Perawat.Org | Dalam artikel ini kita akan membahas tentang abstrak: pengertian, tujuan, cara membuat abstrak yang baik dan benar, lengkap dengan contohnya (bahasa indonesia dan bahasa inggris).
Apa itu abstrak?
Abstrak adalah ringkasan dari sebuah penelitian atau artikel yang berisi informasi-informasi penting, seperti latar belakang penelitian, metode yang digunakan, hasil penelitian, kesimpulan yang didapatkan, saran untuk penelitian selanjutnya, serta kata kunci atau keywords.
Mengapa kita harus menulis abstrak?
Kita harus menulis abstrak karena abstrak memiliki beberapa tujuan.
Tujuan penulisan abstrak antara lain:
- Menyediakan ringkasan dari keseluruhan publikasi hasil penelitian yang mudah diakses, baik dalam bentuk cetak (misalnya skripsi/tesis di perpustakaan atau jurnal cetak), maupun dalam bentuk online (jurnal-jurnal online).
- Menjadi target alat pencarian dan menyediakan skrining awal Ketika peneliti sedang melakukan tinjauan Pustaka.
- Menjadi konten tinjauan atau koleksi-koleksi abstrak di situs-situs pencarian ilmiah seperti Google Scholar, dsb.
- Kadang-kadang digunakan sebagai bentuk publikasi untuk artikel lengkapnya (hanya abstrak yang dipublikasikan) akibat kurangnya waktu dan keterbatasan tempat, seperti pada konferensi penelitian. Abstrak ini biasanya di publikasikan dalam bentuk poster atau bagian dari presentasi.
Bagaimana aturan menulis abstrak yang baik dan benar?
Masing-masing Lembaga atau institusi (universitas, dll) dan jurnal ilmiah memiliki panduan tersendiri bagaimana outline abstrak seharusnya dibuat.
Kita harus menanyakan atau mencari informasi kepada Lembaga/institusi/jurnal dimana kita akan mempublikasikan hasil penelitian kita tentang format abstrak yang diinginkannya.
Misalnya, Universitas Indonesia dalam “format penulisan dokumen naskah ringkas dan makalah” mensyaratkan penulisan naskah sebagai berikut:
- Abstrak merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat latar belakang atau permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan.
- Abstrak ditulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).
- Diantara teks abstrak bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tertulis judul artikel dalam bahasa Inggris.
- Kata “Abstrak” dicetak tebal dengan ukuran huruf 12 pt dan diletakkan simetris. Jarak antara email dan kata “Abstrak” diberi dua spasi kosong, dengan ukuran huruf 12 pt
- Teks abstrak bahasa Indonesia ditulis setelah kata “Abstrak” dengan jarak satu spasi kosong, dengan ukuran huruf 12 pt.
- Abstrak bahasa Inggris diletakkan setelah abstrak bahasa Indonesia. Kata “Abstract” sebagai penanda abstrak bahasa Inggris dicetak tebal dengan ukuran huruf 12 pt dan diletakkan simetris dengan jarak satu spasi kosong ukuran huruf 12 pt.
- Teks abstrak bahasa Inggris ditulis setelah kata “Abstract” dengan jarak dua spasi kosong, dengan ukuran huruf 12 pt.
- Teks abstrak ditulis dalam satu paragraf yang terdiri dari 150 – 200 kata dengan menggunakan huruf Times New Roman 10 pt dengan spasi satu.
- Di bawah teks abstrak dicantumkan kata kunci (keyword) yang terdiri atas 3 sampai 5 kata dan/atau kelompok kata yang ditulis sesuai urutan abjad. Antara kata kunci dipisahkan oleh titik koma (;).
- Keyword ditulis dalam bahasa Inggris dengan ukuran huruf 10 pt dan dicetak miring (italics). Jarak antara abstrak bahasa Inggris dan keyword adalah satu spasi kosong dengan ukuran huruf 12 pt
Masing-masing institusi memiliki aturan penulisan abstrak masing-masing. Jadi kita harus melihat atau bertanya terlebih dahulu tentang bagaimana format abstrak yang mereka inginkan.
Contoh abstrak
Contoh abstrak bahasa Indonesia
Berikut adalah contoh abstrak penelitian tesis saya yang di publikasikan di Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya pada September 2017.
Abstract
Diabetes self-management instrument (DSMI) adalah skala pelaporan sendiri yang terdiri dari 35 pernyataan yang mencerminkan 5 domain yaitu: integrasi diri (self-integration), regulasi diri (self-regulation), interaksi dengan petugas kesehatan, periksa gula darah sendiri (self-monitoring), dan kepatuhan terhadap perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan menguji instrumen pengukuran perilaku self-management pasien diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 4 tahap, yaitu tahap translasi, focus group discussion, panel expert dan pilot study. Pada tahap translasi, 2 penerjemah bersertifikat menerjemahkan DSMI versi asli kedalam Bahasa Indonesia, dan diterjemahkan kembali kedalam Bahasa Inggris untuk memastikan persamaan semantik, konten dan tekniknya. Tahap kedua adalah tahap focus group discussion, 6 partisipan (55-74 tahun, lima orang berjenis kelamin perempuan, menderita DM tipe II selama 2-5 tahun, berpendidikan paling rendah SMA, tiga orang partisipan melakukan pemeriksaan ulang di Puskesmas dan tiga orang di Rumah Sakit), pada tahap ini, 13 pernyataan dibuang dan 1 pernyataan dibagi menjadi 2, sehingga total pernyataan dalam DSMI menjadi 23 yang telah sesuai dengan budaya di Indonesia. Tahap ketiga adalah tahap panel expert untuk mengkaji validitas rupa dan validitas konten pada 5 orang panelis (2 dokter, 2 perawat dan 1 ahli gizi), hasil dari panelis adalah tingkat agreement antar peneliti kuat (Kendall’s W = 0,840). Pada tahap pilot studi, 30 responden mengisi DSMI untuk mengukur internal consistency dan item-total correlations. Hasil pilot study menunjukkan bahwa terdapat konsistensi internal yang tinggi (Cronbach’s Alpha = 0,902), dan setiap item memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,3-0,7). Saran bagi penelitian selanjutnya adalah mengukur aspek psikometrik dengan uji exploratory factor analysis dan confirmatory factor analysis.
Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Self-Management, Instrument.
Lihat contoh abstrak bahasa Indonesia diatas, semua elemen yang disebutkan dalam pengertian abstrak tadi dimasukan didalam abstrak tersebut (kecuali kesimpulan).
Mari kita kupas satu per satu…
Latar Belakang
Diabetes self-management instrument (DSMI) adalah skala pelaporan sendiri yang terdiri dari 35 pernyataan yang mencerminkan 5 domain yaitu: integrasi diri (self-integration), regulasi diri (self-regulation), interaksi dengan petugas kesehatan, periksa gula darah sendiri (self-monitoring), dan kepatuhan terhadap perawatan.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan menguji instrumen pengukuran perilaku self-management pasien diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia.
Metode
Penelitian ini menggunakan 4 tahap, yaitu tahap translasi, focus group discussion, panel expert dan pilot study.
Hasil
Pada tahap translasi, 2 penerjemah bersertifikat menerjemahkan DSMI versi asli kedalam Bahasa Indonesia, dan diterjemahkan kembali kedalam Bahasa Inggris untuk memastikan persamaan semantik, konten dan tekniknya. Tahap kedua adalah tahap focus group discussion, 6 partisipan (55-74 tahun, lima orang berjenis kelamin perempuan, menderita DM tipe II selama 2-5 tahun, berpendidikan paling rendah SMA, tiga orang partisipan melakukan pemeriksaan ulang di Puskesmas dan tiga orang di Rumah Sakit), pada tahap ini, 13 pernyataan dibuang dan 1 pernyataan dibagi menjadi 2, sehingga total pernyataan dalam DSMI menjadi 23 yang telah sesuai dengan budaya di Indonesia. Tahap ketiga adalah tahap panel expert untuk mengkaji validitas rupa dan validitas konten pada 5 orang panelis (2 dokter, 2 perawat dan 1 ahli gizi), hasil dari panelis adalah tingkat agreement antar peneliti kuat (Kendall’s W = 0,840). Pada tahap pilot studi, 30 responden mengisi DSMI untuk mengukur internal consistency dan item-total correlations. Hasil pilot study menunjukkan bahwa terdapat konsistensi internal yang tinggi (Cronbach’s Alpha = 0,902), dan setiap item memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,3-0,7).
Kesimpulan
Tidak dimasukan kesimpulan.
Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah mengukur aspek psikometrik dengan uji exploratory factor analysis dan confirmatory factor analysis.
Kata Kunci
Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Self-Management, Instrument.
Kesalahan dalam abstrak yang saya buat diatas adalah saya tidak menyebutkan kesimpulan penelitian, dimana kesimpulan adalah elemen penting yang harus disebutkan.
Namun saya belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut, dan di tahun 2019, penelitian saya mendapatkan pendanaan penelitian dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan di publikasikan di jurnal luar.
Mari kita lihat contoh abstrak yang saya buat dalam bahasa Inggris.
Contoh abstrak bahasa Inggris
Berikut adalah abstrak penelitian saya yang di publikasikan di International Journal of Medical and Health Research pada Desember 2020 lalu.
Abstract
Both conventional and smartphone app-based pedometers are said to be valid and reliable for measuring footsteps, but there is still very little evaluation of their use. We aimed to assess the accuracy of conventional and smartphone app-based pedometers for measuring steps count among healthy adults. The search for studies was carried out on four databases: PubMed; Cochrane Library; Science Direct; and Pro Quest, during June 2020, with a combination of keywords based on Boolean logic-commands, including: pedometers; population (healthy adults); and context (footsteps). Total of 1768 articles were identified and selected based on population, intervention, comparison and outcome (PICO). After eligibility assessment, there are 6 articles were met the inclusion criteria and were included for qualitative synthesis. The results show that the accuracy of conventional pedometers and smartphone app-based pedometers depends on the type and brand of each device, and how it is used (running or walking at different speed). Pedometers generally also measure other physical activities such as distance traveled or calories burned, so that the accuracy of the device is not limited to footsteps. Furthermore, systematic reviews and meta-analyzes with broader outcomes such as overall physical activity are recommended.
Keywords: steps, pedometer, smartphone.
Lihat contoh abstrak bahasa Inggris diatas, sama seperti contoh sebelumnya, semua elemen yang disebutkan dalam pengertian abstrak tadi juga dimasukan didalam abstrak tersebut.
Mari kita lihat satu per satu…
Latar belakang
Both conventional and smartphone app-based pedometers are said to be valid and reliable for measuring footsteps, but there is still very little evaluation of their use.
Tujuan
We aimed to assess the accuracy of conventional and smartphone app-based pedometers for measuring steps count among healthy adults.
Metode
The search for studies was carried out on four databases: PubMed; Cochrane Library; Science Direct; and Pro Quest, during June 2020, with a combination of keywords based on Boolean logic-commands, including: pedometers; population (healthy adults); and context (footsteps).
Hasil
Total of 1768 articles were identified and selected based on population, intervention, comparison and outcome (PICO). After eligibility assessment, there are 6 articles were met the inclusion criteria and were included for qualitative synthesis. The results show that the accuracy of conventional pedometers and smartphone app-based pedometers depends on the type and brand of each device, and how it is used (running or walking at different speed).
Kesimpulan
Pedometers generally also measure other physical activities such as distance traveled or calories burned, so that the accuracy of the device is not limited to footsteps.
Saran
Furthermore, systematic reviews and meta-analyzes with broader outcomes such as overall physical activity are recommended.
Kata kunci
Steps, pedometer, smartphone.
Sumber
- Rulino, L. (2017) Pengembangan awal diabetes self-management instrument (DSMI) versi Indonesia. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya. 3(2), Hal. 63-76. Diambil dari https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/776989.
- Rulino, L. (2020). Conventional vs smartphone app-based pedometers for measuring steps in healthy adults: A systematic review. International Journal of Medical and Health Research. 6(12). Hal. 126-130. Diambil dari http://www.medicalsciencejournal.com/archives/2020/vol6/issue12/6-12-29.
- Perpustakaan Universitas Indonesia. (2021, 17 Mei). Format penulisan dokumen naskah ringkas dan makalah. Diambil dari http://lib.ui.ac.id/