Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) dilakukan untuk mengevaluasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida, dan untuk mengetahui status asam basa.
Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan dengan sampel darah arteri, untuk melihat keadaan pH, pCO2, pO2, dan SaO2.
Lihat: SOP Pengambilan Sampel Darah Arteri
Indikasi umum untuk melakukan pemeriksaan laboratorium AGD adalah:
- Abnormalitas pertukaran gas (pada pasien dengan penyakit paru akut dan kronis, gagal napas akut, penyakit jantung, pemeriksaan keadaan pulmoner, dan gangguan tidur), dan
- Gangguan asam basa (asidosis metabolik, dan alkalosis metabolik).
Pemeriksaan Laboratorium AGD
- Saturasi Oksigen (SaO2)
- Tekanan Parsial Oksigen (PaO2)
- Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2)
- pH Darah
- Karbon Dioksida (CO2)
- Anion Gap (AG)
- Sistem Buffer Bikarbonat (HCO3)
- Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)
Saturasi Oksigen (SaO2)
Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai normal SaO2 adalah 95 – 99% O2.
Implikasi Klinik:
- Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecukupan oksigen pada jaringan
- Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2)
PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah O2 yang terlarut dalam plasma.
Nilai PaO2 menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai normal PaO2 adalah 75 – 100 mmHg.
Implikasi Klinik:
- Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neuromuskular dan gangguan fungsi jantung.
- Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
- Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu (contoh: nasal kanul, alat ventilasi mekanik), hiperventilasi, dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen).
Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2)
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 yang terlarut dalam plasma.
PaCO2 dapat digunakan untuk menentukan efektifitas ventilasi alveolar dan keadaan asam-basa dalam darah.
Nilai normal PaCO2 adalah 35 – 45 mmHg.
Implikasi Klinik:
- Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapat perhatian khusus.
- Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai > 60 mmHg perlu mendapat perhatian.
- Umumnya, peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
pH Darah
Serum pH darah menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).
Nilai normal pH darah adalah 7,35 – 7,45.
Nilai kritis jika pH darah < 7,25 atau > 7,55.
Implikasi Klinik:
- Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam)
- Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat (HCO3-1), 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat (H2CO3).
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru.
Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai normal CO2 adalah 22 – 32 mEq/L
Implikasi klinik:
- Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema, dan aldosteronisme
- Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetic asidosis dan hiperventilasi
Anion Gap (AG)
Anion gap digunakan untuk mendiagnosa asidosis metabolik.
Perhitungan menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur.
Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+, anion yang tidak terukur meliputi protein, fosfat sulfat dan asam organik.
Nilai normal anion gap adalah 13 – 17 mEq/L.
Implikasi Klinik:
- Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.
- Anion gap yang rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium
- Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidosis tubular ginjal atau hiperkalsemia.
Sistem Buffer Bikarbonat (HCO3)
Sistem buffer bikarbonat terdiri atas asam karbonat (H2CO3) dan bikarbonat (HCO3).
Secara kuantitatif, sistem buffer ini merupakan sistem buffer utama dalam cairan ektraseluler.
Nilai normal sistem buffer bikarbonat (HCO3) adalah 21 – 28 mEq/L.
Implikasi Klinik:
- Peningkatan bikarbonat menunjukan asidosis respiratori akibat penurunan ventilasi
- Penurunan bikarbonat menunjukan adanya alkalosis respiratori (akibat peningkatan ventilasi alveolar dan pelepasan CO2 dan air) atau adanya asidosis metabolik (akibat akumulasi asam tubuh atau hilangnya bikarbonat dari cairan ekstraseluler).
Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)
Metode interpretasi hasil analisa gas darah (AGD) yang kita gunakan pada artikel ini adalah metode interpretasi AGD yang disederhanakan oleh Hennessey & Japp (2016).
Dengan skema ini, anda dapat menginterpretasikan hasil AGD dengan mudah.
Ada 3 skema, yaitu bila pH darah normal (7,35 – 7,45), bila pH darah turun (< 7,35), dan bila pH darah naik (> 7,45).
Daftar Tilik Nilai Normal AGD:
Indikator | Nilai Normal |
---|---|
pH | 7,35 – 7,45 |
PaCO2 | 35 – 45 mmHg |
HCO3 | 22 – 26 mEq/L |
Interpretasi AGD bila pH Normal
Interpretasi AGD bila pH Turun
Interpretasi AGD bila pH Naik
Referensi
- Kemenkes (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
- Hennessey, I. A., & Japp, A. G. (2016). Arterial Blood Gases Made Easy (2nd ed.). New Jersey: Elsevier.