risiko gangguan pertumbuhan

Risiko gangguan pertumbuhan merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami gangguan untuk bertumbuh sesuai dengan kelompok usianya.

Diagnosis ini diberi kode D.0108, masuk dalam kategori kategori psikologis, subkategori pertumbuhan dan perkembangan dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko gangguan pertumbuhan secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari faktor risiko yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien mengalami masalah Kesehatan.

Faktor risiko inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.

Faktor risiko untuk masalah risiko gangguan pertumbuhan adalah:

  1. Ketidakadekuatan nutrisi
  2. Penyakit kronis
  3. Nafsu makan tidak terkontrol
  4. Prematuritas
  5. Terpapar teratogen
  6. Ketidakadekuatan nutrisi maternal
  7. Proses infeksi
  8. Proses infeksi maternal
  9. Perilaku maladaptif
  10. Penyalahgunaan zat
  11. Kelainan genetik/kongenital
  12. Penganiayaan (mis: fisik, psikologis, seksual)
  13. Ekonomi lemah

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Risiko gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan ketidakadekuatan nutrisi.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Risiko gangguan pertumbuhan d.d ketidakadekuatan nutrisi.

Perhatikan:

  1. Masalah = Risiko gangguan perkembangan
  2. Faktor risiko = ketidakadekuatan nutrisi
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko gangguan pertumbuhan adalah: “status pertumbuhan membaik.”

Status pertumbuhan membaik diberi kode L.10102 dalam SLKI.

Status pertumbuhan membaik berarti membaiknya kemampuan untuk bertumbuh sesuai dengan kelompok usia.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status pertumbuhan membaik adalah:

  1. Berat badan sesuai dengan usia
  2. Panjang/tinggi badan sesuai usia

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status pertumbuhan membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Berat badan sesuai dengan usia
  2. Panjang/tinggi badan sesuai usia

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status pertumbuhan
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko gangguan pertumbuhan adalah:

  1. Skrining Kesehatan
  2. Manajemen nutrisi

Skrining kesehatan (I.14581)

Intervensi skrining kesehatan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14581).

Skrining kesehatan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mendeteksi dini risiko masalah Kesehatan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan prosedur lainnya.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi skrining kesehatan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi target populasi skrining kesehatan

Terapeutik

  • Lakukan informed consent skrining Kesehatan
  • Sediakan akses layanan skrining (mis: waktu dan tempat)
  • Jadwalkan waktu skrining Kesehatan
  • Gunakan instrument skrining yang valid dan akurat
  • Sediakan lingkungan yang nyaman selama prosedur skrining Kesehatan
  • Lakukan anamnesia, Riwayat Kesehatan, faktor risiko, dan pengobatan, jika perlu
  • Lakukan pemeriksaan fisik, sesuai indikasi

Edukasi

  • Jelaskan tujuan dan prosedur skrining Kesehatan
  • Informasikan hasil skrining Kesehatan

Kolaborasi

  • Rujuk untuk pemeriksaan diagnostik lanjut (mis: pap smear, mamografi, prostat, EKG), jika perlu.

Manajemen Nutrisi (I.03119)

Intervensi manajemen nutrisi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03119).

Manajemen nutrisi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen nutrisi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi status nutrisi
  • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  • Identifikasi makanan yang disukai
  • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
  • Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
  • Monitor asupan makanan
  • Monitor berat badan
  • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

  • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
  • Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
  • Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
  • Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  • Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
  • Berikan suplemen makanan, jika perlu
  • Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

  • Ajarkan posisi duduk, jika mampu
  • Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori pertumbuhan dan perkembangan adalah:

  1. Gangguan tumbuh kembang
  2. Risiko gangguan perkembangan

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply