penyangkalan tidak efektif

Penyangkalan tidak efektif merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai upaya mengingkari pemahaman atau makna suatu peristiwa secara sadar atau tidak sadar untuk menurunkan kecemasan/ketakutan yang dapat menyebabkan gangguan Kesehatan.

Diagnosis ini diberi kode D.0098, masuk dalam kategori psikologis, subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan penyangkalan tidak efektif secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis penyangkalan tidak efektif, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Tidak mengakui dirinya mengalami gejala atau bahaya (walaupun kenyataan sebaliknya)

DO:

  • Menunda mencari pertolongan pelayanan kesehatan

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.

Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Penyebab (etiologi) untuk masalah penyangkalan tidak efektif adalah:

  1. Kecemasan
  2. Ketakutan terhadap kematian
  3. Ketakutan mengalami kehilangan kemandirian
  4. Ketakutan terhadap perpisahan
  5. Ketidakefektifan strategi koping
  6. Ketidakpercayaan terhadap kemampuan mengatasi masalah
  7. Ancaman terhadap realitas yang tidak menyenangkan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab][tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Penyangkalan tidak efektif berhubungan dengan kecemasan dibuktikan dengan tidak mengakui dirinya mengalami gejala, menunda mencari pertolongan pelayanan Kesehatan.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Penyangkalan tidak efektif b.d kecemasan d.d tidak mengakui dirinya mengalami gejala, menunda mencari pertolongan pelayanan Kesehatan.

Perhatikan:

  1. Masalah = penyangkalan tidak efektif
  2. Penyebab = kecemasan
  3. Tanda/gejala = tidak mengakui dirinya mengalami gejala., dst
  4. b.d = berhubungan dengan
  5. d.d = dibuktikan dengan

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis penyangkalan tidak efektif adalah: “penerimaan meningkat.”

Penerimaan meningkat diberi kode L.09082 dalam SLKI.

Penerimaan meningkat berarti meningkatnya upaya menerima pemahaman atau makna suatu peristiwa secara sadar atau tidak sadar untuk menurunkan kecemasan/ketakutan sebagai proses normal berduka.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa penerimaan meningkat adalah:

  1. Verbalisasi penerimaan meningkat
  2. Verbalisasi perasaan yang dialami meningkat
  3. Perilaku mencari perawatan/pengobatan meningkat
  4. Menyusun perencanaan masa depan

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka penerimaan meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Verbalisasi perasaan yang dialami meningkat
  2. Perilaku mencari perawatan/pengobatan meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka penerimaan
  2. Ekspektasi = Meningkat
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis penyangkalan tidak efektif adalah:

  1. Promosi kesadaran diri
  2. Promosi koping

Promosi Kesadaran Diri (I.09311)

Intervensi promosi kesadaran diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09311).

Promosi kesadaran diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan pemahaman dan mengeksplorasi pikiran, perasaan, motivasi, dan perilaku.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi kesadaran diri berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi keadaan emosional saat ini
  • Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagai situasi

Terapeutik

  • Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
  • Diskusikan tentang pikiran, perilaku, atau respons terhadap kondisi
  • Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
  • Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
  • Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar

Edukasi

  • Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
  • Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis: marah atau depresi)
  • Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
  • Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
  • Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Anjurkan mengevaluasi Kembali persepsi negatif tentang diri
  • Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok sebaya
  • Ajarkan cara membuat prioritas hidup
  • Latih kemampuan positif diri yang dimiliki

Promosi Koping (I.09312)

Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).

Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
  • Identifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
  • Identifikasi pemahaman proses penyakit
  • Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
  • Identifikasi metode penyelesaian masalah
  • Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik

  • Diskusikan perubahan peran yang dialami
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
  • Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
  • Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
  • Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
  • Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
  • Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
  • Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
  • Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
  • Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
  • Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
  • Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
  • Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
  • Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
  • Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi

  • Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
  • Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Anjurkan keluarga terlibat
  • Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
  • Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
  • Latih penggunaan Teknik relaksasi
  • Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
  • Latih mengembangkan penilaian obyektif

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:

  1. Ansietas
  2. Berduka
  3. Distres spiritual
  4. Gangguan citra tubuh
  5. Gangguan identitas diri
  6. Gangguan persepsi sensori
  7. Harga diri rendah kronis
  8. Harga diri rendah situasional
  9. Keputusasaan
  10. Kesiapan peningkatan konsep diri
  11. Kesiapan peningkatan koping keluarga
  12. Kesiapan peningkatan koping komunitas
  13. Ketidakberdayaan
  14. Ketidakmampuan koping keluarga
  15. Koping defensif
  16. Koping komunitas tidak efektif
  17. Koping tidak efektif
  18. Penurunan koping keluarga
  19. Perilaku Kesehatan cenderung berisiko
  20. Risiko distres spiritual
  21. Risiko harga diri rendah kronis
  22. Risiko harga diri rendah situasional
  23. Risiko ketidakberdayaan
  24. Sindrom pasca trauma
  25. Waham

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply