Perawat.Org | Shift Work Disorder (SWD).
Orang yang bekerja dalam shift adalah orang-orang yang bekerja sesuai jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh orang-orang yang bekerja dalam shift adalah petugas keamanan di perkantoran, atau tenaga kesehatan di rumah sakit.
Mereka yang mendapatkan jadwal shift pagi akan bekerja dari pagi hingga siang, shift siang bekerja dari siang hingga malam, dan shift malam akan bekerja dari malam hingga pagi.
Jadwal shift juga biasanya akan bergantian, misalnya senin shift pagi, selasa pagi, rabu sore, kamis sore, jum’at malam, sabtu malam, dan lain sebagainya.
Ketika seseorang bekerja dalam shift, dapat terjadi ketidakserasian antara jam internal (tubuh) dan jam eksternal yang akhirnya merusak ritme sirkadian tubuh.
Ini disebabkan oleh tubuh yang “kaget” karena dipaksa bangun saat tubuh ingin tidur, atau dipaksa tidur saat tubuh tidak merasa ingin tidur.
Saat seseorang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan antara waktu tidur dan bangun akibat jadwal kerja yang tidak reguler, maka ada risiko menderita mengalami shift work disorder (SWD) atau gangguan kerja shift.
SWD merupakan gangguan tidur yang cukup umum terjadi pada orang-orang yang bekerja dalam shift.
SWD dapat menyebabkan insomnia, kelelahan, penurunan performa kerja, dan peningkatan kemungkinan terjadi kecelakaan, yang keseluruhannya menurunkan kualitas hidup.
Apa itu Shift Work Disorder (SWD)?
The International Classification of Sleep Disorders, 3rd Edition (ISCD-3) mengklasifikasikan SWD sebagai salah satu dari gangguan ritme sirkadian (Sateia, 2014).
Berdasarkan ISCD-3, SWD didefenisikan sebagai berikut:
- Ada insomnia dan/atau rasa kantuk yang berlebihan dengan pengurangan total waktu tidur, semua dikombinasikan dengan adanya tumpang tindih periode kerja yang terjadi selama kebiasaan waktu tidur;
- Gejala-gejala tersebut telah berlangsung minimal 3 bulan dan berhubungan dengan jadwal kerja shift;
- Catatan tidur atau pemantauan actigraphy (dengan diari tidur) menunjukkan adanya ketidakselarasan antara ritme sirkadian dan waktu tidur selama lebih dari 14 hari (termasuk hari kerja dan hari bebas);
- Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan/atau fungsi bangun lainnya;
- Gejala-gejala ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan tidur lain, seperti gangguan medis atau neurologis, gangguan mental, penggunaan obat-obatan, kebersihan tidur yang buruk, atau gangguan penggunaan zat.
Berdasarkan ISCD-3, maka secara sederhana SWD dapat diartikan sebagai, gangguan tidur yang terjadi akibat jadwal kerja shift yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
Seseorang yang mengalami SWD dapat menjadi sulit tidur atau sangat lelah, kualitas tidur menurun, dan seringkali bangun dengan perasaan yang tidak segar.
Saat bekerja, penderita akan sulit berkonsentrasi, dan akhirnya dapat berujung penurunan performa, atau bahkan kecelakaan.
Meski SWD sering terjadi pada orang-orang yang bekerja dalam shift seperti tenaga Kesehatan, petugas keamanan, dan lain sebagainya, namun tidak semua orang yang bekerja dalam shift akan mengalami SWD.
Biasanya ritme sirkadian seseorang akan beradaptasi dengan shift kerjanya. Seseorang akan disebut mengalami gangguan kerja shift apabila setelah beberapa minggu bekerja dalam shift tubuhnya masih tidak dapat beradaptasi.
Karakteristiknya adalah orang tersebut akan tetap merasa Lelah bahkan setelah tidur 7-8 jam.
Gejala Shift Work Disorder (SWD)
Gangguan kerja shift dapat membuat seseorang kesulitan untuk mendapatkan jumlah jam tidur yang cukup setiap harinya.
Menurut American Academy of Sleep Medicine (2020), gejala yang dapat muncul pada penderita gangguan kerja shift antara lain:
- Rasa kantuk yang berlebihan
- Kesulitan tertidur atau tetap tertidur
- Kekurangan energi
- Sulit berkonsentrasi
- Sakit kepala
- Suasana hati yang buruk dan lekas marah.
Risiko Shift Work Disorder (SWD)
SWD dapat meningkatkan risiko:
- Kecelakaan kerja
- Kesalahan pada pekerjaan
- Peningkatan izin sakit
- Kecelakaan lalu lintas terkait supir mengantuk
- Penyalahgunaan zat karena penggunaan obat atau alcohol untuk membantu tidur
Sedangkan risiko jangka Panjang SWD terhadap Kesehatan, antara lain:
- Sering infeksi, pilek, dan influenza.
- Kanker payudara dan prostat
- Peningkatan kadar kolesterol
- Penyakit jantung
- Obesitas
Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Saya Mengalami SWD?
The Diagnostic and Statistical for Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) yang dipublikasikan oleh American Psychiatric Association (2014) mendeskripsikan beberapa kriteria umum untuk SWD, antara lain:
- Pola gangguan tidur yang persisten atau berulang yang terutama disebabkan oleh fakta bahwa adanya perubahan sistem sirkadian atau adanya ketidakselarasan antara ritme sirkadian endogen dengan jadwal tidur-bangun yang dibutuhkan oleh lingkungan fisik individu atau jadwal sosial atau profesional;
- Gangguan tidur menyebabkan kantuk yang berlebihan atau insomnia, atau keduanya;
- Gangguan tidur menyebabkan distres yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
Bila anda pikir mungkin menderita SWD, coba tanyakan diri anda pertanyaan berikut ini:
- Apakah anda memiliki jadwal yang membutuhkan anda bekerja disaat anda seharusnya (normalnya) tertidur?
- Apakah anda mengalami masalah tidur atau merasa sangat Lelah akibat jadwal kerja anda?
- Apakah masalah tidur tersebut terjadi dalam kurun waktu setidaknya satu bulan?
- Apakah masalah tersebut mempengaruhi kehidupan sosial, keluarga, atau kerja anda?
Bila anda menjawab ya pada setiap pertanyaan diatas, maka kemungkinan anda menderita SWD.
Bagaimana Menangani SWD?
The National Institute for Occupational Safety and Health, dan Health and Safety Executive telah mempublikasikan panduan bagi pekerja shift.
Beberapa intervensi dalam panduan tersebut antara lain:
- Hindari shift permanen
- Pertimbangkan melakukan rotasi kerja shift. Direkomendasikan melakukan rotasi setiap 2-3 hari (fast rotation) atau setidaknya 3-4 minggu (slow rotation). Tidak direkomendasikan melakukan rotasi setiap minggu (weekly).
- Hindari jam bekerja yang terlalu Panjang: 12 jam shift harusnya dibatasi menjadi 2-3 malam saja. Shift yang lebih Panjang dari 12 jam harus dihindari.
- Direkomendasikan ada setidaknya 11 jam diantara setiap shift untuk memungkinkan pekerja tidur diantara shift.
- Pekerjaan yang membutuhkan fisik, monoton, atau berbahaya harus dihilangkan pada shift malam.
- Akhir pekan regular seharusnya disediakan bagi pekerja untuk menghabiskan waktu Bersama keluarga atau kehidupan sosialnya.
- Jadwal shift seharusnya dirancang se-reguler mungkin, dan pekerja harus diinformasikan terkait jadwalnya. Bila memungkinkan, pekerja harus dapat beradaptasi terlebih dahulu dengan jadwalnya.
Sebagai tambahan panduan diatas, dapat juga dipertimbangkan untuk menyesuaikan jadwal shift pekerja dengan karakteristik tidurnya. Sebagai contoh, pekerja yang mudah bangun pagi dapat dijadwalkan untuk masuk pagi, dan pekerja yang kuat begadang dapat dijadwalkan untuk masuk malam.
Daftar Pustaka
- American Academy of Sleep Medicine (11 Sept 2021). Shift Work. Diakses dari https://sleepeducation.org/sleep-disorders/shift-work/
- American Psychiatric Association. (2014). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed.; American Psychiatric Publishing: Washington, DC, USA.
- Health and Safety Executive. (11 Sept 2021). Managing Shift Work: Health and Safety Guidance. Diakses dari https://www.hse.gov.uk/pubns/books/hsg256.htm (accessed on 5 October 2020).
- Jang, T.-W. (2021). Work-Fitness Evaluation for Shift Work Disorder. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18, 1294. https://doi.org/10.3390/ijerph18031294
- Sateia, M.J. (2014). International classification of sleep disorders-third edition: Highlights and modifications. Chest, 146, 1387–1394.
- The National Institute for Occupational Safety and Health. (1997). Plain Language about Shiftwork. Washington, DC, USA.