapat digali dengan tepat, akurat, dan lengkap, perawat perlu menggunakan teknik-teknik komunikasi terapeutik.

Pengkajian yang komprehensif juga mencakup persepsi pasien tentang kesehatan, faktor risiko penyakit, kemampuan fungsional, metode koping, dan sistem pendukung (support system).

Apabila pasien tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengkajian, perawat dapat menggali informasi dengan menggunakan data sekunder, seperti bertanya dengan anggota keluarga pasien.

Selain anamnesa atau wawancara pasien, perawat juga perlu melakukan pemeriksaan fisik pada pengkajian komprehensif.

Pemeriksaan fisik yang komprehensif mencakup semua sistem dan area tubuh, yang dilakukan dengan format kepala hingga kaki (head to toe)

Perawat harus mengkaji kulit; kepala dan leher; mata; telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan; dada dan paru-paru; pembuluh darah jantung dan leher; tangan dan kaki; payudara; perut; muskuloskeletal; dan sistem saraf.

Jika perlu, perawat juga dapat memeriksa rektal dan genital.

BACA JUGA: Pemeriksaan 12 Saraf Kranial

Pengkajian Fokus

Penilaian fokus dilakukan oleh perawat berdasarkan pada masalah kesehatan pasien.

Pengkajian fokus terdiri dari satu atau dua sistem tubuh.

Meski cakupannya lebih kecil daripada pengkajian komprehensif, namun pengkajian fokus lebih mendalam.

Misalnya, pasien yang datang dengan keluhan batuk.

Perawat melakukan pengkajian fokus hanya pada sistem pernapasan saja.

Seperti, riwayat kesehatan berfokus pada durasi batuk, gejala terkait seperti mengi atau sesak napas, dan faktor yang meredakan atau memperburuk batuk.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi evaluasi hidung dan tenggorokan, auskultasi paru, dan inspeksi sputum.

Karena sifatnya yang berfokus dan dalam, pengkajian fokus lebih sering dilakukan di klinik, atau poliklinik (rawat jalan).

Referensi

Jensen, S. (2019). Nursing Health Assessment: A Best Practice Approach 3rd Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Leave a Reply