Pencapaian peran menjadi orang tua

Pencapaian peran menjadi orang tua merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai terjadinya proses interaktif antar anggota keluarga (suami-isteri, anggota keluarga dan bayi) yang ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang optimal.

Diagnosis ini diberi kode D.0126, masuk dalam kategori relasional, subkategori interaksi sosial dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan pencapaian peran menjadi orang tua secara komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis pencapaian peran menjadi orang tua, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

  • Tidak tersedia

DO:

  • Bounding attachment optimal
  • Perilaku positif menjadi orang tua
  • Saling berinteraksi dalam merawat bayi

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori interaksi sosial pada SDKI.

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yang berarti penulisannya menggunakan metode dua bagian, yaitu:

[masalah] + [tanda/gejala]

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Pencapaian peran menjadi orang tua dibuktikan dengan bounding attachment optimal, perilaku positif menjadi orang tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Pencapaian peran menjadi orang tua d.d bounding attachment optimal, perilaku positif menjadi orang tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi.

Perhatikan:

  1. Masalah = pencapaian peran menjadi orang tua
  2. Tanda/gejala = mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua… dst
  3. d.d = dibuktikan dengan
  4. Diagnosis promosi kesehatan tidak menggunakan berhubungan dengan (b.d) karena tidak memiliki etiologi.

Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis pencapaian peran menjadi orang tua adalah: “peran menjadi orang tua membaik.”

Peran menjadi orang tua membaik diberi kode L.13120 dalam SLKI.

Peran menjadi orang tua membaik berarti membaiknya kemampuan orang tua memberi lingkungan bagi anak atau anggota keluarga yang cukup, untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa peran menjadi orang tua membaik adalah:

  1. Bounding attachment meningkat
  2. Perilaku positif menjadi orang tua meningkat
  3. Interaksi perawatan bayi meningkat

Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka peran menjadi orang tua membaik, dengan kriteria hasil:

  1. Bounding attachment meningkat
  2. Perilaku positif menjadi orang tua meningkat
  3. Interaksi perawatan bayi meningkat

Perhatikan:

  1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka peran menjadi orang tua
  2. Ekspektasi = Membaik
  3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,

Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis pencapaian peran menjadi orang tua adalah:

  1. Promosi antisipasi keluarga
  2. Promosi pengasuhan

Promosi Antisipasi Keluarga (I.12466)

Intervensi promosi antisipasi keluarga dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12466).

Promosi antisipasi keluarga adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kesiapan keluarga untuk mencegah perkembangan atau krisis situasi akibat masalah Kesehatan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi antisipasi keluarga berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi kemungkinan krisis situasi atau masalah perkembangan serta dampaknya pada kehidupan pasien dan keluarga
  • Identifikasi metode pemecahan masalah yang sering digunakan keluarga

Terapeutik

  • Fasilitasi dalam memutus strategi pemecahan masalah yang dihadapi keluarga
  • Libatkan seluruh anggota keluarga dalam upaya antisipasi masalah Kesehatan, jika memungkinkan
  • Buat jadwal aktivitas bersama keluarga terkait masalah Kesehatan yang dihadapi

Edukasi

  • Jelaskan perkembangan dan perilaku yang normal pada keluarga

Kolaborasi

  • Kerjasama dengan tenaga Kesehatan terkait lainnya, jika perlu

Promosi Pengasuhan (I.13495)

Intervensi promosi pengasuhan dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.13495).

Promosi pengasuhan adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi orang tua, anggota keluarga, dan/atau pengasuh dalam memberikan dukungan dan perawatan yang komprehensif bagi keluarga yang mengalami atau berisiko mengalami masalah Kesehatan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi pengasuhan berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

  • Identifikasi keluarga risiko tinggi dalam program tindak lanjut
  • Monitor status Kesehatan anak dan status imunisasi anak

Terapeutik

  • Dukung ibu menerima dan melakukan perawatan pre natal secara teratur dan sedini mungkin
  • Lakukan kunjungan rumah sesuai dengan tingkat risiko
  • Fasilitasi orang tua dalam memiliki harapan yang realistis sesuai tingkat kemampuan dan perkembangan anak
  • Fasilitasi orang tua dalam menerima transisi peran
  • Berikan bimbingan antisipasi yang diperlukan sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak
  • Fasilitasi orang tua dalam mendapatkan dukungan, dan berpartisipasi dalam parent group programs
  • Fasilitasi orang tua dalam mengembangkan dan memelihara sistam dukungan sosial
  • Sediakan media untuk mengembangkan keterampilan sosial dan koping
  • Fasilitasi mengatur penitipan anak, jika perlu
  • Fasilitasi penggunaan kontrasepsi

Edukasi

Ajarkan orang tua untuk menanggapi isyarat bayi

Diagnosis Terkait

Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori relasional dan subkategori interaksi sosial adalah:

  1. Gangguan interaksi sosial
  2. Gangguan komunikasi verbal
  3. Gangguan proses keluarga
  4. Isolasi sosial
  5. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
  6. Kesiapan peningkatan proses keluarga
  7. Ketegangan peran pemberi asuhan
  8. Penampilan peran tidak efektif
  9. Risiko gangguan perlekatan
  10. Risiko proses pengasuhan tidak efektif

Referensi

  1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
  2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
  3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Leave a Reply