risiko harga diri rendah kronis

Risiko harga diri rendah kronis merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai berisiko mengalami evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.

Diagnosis ini diberi kode D.0101, masuk dalam kategori kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan risiko harga diri rendah kronis secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari faktor risiko yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien mengalami masalah Kesehatan.

Inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.

Adapun faktor risiko untuk masalah risiko harga diri rendah kronis adalah:

  1. Gangguan psikiatrik
  2. Kegagalan berulang
  3. Ketidaksesuaian budaya
  4. Ketidaksesuaian spiritual
  5. Ketidakefektifan koping terhadap kehilangan
  6. Kurang mendapat kasih saying
  7. Kurang keterlibatan dalam kelompok/masyarakat
  8. Kurang penghargaan dari orang lain
  9. Ketidakmampuan menunjukkan perasaan
  10. Perasaan kurang didukung orang lain
  11. Pengalaman traumatik

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan risiko, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [faktor risiko]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Risiko harga diri rendah kronis dibuktikan dengan kegagalan berulang.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Risiko harga diri rendah kronis d.d kegagalan berulang.

Perhatikan:

  1. Masalah = Risiko harga diri rendah kronis
  2. Faktor risiko = kegagalan berulang
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis risiko tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis risiko harga diri rendah kronis adalah: “harga diri meningkat.”

Harga diri meningkat diberi kode L.09069 dalam SLKI.

Harga diri meningkat berarti meningkatnya perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan sebagai respon terhadap situasi saat ini.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harga diri meningkat adalah:

  1. Penilaian diri positif meningkat
  2. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
  3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
  4. Minat mencoba hal baru meningkat
  5. Berjalan menampakkan wajah meningkat
  6. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
  7. Perasaan malu menurun
  8. Perasaan bersalah menurun
  9. Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
  10. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Penilaian diri positif meningkat
  2. Perasaan malu menurun
  3. Perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
  4. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat
  5. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
  6. Minat mencoba hal baru meningkat
  7. Berjalan menampakkan wajah meningkat
  8. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis risiko harga diri rendah kronis adalah:

  1. Promosi harga diri
  2. Promosi koping
  3. Promosi sosialisasi

Promosi Harga Diri (I.09308)

Intervensi promosi harga diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09308).

Promosi harga diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harga diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
  • Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
  • Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan

Terapeutik

  • Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
  • Motivasi menerima tantangan atau hal baru
  • Diskusikan pernyataan tentang harga diri
  • Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
  • Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
  • Diskusikan persepsi negatif diri
  • Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
  • Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
  • Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
  • Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
  • Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri

Edukasi

  • Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
  • Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
  • Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
  • Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
  • Anjurkan mengevaluasi perilaku
  • Ajarkan cara mengatasi bullying
  • Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
  • Latih pernyataan/kemampuan positif diri
  • Latih cara berfikir dan berperilaku positif
  • Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
  • Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
  • Latih penggunaan Teknik relaksasi
  • Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
  • Latih mengembangkan penilaian obyektif

Promosi Sosialisasi (I.13498)

Intervensi promosi sosialisasi dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.13498).

Promosi sosialisasi adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi sosialisasi berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
  • Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain

Terapeutik

  • Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
  • Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
  • Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
  • Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis: jalan-jalan, ke toko buku)
  • Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
  • Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
  • Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
  • Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan

Edukasi

  • Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
  • Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
  • Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
  • Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
  • Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata dan alat bantu dengar)
  • Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus
  • Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
  • Latih mengekspresikan marah dengan tepat

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Harga diri rendah situasional
  9. Keputusasaan
  10. Kesiapan peningkatan konsep diri
  11. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  12. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  13. Ketidakberdayaan
  14. Ketidakmampuan koping keluarga
  15. Koping defensif
  16. Koping komunitas tidak efektif
  17. Koping tidak efektif
  18. Penurunan koping keluarga
  19. Penyangkalan tidak efektif
  20. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  21. Risiko distres spiritual
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply