Perawat.Org | Desain penelitian pilihan untuk penelitianmu, yang dapat kamu gunakan untuk KTI, Skripsi, atau Tesis.

Apa itu desain penelitian?

Desain penelitian adalah rencana yang menyediakan struktur logis yang memandu peneliti untuk mengatasi masalah penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian.

Apakah desain dan metodologi penelitian itu sama?

Desain penelitian adalah salah satu komponen dari metodologi penelitian.

Metodologi penelitian tidak hanya merincikan jenis desain penelitian yang digunakan, tetapi juga termasuk pendekatan untuk mengukur variable dan pengumpulan data dari partisipan, Menyusun strategi sampling yang diteliti, dan merencanakan bagaimana data akan dianalisis.

Pemilihan metodologi penelitian adalah tergantung pada jenis desain penelitian yang dipilih.

Jadi, desain dan metodologi penelitian itu tidak sama. Metodologi lebih luas, sedangkan desain adalah bagian dari metodologi penelitian.

Apa saja jenis-jenis desain penelitian?

Ada dua kategori utama desain penelitian, yaitu observasional dan intervensional.

Setiap jenis desain penelitian tersebut berbeda pendekatan dalam menjawab pertanyaan penelitian, dan bagaimana menggambarkan hubungan antar variable penelitian.

Desain penelitian observasional misalnya, mengkaji hubungan antar variabel. Sedangkan desain penelitian intevensional lebih berfokus pada hubungan sebab-akibat antar variabel.

Mari kita bahas satu per satu…

Desain penelitian observasional

Desain penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa adanya intervensi atau manipulasi terhadap variabel penelitian.

Desain penelitian observasional ini disebut juga penelitian non-eksperimen.

Umumnya, ada 3 desain penelitian observasional, antara lain: cross-sectional, cohort (prospective atau retrospective), dan case-control.

1. Cross-sectional

Desain cross-sectional atau disebut juga desain potong lintang, adalah desain penelitian dimana peneliti mengumpulkan seluruh data pada satu waktu.

Desain ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel pada suatu populasi.

Contoh penelitian yang menggunakan desain cross-sectional adalah penelitian Wijaya (2013).

Dalam penelitian tersebut, Wijaya mencoba untuk mengobservasi hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi terhadap keaktifan kader Kesehatan dalam pengendalian kasus TBC di Kabupaten Buleleng.

Wijaya tidak melakukan intervensi atau manipulasi apapun terhadap kader, dia hanya melakukan observasi dengan bantuan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

Contoh lain adalah penelitian Utama, Maison, & Syarkowi (2018) yang berjudul “analisis kemampuan belajar siswa SMA Kota Jambi.”

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan bernalar ilmiah para siswa SMA Negeri di Kota Jambi.

2. Cohort

Cohort diambil dari istilah Cohor, yang merupakan 1 dari 10 divisi dalam tantara Romawi.

Dalam penelitian, istilah ini merujuk pada sekelompok individu yang memiliki kesamaan.

Dalam desain penelitian cohort, pengumpulan data dilakukan terhadap sekelompok individu yang memiliki kesamaan karakteristik, seperti usia, jenis kelamin, atau tempat tinggal.

Desain cohort ini biasanya dilakukan secara prospective atau retrospective.

a. Cohort prospective

Pada penelitian cohort prospective, sekelompok individu yang diteliti diikuti selama kurun waktu tertentu, seperti 1 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun untuk mengobservasi variabel yang diteliti.

Contoh penelitian cohort prospective adalah penelitian The Farmingham Heart Study.

Penelitian tersebut dilakukan dengan mengikuti 5.209 orang laki-laki dan perempuan (antara usia 30 – 62 tahun), yang tinggal di Framingham, Massachusetts, Amerika Serikat.

Framingham Heath Study dimulai pada tahun 1948, dan masih dilakukan hingga sekarang (2021).

Penelitian itu bertujuan untuk mengidentifikasi sekumpulan factor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantung.

Besarnya penelitian Framingham heart study akhirnya dapat menyediakan bukti-bukti hubungan antara berbagai factor risiko penyakit jantung yang sampai sekarang masih digunakan, serta menghasilkan lebih dari 3000 artikel di jurnal ilmiah.

b. Cohort retrospective

Berbeda dengan cohort prospective yang mengikuti sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu, cohort retrospective menggunakan data yang dikumpulkan pada waktu lalu dan waktu sekarang.

Peneliti menggunakan desain cohort retrospective untuk mengidentifikasi hubungan antara beberapa factor risiko.

Contoh penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sharma et al (2012).

Dalam penelitian tersebut, Sharma dkk mencoba mengevaluasi apakah kista ovarium yang terdeteksi USG berpotensi menyebabkan kanker ovarium pada wanita pasca menopause.

Pertama, peneliti menggunakan data waktu lalu (hasil USG wanita menopause yang menunjukkan hasil kista ovarium), kemudian menggunakan data waktu sekarang dilihat apakah wanita-wanita tersebut ada yang terkena kanker ovarium.

3. Case-Control

Desain case-control adalah penelitian yang membandingkan potensial factor risiko dari individu yang telah memiliki kondisi atau penyakit yang spesifik (case) dengan individual yang tidak memiliki kondisi atau penyakit yang spesifik (control).

Pemilihan kelompok kasus (case) dilakukan berdasarkan hasil variabel penelitian (kondisi atau penyakit).

Kelompok control dipilih dan dicocokan dengan kasus (case) berdasarkan data demografi (misalnya usia, jenis kelamin, etnis, status sosioekonomi).

Tujuan pencocokan tersebut adalah untuk membuat kelompok control sebisa mungkin dapat dibandingkan dengan kelompok case. Yang dibandingkan adalah data demografinya.

Contoh penelitian dengan desain case-control adalah penelitian Imanda, Martini dan Artanti (2019).

Pada penelitian tersebut mereka bertujuan untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi insiden stroke, seperti Riwayat merokok, adanya penyakit hipertensi, diabetes, Riwayat diet, aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol.

Dengan bantuan kuesioner sebagai alat pengumpul data, mereka membagikan kuesioner kepada 66 orang yang menderita stroke (case), dan 66 orang tanpa stroke, tetapi dengan demografi yang sama.

Rasio case-control yang digunakan oleh Imanda, Martini dan Artanti (2019) adalah 1:1.

Penelitian intervensional

Desain intervensional berfokus langsung kepada hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen.

Tujuan desain intervensional ini adalah untuk membuat situasi dimana peneliti dapat melakukan observasi terhadap perubahan pada variabel dependen sebagai hasil dari intervensi atau manipulasi variabel independen.

Umumnya ada 4 kategori desain penelitian intervensional, yaitu experiments, quasi-experiment, pre-experiment, dan natural experiments.

4. Experiments

Experiment atau eksperimental murni adalah desain penelitian yang digunakan untuk mengkaji penyebab hubungan antara variabel independen dan dependen.

Desain eksperimen yang klasik digunakan adalah pre-post test control group, dimana subyek penelitian dipilih secara acak untuk masuk dalam kelompok intervensi dan kelompok control, kemudian dibandingkan variabel akhirnya.

Selain pre-post test control group, beberapa desain eksperimental murni yang juga sering digunakan antara lain:

  • Post-test only control group
  • Alternate treatments
  • Multiple treatments and controls
  • Solomon four group
  • Latin square
  • Crossover
  • Factorial
  • Block
  • Repeated measures (longitudinal, nested (hierarchical), mixed).

Contoh penelitian eksperimental dengan desain pre-post test control group adalah penelitian Wardana & Rifaldiyah (2019).

Dalam penelitiannya, Wardana & Rifaldiyah membagi siswa kelas III SD Negeri Kalicari 01 Semarang, menjadi 2 kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol).

Kelompok intervensi diajari cara memecahkan masalah matematika dengan model pembelajaran problem-based learning. Sedangkan kelompok kontrol diajari dengan model pembelajaran konvensional.

Para siswa tersebut diukur rata-rata nilainya sebelum dilakukan pembelajaran (pre-test), dan setelah dilakukan pembelajaran (post-test).

Nilai pre-test dan post-test setiap kelompok kemudian dibandingkan, lalu dianalisis dengan uji statistik untuk melihat keefektifan intervensi yang diberikan (model pembelajaran problem-based learning).

Silahkan browsing di google untuk melihat desain eksperimental murni yang lain, seperti penelitian Khotimah, Kuswandi & Sulthoni (2014) yang menggunakan desain post-test only control group, atau penelitian Yudhanegara (2015) yang menggunakan desain Solomon four group.

5. Quasi-experiment

Quasi-eksperimen biasa disebut juga dengan istilah eksperimental semu.

Sama dengan desain eksperimental murni, desain eksperimental semu juga memanipulasi variabel independen dan membandingkan hasil antara setidaknya dua kelompok (intervensi dan kontrol).

Perbedaan desain eksperimental murni dan eksperimental semu adalah adalah eksperimental semu tidak menggunakan pemilihan sampel secara acak (random sampling).

Desain eksperimental semu ini digunakan apabila tidak memungkinkan untuk melakukan eksperimen murni.

Seringkali pemilihan acak tidak dimungkinkan karena alasan etis atau karena kebijakan program sosial yang tidak mengizinkan intervensi untuk menggunakan penugasan acak.

Contoh penelitian dengan desain eksperimental semu adalah penelitian Susilowati (2014) yang menggunakan desain post-test only control group design.

6. Pre-experiment

Sama seperti desain eksperimental murni dan eksperimental semu yang memanipulasi variabel independen, pre-eksperimen juga demikian.

Hanya saja desain pre-eksperimen tidak sekuat desain eksperimental murni dan semu, karena tidak menggunakan kelompok kontrol.

Desain ini menggunakan 1 kelompok saja, yaitu kelompok intervensi sehingga tidak dimungkinkan adanya perbandingan dengan kelompok lain.

Desain pre-eksperimen yang sering digunakan adalah one-group pretest-posttest.

7. Natural experiment

Natural experiment tidak sama dengan eksperimen murni (experiment/true experiment), karena peneliti tidak memanipulasi variabel independen, tetapi berjalan dengan alami.

Pada desain natural eksperimen, peneliti membandingkan kelompok yang terdampak suatu kejadian (misalnya bencana alam, perang, dsb) dengan kelompok serupa yang tidak mengalami kejadian tersebut.

Variabel yang diteliti dapat meliputi perbandingan berbagai aspek diantara kedua kelompok tersebut (terdampak dan tidak terdampak).

Contoh natural experiment adalah penelitian Sargent, Shepard, & Glantz (2004), yang berusaha meneliti tentang pengaruh peraturan daerah dilarang merokok di area publik di Helena, Montana (Amerika Serikat) terhadap kasus baru serangan jantung di RS.

Helena, Montana adalah kelompok intervensi, sedangkan daerah diluar Helena adalah kelompok kontrol.

Dalam kurun waktu 6 bulan sejak peraturan tersebut diberlakukan, peneliti menghitung jumlah pasien yang masuk RS dengan serangan jantung, dan membandingkannya dengan daerah lain yang tidak memiliki peraturan dilarang merokok diruang publik.

Dalam penelitian tersebut, peneliti tidak melakukan intervensi apapun, atau melakukan manipulasi variabel independent. Peneliti hanya mengkaji kejadian yang terjadi apa adanya, tanpa campur tangan peneliti. Itulah yang disebut dengan natural experiment.

Kesimpulan

Desain penelitian adalah bagian dari metodologi penelitian. Arti keduanya tidak sama, metodologi lebih luas dibandingkan desain penelitian.

Desain penelitian terbagi menjadi 2 kategori besar, yaitu observasional dan intervensional, dan dibagi-bagi lagi kedalam sub-kategori masing-masing.

Peneliti harus jeli menentukan desain penelitian yang akan dipilih, karena pemilihan desain akan mempengaruhi bagaimana metodologi penelitian akan dilakukan.

Sumber

  1. Imanda, A., Martini, S., Artanti, K.D. (2019). Post hypertension and stroke: a case control study. Kesmas: National Public Health Journal. 13(4) Diambil dari https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/2261
  2. Khotimah, A.H., Kuswandi, D., & Sulthoni. (2019). Pengaruh model problem-based learning terhadap hasil belajar PKN siswa. Jurnal kajian teknologi Pendidikan. 2 (2). Hal. 158-165. Diambil dari http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/article/view/8112
  3. National Institutes of Health. (2021, 17 Mei). The Framingham heart study: laying the foundation for preventive health care. Diambil dari https://www.nih.gov/sites/default/files/about-nih/impact/framingham-heart-study.pdf
  4. Sargent, R.P., Shepard, R.M., Glantz, S.A. (2004). Reduced incidence of admissions for myocardial infarction associated with public smoking ban: before and after study. British Medical Journal. 328. Hal. 977‐980. Diambil dari https://www.bmj.com/content/328/7446/977.full?maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=Sargent&searchid=1&FIRSTINDEX=10&fdate=1/1/1994&tdate=8/31/2008&resourcetype=HWCIT
  5. Sharma A., Gentry‐Maharaj A., Burnell M, Fourkala E., Campbell S., Amso N., Seif M., Ryan A., Parmar M., Jacobs I., Menon U., for the UK Collaborative Trial of Ovarian Cancer Screening (UKCTOCS). (2012). Assessing the malignant potential of ovarian inclusion cysts in postmenopausal women within the UK Collaborative Trial of Ovarian Cancer Screening (UKCTOCS): a prospective cohort study. BJOG. 119 (2). Hal 207–219. Diambil dari https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1471-0528.2011.03038.x
  6. Susilowati. (2014). Implementasi awal perangkat pembelajaran fisika berbasis lifeskill di SMA Kota Semarang. Jurnal Pendidikan sains dan matematika. 2 (1). Hal. Diambil dari http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/edusains/article/view/21
  7. Utama, Z.P., Maison., & Syarkowi, A. (2018). Analisis kemampuan bernalar siswa SMA Kota Jambi. Jurnal penelitian pembelajaran fisika. 9 (1). Hal. 1-5. Diambil dari https://core.ac.uk/download/pdf/296922183.pdf
  8. Wardana, M.Y.S., & Rifaldiyah, Y. (2019). Penerapan model problem based learning terhadap hasil belajar kognitif pemecahan masalah matematika. Thinking skills and creativity journal. 2 (1). Hal. 19-26. Diambil dari https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/TSCJ/article/view/18380
  9. Wijaya, I.M.K. (2013). Pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap keaktifan kader dalam pengendalian tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8 (2), Hal. 137-144. Diambil dari https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2637
  10. Yudhanegara, M.R. (2015). Implementasi model pembelajaran problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa pada mata kuliah persamaan diferensial. Jurnal Pendidikan UNSIKA. 3 (2). Hal. 209-217. Diambil dari https://journal.unsika.ac.id/index.php/judika/article/view/213

2 Comments

  1. I certainly thank you for writing this article well, hopefully it will become a reference in journals or other scientific writings and can help many people. thanks.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *