Medical misogyny atau misogini medis adalah salah satu bentuk bias gender dalam layanan kesehatan, di mana keluhan kesehatan perempuan sering diabaikan, salah diagnosa, atau dianggap berlebihan.
Bias ini muncul karena sistem medis selama ini lebih banyak didasarkan pada tubuh laki-laki, sehingga banyak perempuan mengalami perawatan yang tidak tepat.
Sebagai perawat yang sering menjadi orang pertama yang mengkaji, merawat, dan membela pasien, memahami isu ini penting untuk memberikan pelayanan yang adil, aman, dan manusiawi.
Apa Itu Medical Misogyny?
Medical misogyny adalah perlakuan tidak adil secara sistematis terhadap kebutuhan kesehatan perempuan.
Berdasarkan sejarah, pendidikan dan penelitian kedokteran cenderung berfokus pada anatomi pria, sehingga banyak penyakit pada perempuan tidak dikenali atau ditangani dengan baik.
Contoh dampak dari misogini medis antara lain:
- Nyeri haid atau gangguan reproduksi yang dianggap “biasa”
- Gejala fisik dianggap hanya masalah emosional atau “psikologis”
- Minimnya riset untuk penyakit yang mayoritas dialami perempuan
- Penanganan nyeri yang tidak seimbang antara pria dan perempuan
Laporan Parlemen Inggris (Desember 2024) menunjukkan bahwa banyak perempuan dengan kondisi seperti endometriosis, adenomiosis, PCOS, atau nyeri panggul kronis harus menunggu bertahun-tahun (bahkan 8 hingga 10 tahun) untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Bahkan tidak sedikit yang hanya diberitahu bahwa rasa sakit yang mereka rasakan adalah hal “normal” atau “hanya bayangan saja”.
Keterlambatan diagnosis bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan, gangguan kesuburan, masalah mental, hingga hilangnya kepercayaan terhadap layanan kesehatan.
Mengapa Perawat Punya Peran Penting?
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling dipercaya oleh pasien. Perawat juga punya posisi strategis untuk melihat dan mengatasi kesenjangan gender ini.
Namun, tanpa disadari, perawat juga bisa ikut memperkuat misogini medis, misalnya dengan:
- Mengabaikan keluhan pasien saat melakukan triase
- Tidak memberi cukup anti nyeri saat prosedur seperti pemasangan IUD
- Kurang pemahaman tentang gangguan hormonal atau menstruasi
Untuk mencegah hal ini, perawat perlu:
- Menggunakan komunikasi yang berlandaskan trauma-informed care
- Selalu memastikan pasien paham dan menyetujui prosedur (informed consent)
Fakta Penting yang Perlu Diketahui Perawat
- Lebih dari 760.000 perempuan di Inggris sedang menunggu perawatan ginekologi
- Rata-rata penundaan (delay) untuk mendiagnosis endometriosis adalah 8–10 tahun
- Pasien transgender, non-biner, dan interseks juga menghadapi diskriminasi tambahan seperti salah penyebutan gender dan kurangnya layanan yang inklusif
Artinya, penting bagi perawat untuk menerapkan bahasa yang inklusif, memiliki wawasan budaya (cultural competence), dan menjunjung tinggi keadilan reproduksi dalam setiap pelayanan.
Cara Perawat Melawan Medical Misogyny
Laporan resmi parlemen inggris tersebut memberikan beberapa rekomendasi, dan perawat bisa jadi pelaksana kuncinya.
Berikut langkah konkret yang bisa dilakukan:
Tindakan yang Disarankan untuk Perawat:
- Ikuti pelatihan tentang kesehatan menstruasi, hormonal, dan reproduksi
- Perbaiki penilaian klinis, pahami gejala penyakit seperti PMDD dan mioma (fibroid)
- Dukung pendanaan untuk klinik kesehatan perempuan dan pelatihan tenaga medis
- Dorong diagnosis dini untuk gangguan ginekologi
- Gunakan trauma-informed care, agar pasien merasa aman dan didengarkan
Langkah Sederhana yang Berdampak:
- Tanggapi keluhan pasien dengan serius, tanpa menghakimi.
- Terus belajar dan mengembangkan diri melalui pelatihan dan seminar, atau dari sumber-sumber yang terpercaya di internet seperti Halodoc, Alodokter, Perawat.org, dsb.
- Berani Bicara dengan menegur rekan kerja yang cenderung meremehkan pasien perempuan.
- Dukung perempuan untuk mengenali tubuh mereka dan mencari opini kedua.
- Mendukung dan mendorong penelitian yang melibatkan lebih banyak perempuan dari berbagai latar belakang.
Penutup: Perawat Melawan Misogini Medis
Misogini medis memang tidak selalu terlihat jelas, tapi dampaknya nyata, seperti diagnosa yang tertunda, nyeri yang tidak ditangani, dan kepercayaan yang hancur.
Tapi perawat bisa jadi agen perubahan.
Dimanapun Anda bekerja, rumah sakit, sekolah, puskesmas, atau komunitas, sekarang saatnya untuk mulai mendengarkan, membela, dan merawat perempuan secara adil.
Langkah Nyata:
Lakukan audit sederhana di tempat kerja Anda. Apakah protokol layanan Anda sudah inklusif, berbasis bukti, dan menghargai trauma pasien? Apa yang bisa diubah hari ini?
Artikel ini adalah bagian dari gerakan Merawat Tanpa Bias.
Merawat Tanpa Bias (MTB) adalah gerakan kolaboratif dari Perawat.org untuk mendorong perawat Indonesia mewujudkan perawatan yang adil, inklusif, dan bebas prasangka.
Lewat edukasi, komunikasi publik, dan kampanye digital, MTB mendorong terciptanya budaya perawatan yang manusiawi dan setara bagi semua.
Mari bergabung bersama komunitas Gerakan Merawat Tanpa Bias (MTB) dan jadi bagian dari perubahan.
- Kunjungi laman resmi: tanpabias.perawat.org
- Isi formulir pendaftaran di https://forms.gle/ENJm8HaY7raBaUHh7
- Ikuti media sosial kami: Instagram: @perawat.ig | TikTok: @perawat.org | YouTube: PerawatTV